Part 23

233 39 36
                                    

Calla adalah sahabat Ria sejak SMA. Adriel juga adalah kekasih yang amat dicintainya. Sementara Juan hanyalah seorang stranger dengan citra buruk di mata Ria.

Tetapi pernyataan Juan masih terngiang-ngiang di kepala Ria. Apakah benar Calla tega menusuknya dari belakang dan merebut Adriel darinya?

Sebenarnya, Ria tidak sebuta itu untuk tidak menyadari kedekatan Adriel dan Calla kembali. Khususnya sepulang outbound, Adriel dan Calla semakin berani untuk menunjukkan kedekatan mereka. Dari tatapan lembut Adriel ketika memperhatikan Calla yang sedang bicara hingga pukulan yang dilayangkan Calla ke lengan Adriel ketika cowok itu bercanda gurau dengannya (Calla hanya berani seperti itu ke orang yang dia sudah nyaman). Seolah Ria kembali menyaksikan Adriel dan Calla yang dulu... Kenapa semesta seusil itu untuk mempertemukan mereka kembali...?

Mungkin di alam bawah sadarnya, Ria masih ingin mempercayai keduanya – atau dia masih belum bisa menerima kenyataan itu.

Kenyataan bahwa Calla masih menduduki tahta tertinggi di hati Adriel.

Hari itu, angkatan mereka diminta berkumpul di auditorium untuk mengikuti guest lecture gabungan. Dari kejauhan, Ria melihat Adriel duduk bersebelahan dengan Fabian di baris ketiga terdepan. Begitu melihat Calla dan Gigi memasuki ruangan, Adriel sigap melambaikan tangan ke arah mereka dan Calla yang menangkap sinyal itu pun langsung menghampiri dua tempat duduk kosong di sebelah Adriel.

Ria menelan salivanya tak senang. Sial.

Perkataan Juan sudah terbukti benar.

Sebagai sahabat Calla, tentu Ria tahu betapa buruknya perlakuan Jevan ke Calla yang sering semena-mena kepadanya. Dan kenyataan mengejutkan lainnya tentang Jevan yang ternyata tidak sebaik reputasi yang dipuja orang-orang. Tapi Jevan tetaplah cowok yang dipilih Calla dan bukan Adriel. Kenapa Calla masih ingin merebut Adriel darinya?

Entah Calla yang terlalu peka terhadap sekitarnya atau Ria yang tak mampu memalingkan tatapan sinisnya, Calla langsung menoleh ke belakang dan keduanya sempat bertukar tatap untuk sepersekian detik sebelum Ria membuang muka dan hengkang untuk mencari tempat duduk lain.

Sebelum guest lecture dimulai, Ria menyempatkan diri untuk mampir ke toilet. Dan di sana, ia bertemu Calla. Orang terakhir yang ingin ditemuinya.

Bukannya apa, tapi Ria masih membutuhkan waktu untuk mencerna perasaannya. Dengan pikiran yang sekacau ini, melihat muka Calla yang tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa semakin menyulut emosinya.

Gak. Calla gak mungkin begitu. Dia temen baik gue... Mana mungkin dia tega sama sahabatnya sendiri?

"Eh, Ria! Tadi gue ada nyapa lo, tapi kayaknya lo gak lihat. Jadinya lo duduk mana?"

Ria menatap Calla balik lewat pantulan cermin wastafel di hadapan mereka. "Nyempil di belakang. Yang kosong tinggal di situ."

"Oh, enakan di belakang, sih. Mau ngapain aja bebas." Calla berkata lagi, "Btw, si Evelyn lagi balik Indo dan ngajak ketemu weekend ini. Si Janice ada message lo, tapi katanya lo belum ngasih balesan. Lo ikut gak?"

Evelyn dan Janice adalah teman SMA mereka. Malah Evelyn dan Janice satu SMP dengan Ria sebelum Calla pindah ke SMA yang sama dengan mereka. Sempat terjadi perselisihan antara Calla dan Evelyn – alasannya tentu sepele. Tak lain karena soal cowok. Singkat cerita, dulu Evelyn pernah naksir sama satu cowok murid sekolah luar, tapi cowok itu malah kepincut dengan Calla. Karena Evelyn termasuk murid berpengaruh di sekolah mereka, dia menyebar rumor kalau Calla adalah tukang rebut laki orang dan menyebabkan Calla jadi diasingkan oleh teman-teman seangkatannya selama satu tahun ajaran ke depan.

eighteen [END]Where stories live. Discover now