Ada Satu

4 0 0
                                    

Buah hati hadir membuat keluarga kecil lebih sempurna, namun apakah itu defini sempurna yang bahagia?

Yuk tinggalin comment dan vote ya

Stay Tuned and Happy Reading^^


***


Malam menyingsing kemuramannya. Buah hati yang ditunggu akan tiba.Peluh dan nyawa membabi buta.Beradu nasib di dunia, siapa yang akan selamat namun kupinta keduanya.


***


Tepat hari jumat ketika bulan sabit sedang tersenyum menyapa, bayi kecil lahir di dunia. Manusia berkulit merah yang dua insan nanti-nanti. Buah hati yang telah ditunggu setelah janji suci dilantunkan. Manusia kecil yang melihat dunia dengan cahaya remang-remang, melihat

rekah senyum bidadari terpancar menatap. Seorang abah yang datang dari luar kota tergopoh-gopoh seolah tahu buah cintanya akan hadir di dunia hari ini. 


Zaman itu komunikasi masih sulit, berkabar sering dilakukan melalui hati. Hati yang menengadah menunggu waktu membawa bahagia. Dan inilah aku yang lahir dengan penuh cinta dan sederhana. Dalam dekapan abah aku berada. Ditimang dengan cinta membuat aku nyaman dan tenang, setelah seorang bidan membersihkan badanku yang tanpa busana.

"Allahuakbar.. Allahuakbar.." suara lembut diperdengarkan pada telinga kananku yang mungil, seruan yang pertama kali kudengar ketika lahir di dunia. Lantunan adzan. 


Abah yang kini akan bertanggung jawab atas dunia dan akhirat, mengawali dengan seruan pada Tuhannya, Allah Maha Esa. Dilanjutkan dengan seruan iqomah di telinga kiriku. Lengkap sudah kedua telingaku diperdengarkan kalimat indah itu.

"Kelak dunia akan terasa kejam. Kelak semua orang terlihat mengecewakan. Tapi ingat nak, Allah Maha Besar. Dia selalu ada bersamamu, meski dunia menjahatimu" suara ringan pada telinga kecilku.


Aku terlahir dari keluarga yang biasa saja. Tak mewah, bahkan sedang merakit sampan yang kelak membawaku pada sebuah istana. Aku telahir dari seorang mama yang pada dekapannya kini aku berada. Aku ada dari andil abah yang tak banyak bicara, namun selalu ada untuk keluarga.

Aku kecil berada di lingkungan desa, rumah orang tua mama yang sudah tidak ada. Hidup serba biasa. Ketika itu seorang abah bekerja jauh di luar kota. Terpaut provinsi yang berbeda, jika ditaksir menempuh kereta saat ini membutuhkan waktu tujuh jam perjalanan.

Mama seorang diri merawatku, dibantu dengan orang tua sekitar. Ibu muda. Anak pertama. Jauh dari suami. Tidak ada orang tua. Jauh dari mertua. Tentu bukan hal yang mudah untuk dijalani. Namun mamaku adalah wanita paling kuat yang aku temui. Ia menjadi yatim piatu di usia remaja, di mana itu waktu anak seusianya bersenang-senang. Ia memikul adik-adiknya yang saat itu masih kecil. Berbagi kasih sayang yang seharusnya bisa ia miliki sendiri. Mamaku wanita terkuat yang aku temui. Darinya aku belajar makna sabar dan ikhlas.

Jika aku dapat memilih bisa terlahir dari rahim siapa aku berasal, tentu aku akan tetap memilih dari rahim mama aku akan terlahir. Rahim yang kuat yang membawaku menjelajah kehidupan dunia, kelak. Dunia yang luas dengan penuh kecewa.


Abah tak kalah hebat dengan mama. Ia abah yang penuh dedikasi pada keluarga, sangat pekerja kelas. Keluarganya bukan orang yang bergelimang kekayaan, namun juga bukan sembarang orang. Orang tua abah sangat tegas mendidik anak-anaknya, terutama pada anak lelakinya.

Dua Sayap MenuaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt