Sebelum Ada

4 0 0
                                    

Pernikahan adalah kebaikan yang terbalut dalam janji suci dań harus diawali dengan kebaikan pula

Yuk tinggalin comment dan vote ya

Stay Tuned and Happy Reading^^


***

Ingin kuberikah seluruh dunia untuk dia yang kucinta, namun aku tak punya apa-apa.Ingin kupertaruhkan seluruh nyawa untuk kekasih di depanmata, namun nyatanya dia belum ada.Namun doaku tak pernah lepas,  meminta hadirnya diseutas penantian, yang kuyakin tak pernah sia-sia.

***



Pernikahan menjadi tujuan untuk insan yang saling menginginkan penyempurna. Lelaki dan wanita yang saling memadu kasih untuk menuju pada ikrar janji. Tepat di umur yang diinginkan Tuhan dengan pertemuan sebagai garisan takdirnya. 

Pernikahan yang didamba tak ada kata sudah, tak ada kata paling, namun saling yang menyatukan. Perjuangan dari laki-laki yang berusaha mendapatkan hati. Perjuangan perempuan yang menurunkan rasa gengsi. Juga keinginan dalam membina keluarga dalam ikatan yang suci. Tak perlu ada "pacaran" yang kini dianggap umum untuk saling mengenal. 

Orang jaman dulu, mayoritas karena dijodohkan atau langsung menikah tanpa ada pacaran. Namun pernikahan mereka bertahan walaupun badai kerap datang. Saling memadu rasa, saling mengenal setelah halal, saling memahami dengan atau tanpa kata. Menurunkan ego untuk
kelangsungan pernikahan yang bertahan lama. 

Lalu jika ingin kubandingan dengan perjalanan cinta anak sekarang. Pacaran menjadi label untuk saling mengenal bahkan sudah ingin mengenal dari usia belia yang tentu belum pasti bersanding dalam pelaminan. Awalnya memang saling mengenal namun lama-lama menuju hal yang tak semestinya. Angka perceraian pun kian meningkat. 

Pernikahan berantakan, anak menjadi korban. Ketika pacaran aku ingin hidup dengannya, namun sesudah menikah dengan badai yang tak kunjung reda, aku tak ingin hidup dengannya.
Dan setiap pernikahan pasti ada ujian menyertai, siapapun itu, dan kapanpun.

"Aku ingin menikah" suara kecil terdengar olehnya yang sedang tersenyum indah, bulan pun kalah indah malam ini.

"Menikahlah" jawabnya dengan senyuman yang masih terukir.

"Dengan siapa? Aku tak kenal lelaki manapun" jawaban yang terkesan frustasi.

"Mintalah dalam doa" sarannya yang masih diragukan akankah langsung didapat setelah berdoa.

"Tapi aku takut berkomitmen" ragu-ragu dengan ingin sebelumnya.

"Kenapa?"

"Bisa tidak aku bersamanya namun tanpa ikatan yang mengikat kami? Seperti hubungan tanpa status" pertanyaan polos karena memang rasanya takut untuk berkoitmen. Takut ditinggalkan. Takut bersama dia yang tak menghargai. 

"Pacaran?" tanyanya dengan wajah yang memasam.

"Aku tak akan pernah izinkan untuk itu. Kamu perempuan yang ditakdirkan berharga. Kamu perempuan yang harus dijaga dengan terhormat. Kamu tahu? Pacaran hanya akan merugikanmu. Tak hanya Allah yang tak suka, namun kamu hanya menjadi pemuasnya jawabnya dengan suara tegas membuat siapapun yang mendengarnya menunduk.

"Bagaimana bisa aku menikah dengan siapa pun itu jika aku tak mengenal sebelumnya?" mata mulai memanas tidak terima dengan kata-katanya.

Ia yang memahami suasana hati lawan bicaranya dan selalu paham bagaimana seorang perempuan. Ia tahu dada perempuan ini mulai penuh dengan emosi.

Dua Sayap MenuaWhere stories live. Discover now