chapter 4

116 18 1
                                    

Entah sejak kapan (y/n) bangun. Kaya merasa dirinyalah yang paling awal bangunnya. Namun, (y/n) lebih cepat. Ranjangnya sudah bersih dan rapi. Tidak ada tas atau barang-barang lain yang (y/n) bawa selain boneka beruang kusam yang kapasnya sudah kempes di bagian kaki kirinya. Boneka itu di letakkan menyender pada bantal.

Kaya mengetuk-ngetuk ujung sepatu botnya di lantai. Kepalanya mengangguk, mengatakan sepatunya sudah terpasang pas dan dia siap untuk pergi. pintu ditutup dengan perlahan. Beberapa prajurit lain menyapanya saat berjalan melewati lorong.

Suara alarm terdengar nyaring memekakan telinga. Beberapa prajurit baru sampai harus menutup telinga mereka. Teriakan keith sadis menjadi tanda bahwa tidak ada waktu untuk berleha-leha lagi. sekoyong-koyong, lorong asrama yang sepi menjadi ricuh. Prajurit saling dorong untuk segera menuju ke lapangan.

Beberapa kali, Kaya merasakan punggungnya terdorong ke depan. Dia menjaga keseimbangan tubuhnya dengan bertumpu pada dinding batu bata gedung asrama. Rombongan semakin memenuhi lorong. Jika dia tidak bergerak cepat maka tubuhnya bisa jadi terinjak-injak.

Cahaya matahari pagi masih lembut menyapanya. Angin dingin berhembus, menggerakan bendera Pasukan Pengintai yang berkibar kokoh di antara bukit terjal dan lapangan gersang dimana prajurit baru dan prajurit senior berkumpul.

Kaya merapikan sebentar rambut pirangnya yang berantakan. Dia berada di baris ketiga dari depan. Keith shadis berjalan menuju ke panggung kecil yang ada di depan barisan. Matanya yang sudah dikelilingi keriput dan kepala plontosnya yang mengkilap jika berkeringat. Alisnya bertaut tajam, seakan menatap satu persatu prajurit yang ada didepannya.

"selamat pagi." Kata keith sadhis dengan wibawanya yang mulai keluar dari tubuhnya.

Dia memang sudah tua dan suka minum sake meskipun di jam kerja. Namun, dengan pengalaman puluhan tahun melawan titan yang dia miliki membuat prajurit baru Pasukan Pengintai secara serentak menjawab sapaannya dengan suara lantang.

Mata Kaya bergerak ke sisi lain saat keith sadis mulai berpidato panjang mengenai visi dan misi dari terbentuknya Pasukan Pengintai. Kaya terperanjat saat melihat (y/n) berdiri di depan. Tidak hanya itu, dia berdiri sebaris dengan orang-orang penting di Pasukan Pengintai. Pakaiannya yang kebesaran dengan celana yang juga kebesaran kemudian dia akali dengan memakai ikat pinggang dua sekaligus.

Tampilannya sungguh tidak mencerminkan prajurit yang semestinya.

"apa-apaan tampilannya itu?"cibir seorang lelaki yang berdiri disamping kaya.

Kaya menoleh pada barisan senior yang berbaris disampingnya. Mata lelaki itu menatap (y/n) jengkel. Dahinya berkerut-kerut. Bibirnya berdecak sekali.

Kaya mendongak mengatamati lelaki seniornya yang model rambutnya melingkar aneh seperti sarang burung. Tubuhnya tinggi tegap dengan seragam yang masih polos tidak ada lencana. Sementara teman-teman yang lainnya memiliki lencana di dada kanannya.

Lencana sebagai penghargaan membunuh titan terbaik, penghargaan dalam ujian masuk, penghargaan dalam keaktifan dan ketangkasan serta kekuatan. Semua seniornya memiliki lencana kecuali lelaki itu.

Kaya hampir ketahuan saat tiba-tiba lelaki itu menoleh padanya. Cepat-cepat dia memandang ke depan. Dia kembali dibuat terkejut saat (y/n) dengan cerianya melambaikan tangan padanya.

"Kaya!"

Kaya langsung menunduk. Malu.

*

*

*

"siapa?" Hanji bertanya di telinga (y/n).

"teman sekamar." Jawab (y/n).

Haleine (AOT X READER)Where stories live. Discover now