chapter 5

121 16 2
                                    

Levi mengurut pangkal hidungnya, merasakan yang mulai pening mulai menjalar dikepalanya.

"Jadi, " ucapnya. "Kau akan janji ini adalah yang terakhir? "

(Y/n) tidak mau menatapnya. Pemandangan diluar jendela ruangan Levi, baginya terlihat lebih bagus.

(y/n) merasa beberapa bagian tubuhnya nyeri akibat tendangan dari Keith Sadhis. Yang benar-benar sadis menghajarnya di tengah lapangan. Sementara teman-teman angkatannya dan senior menonton diluar lapangan.

Levi menghela nafas, "seharusnya, aku tidak membawamu kemari. "

Tangan (y/n) langsung mengepal.

"Kau benar, kapten. "Sahut (y/n). "Selama aku sendirian di Shinganshina, aku tidak pernah dimaki-maki dan dihajar seperti tadi. Seakan titan terlihat lebih manusiawi dimataku. Sungguh,sekarang aku sangat merindukan rumah reyotku"

(Y/n) menutupi ruam disikunya dengan tanga dan levi melihatnya. Seragam pinjamannya, telah robek dan kotor. Dia tidak peduli akan kebersihan yang selama ini Levi terapkan pada semua barang-barangnya.

Lidahnya terasa kelu. Levi menyadari, seharusnya dia tidak mengatakan demikian. Mau dinasehati sepanjang apapun, otak remaja memang keras melebihi batu.

Dia kembali duduk.

"Kau boleh kembali ke kamarmu. "Perintahnya kemudian.

(Y/n) berjalan menuju pintu. Dari meja kerjanya,Levi mengamati cara berjalan (y/n) yang sedikit dia seret.

Levi berdiri,

"Cek lukamu di ruang kesehatan sebelum kembali kekamar."

Kalimat itu seakan keluar dengan sendirinya dari mulut Levi.

Cukup lama kalimatnya dibaikan. Sebelum menutup pintu, (Y/n) membalas dengan anggukan kecil.

***

Perban melilit disepanjang lengan kanannya sampai ke pundak. Beberapa luka kecil telah dibersihkan dengan alkohol menyisakan rasa perih ketika (y/n) menggerakan wajahnya.

Dia kesulitan makan. Karena setiap kali membuka mulut, luka-luka itu akan tertarik, terbuka.

Disaat teman-teman angkatannya duduk dan makan bersama disatu meja. Saling mengobrol membahas banyak hal. (Y/n) memilih duduk sendirian diantara kadet saat makan malam. Lebuh tepatnya tidak ada yang mau duduk bersamanya.

Kaya entah ada dimana.

(Y/n) tidak peduli dengan keadaan disekitarnya. Lirikan mata dan bisikan tak sedap tidak membuat perutnya menjadi kenyang.

Meskipun dia harus menahan rasa sakit dari semua luka ditubuhnya. (Y/n) tetap makan dengan tenang dan pergi lebih cepat.

Dia berjalan sendirian keluar dari kantin dengan langkah terseok. Lampu kantin berubah redup dan berganti dengan sinar bulan.

(Y/n) tetap merasa was-was ketika berjalan ditengah lapangan luas. Dia masih memiliki perasaan titan akan datang dimana saja. Namun, setelah dia menyadari, dirinya tidak lagi berada di shiganshina, perasaan takut tersebut langsung hilang.

Dia sudah bisa berjalan santai sekarang. Dimanapun dan kapanpun. Tanah yang dia pijak terasa lebih tenang tanpa adanya gemuruh langkah kaki titan.

Ketika (y/n) berkelok menuju kamar asramanya. Lorong yang sepi itu terlihat mencekam dengan pencahayaan yang agak menyedihkan. Anggaran Pasukan Pengintai, disetiap tahunnya selalu berkurang. Lalu, desas-desus terdengar bahwa tahun ini adalah tahun terakhir Pasukan Pengintai merekrut kadet baru karena dinilai tidak bisa memberikan kontribusi yang baik untuk kerajaan.

Haleine (AOT X READER)Where stories live. Discover now