Part 40

216 39 22
                                    

Run away from the world, run on
Go to the end with me, my lover
Will it be a bad ending for us two, gone astray?

IU  Love Wins All

- 18 -

Untuk memotivasi Calvin agar cepat pulih, Winna memintanya untuk membuat wish list kegiatan yang ingin mereka lakukan bersama dan Winna dengan senang hati akan mengabulkan permintaan Calvin tersebut.

Satu per satu permintaan di wish list Calvin telah terkabul, namun kondisi Calvin stagnan – tak akan kunjung membaik selama dia belum mendapatkan donor jantung yang cocok. Namun hebatnya, Calvin selalu terlihat bersemangat melalui hari-harinya.

"Hehe. Setiap hari gue ketemu lo, gimana gak semangat? Kalau ketemu cici gue mulu, jelas sumpek. Soalnya dia kayak mak lampir!" Sindir Calvin terang-terangan di depan Calla yang lalu dibalas dengan tempeleng di kepalanya.

Tiba di permintaan terakhir pada wish list Calvin. Dia ingin mengajak Winna kencan. Berdua saja. Untuk tempat masih Calvin rahasiakan sampai hari H. Winna tentu tidak protes. Selain dia sudah berjanji, dia yakin selama Calvin yang mengajak, petualangan tak terduga pun akan terasa menyenangkan.

Di hari H kencan mereka, Calvin mengajak Winna bermain di KidZania. KidZania ini merupakan taman rekreasi indoor yang menciptakan simulasi lapangan pekerjaan untuk pengunjungnya. Setahu Winna, KidZania ini tempat khusus anak-anak, tapi ternyata batas usia maksimum sampai 25 tahun. Dari kecil, Winna termakan ucapan teman-temannya yang sudah pernah ke KidZania, 'Minimal harus nyobain KidZania sekali seumur hidup supaya dapet gambaran pas udah gede!' Emangnya kenapa kalau belum ke KidZania? Masa depannya bakal suram? Pikir Winna saat itu. Dan kini Winna telah beranjak dewasa, rasa penasarannya segera akan terjawab.

Seperti yang telah mereka antisipasi, karena target pasar asli KidZania adalah anak-anak, Winna dan Calvin menjadi pusat perhatian. Mana tubuh mereka termasuk tinggi – bagaimana tidak tambah menarik perhatian?

Karena sudah memasuki liburan sekolah anak, KidZania tetap ramai oleh pengunjung bahkan di hari weekday sekalipun. Winna dan Calvin yang datang setelah jam makan siang tidak bermain banyak wahana karena antrian yang cukup panjang. Dalam waktu tiga jam, keduanya hanya mencoba menjadi pilot (dimana Calvin menjatuhkan pesawat yang ia terbangkan. Beruntung dia tidak masuk sekolah penerbangan sungguhan), simulasi menjadi pemadam kebakaran, memproduksi mie instan, lalu ditutup dengan membuat pizza karena sudah mendekati jam makan malam.

Di tempat membuat pizza, Winna dan Calvin duduk berdempetan di kursi yang disediakan sembari menyantap pizza mini yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.

"Lo masih mau cobain profesi lain gak, Win? Mumpung udah sepi. Gue nunggu di luar aja tapi," Calvin menawarkan. Dengan kondisi Calvin, dia jadi mudah lelah. Walaupun Calvin tidak mengeluh, bibirnya yang tampak pucat tak dapat menipu.

"Enggak deh, Vin. Udah cukup. Aneh banget rasanya jadi orang gede sendiri di antara bocil-bocil..." jawab Winna jujur.

"Lo bilang lo masih SMP juga orang bakal percaya, kok. Muka lo kan masih imut."

"Kalau yang mukanya amit siapa?"

"Hmm. Siapa, ya? Kak Adriel aja, deh!"

Winna tergelak, "Kasian banget. Padahal orangnya gak ada, tapi tetep diomongin!"

"Biarin. Biar dia bersin-bersin. Sukurin!"

"Haha. Gitu-gitu dia calon kakak ipar lo!"

"Sejak cici gue pacaran sama Kak Adriel, dia kelihatan lebih bahagia, sih. Perutnya jadi ada lipatan pas lagi duduk."

eighteen [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ