Part 19

257 45 19
                                    

Kalian punya nggak sih teman yang hanya nggak bertemu beberapa minggu tapi rasanya sudah ketinggalan 1 season kisah hidupnya? Giselle adalah teman yang seperti itu bagi Calla.

Calla bimbang jika ini hanya berlaku pada dirinya atau tidak, tapi setiap dia nugas keluar – contohnya seperti sekarang dia dan Giselle (atau yang lebih akrab disapa Gigi itu) memutuskan buat nugas di Starbucks, namun ending-nya mereka malah melakukan hal lain selain nugas.

Dengan dua minuman Caramel Macchiato yang mereka peroleh dari voucher Buy 1 Get 1, keduanya duduk berhadapan dan membuka laptop masing-masing sebagai pajangan. Calla mendengarkan cerita Gigi lebih serius ketimbang ia mendengarkan penjelasan dosen di kelas.

"Lo inget si Henry, gak? Mantan gue yang ketemu dari dating app. Kita pacaran bentar doang, tuh. Paling cuman 3 atau 4 bulan. Awalnya, dia yang mutusin gue, bilangnya dia bisa dapetin yang lebih baik dari gue. Ya, gue gak terima sih dia bilang gitu. Kayak – sadar, anjir! Tampang lo aja pas-pasan, kaya juga enggak! Ya, intinya it hurt my pride a little, tapi ya udah, I moved on. Karena dia udah terlanjur gue kenalin ke sirkel gue yang lain, gue jadi sering denger kabar tentang dia dari temen gue yang lain. Katanya he's dating a new girl. Good for him, gue mikirnya gitu. Tapi suatu hari, gue ketemu dia lagi pas lagi mimik-mimik santai sama temen dan bangsatnya, dia berani nyamperin gue dan bilang kalau dia udah ketemu cewek yang lebih baik dari gue. And I was like... okay, so? Gue harus bilang 'waw', gitu?!"

Mata Calla membulat, ikutan emosi. "Shameless banget, anjir! Terus-terus?"

"Tapi anehnya, Cal. Gue kan udah blocked segala socmed dia. Tapi tiap gue lihat viewer story Insta gue, pasti gue selalu nemu akun kosongan. Ya, bisa aja itu bukan dia, sih. Oh, terus... Sejak gue ketemu dia terakhir itu, kita jadi sering ketemu padahal gak janjian – dia juga mana tau live location gue. Kayak, kok bisa?! Padahal kampus dia di Karawaci. Ngapain jauh-jauh main ke daerah BSD?"

"Kata gue, hal pertama yang lo harus lakukan adalah lock Instagram lo, sih." Usul Calla masuk akal.

"Jangan dong nanti gue gak bisa pamer kehidupan gue yang menyenangkan ini!"

"Haha. Dasar... Tapi mantan lo creepy banget gak, sih? Gue rasa akun kosongan itu akun dia, deh. Soalnya lo udah blocked semua akun asli dia, kan? Terus kata lo dia juga jadi sering nampakin diri di depan lo – mungkin nggak itu sengaja? Kayaknya lo harus lebih hati-hati deh, Gi."

Menepis ide gila Calla, Gigi memeluk tubuhnya merinding. "Maksudnya dia lagi nge-stalk gue gitu? Buset, Cal! Serial thriller apalagi yang lagi lo tonton? Kayaknya enggak mungkin, deh... Perasaan pas kita pacaran gue nggak pernah melakukan hal-hal yang gimana banget yang bikin dia nyimpen dendam ke gue..."

"Ya, kan better be safe than sorry."

"Amit-amit, woy!" Giselle mengetuk meja tepat tujuh kali. "Udah, ah. Saatnya mulai nugas! Sebelum jam 7, gue udah harus balik ke kampus karena mau ada sharing session mentor."

Bukan Gigi kalau perhatiannya nggak mudah teralihkan. Calla juga seorang yang mudah terpengaruh. Keduanya baru benar-benar mulai mengerjakan tugas setelah men-scroll habis halaman utama Shopee mereka dan menaruh produk skincare yang sedang diskon di keranjang.

Tepat sebelum pukul 7, Gigi buru-buru balik ke kampus untuk mengikuti sharing session mentor, sedangkan Calla hendak lanjut nugas di Starbucks hingga diusir barista shift terakhir.

- 18 -

Di antara panitia ospek, mentor paling dikenal 'pencitraan' karena paling terekspos ke maba dan tuntutan untuk menjadi role model.

eighteen [END]Where stories live. Discover now