• jual mahal

9 4 0
                                    

Sekarang udah masuk ke jam makan malam, tapi gak ada niatan Jevanya sama sekali buat keluar kamar.

Bukan karna ia punya dendam sama Novaldi, akan tetapi ia terlalu mager untuk berjalan.

Dia lebih milih guling guling di kasur daripada ia harus keluar kamar menuju meja makan yang menurutnya jaraknya itu amat sangat jauh.

Padahal hanya butuh lima belas langkah untuk sampai kemeja makan, tapi justru hal itulah yang menjadi hal jalan terjauh baginya.

"Laper banget sumpah, mana gabut lagi," Jevanya baru menyadari jika sedari tadi ia terus berdiam diri dikamar tanpa memasukan makanan apapun kedalam mulutnya

Kemudian ia mulai turun dari ranjang kasur miliknya dan memeriksa isi kulkas yang berada di kamarnya dan ternyata isinya kosong.

Dengan terpaksa ia harus pergi ke indo april bual beli ramyeon instan, karena saat ini dia cuma pengen makan itu.

Selama diperjalanan, Jevanya bener bener kayak anak ilang. Kalau biasanya ia kemana mana ia selalu pakai headset, sekarang mah cuma bisa celingukan gak karuan.

Sesampainya di indo april ia langsung mengambil ramyeon favoritnya dan minuman kaleng di lemari pendingin dan tak butuh lama ia sudah bisa keluar dari sana.

"Jev!"

"Bang asya?" Gumam Jevanya pelan "abang ngapain disini?"

"Bang aldi nyuruh gue buat ngikutin lo, makanya gue disini," jelas Chasya "sekarang ayo balik!"

"Kagak lah bang, anya mau pulang sendiri," tolak Jevanya mentah mentah

"Kalau gue ngikut lo pasti bang aldi liat terus marahin gue kayak tadi."

"Lo duluan aja," suruh Jevanya

"Lo ngusir gue nih ceritanya?" Tanya Chasya

"Emangnya lo gak takut ya jalan sendirian, mana banyak pohon gede kayak gini, emangnya lo mau ya ketemu sama mba kun kun?"

"Ih abang kok malah di spill sih namanya, nanti ka─"

'hihihi...'

"Yah abang itu suara apaan?" Namun yang ditanya malah udah pergi duluan meninggalkan Jevanya sendirian di sana

'hihihi... hihihi...'

"TOLONG JANGAN MAKAN GUE, GUE GAK ENAK, PAIT LAGI! KABUR!!!!"

─ brother ─

"Gila, lo beneran dikejar sama mba kun kun?" Kaget Nara

"Ya gak dikejar juga, tapi suaranya itu bikin gue merinding."

"Gue juga nyesel banget karna gak cepat cepat ikut bang Chasya, kan jadinya gue ditinggal," sambung Jevanya

"Lagian lo nya juga ngapain pake sok jual mahal segala? Kan jadinya kena tinggal," kata Anggi

"Tapi btw, hp lo mana?"

"Disita bang aldi."

"Hampir anak anak pada nyariin lo dan kita berdua bingung lah mau jawab apa," ucap Nara berapi api

"Kalau bukan kak Jaden yang nyariin gak usah diomong."

Bugh

"Nara bangsat, sakit ege!"

"Suruh siapa lo ngomong kayak gitu? Lagipula ngapain sih masih ngejar ngejar tuh anak. Orang dianya aja gak suka sama lo."

Omongan Nara kali ini ada benarnya juga, Jaden gak suka sama Jevanya, masih aja dikejar kejar.

Tetapi mau seberat dan sesulit apapun caranya buat dapetin Jaden, dia bakalan terus berpegang teguh pada keyakinannya. Yaitu bisa mendapatkan hatinya Jaden Zyandra.

"Lo diem aja deh ra, gue yakin pasti suatu saat nanti dia bakalan suka sama gue."

"Kalau mimpi itu jangan ketinggian, kayak lo bisa nge gapainya aja," kata Anggi

"Lo kan pendek, jadi mana bisa nge gapai."

Pletak

"Anya, sini gak lo!"

Brother ft. Treasure [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang