Brother ft. Treasure [Hiatus]

• menyesal

Setelah Jevanya memutuskan untuk pergi dari ruang tamu, semua terkecuali Novaldi dan Nareza memutuskan pergi juga.

Keduanya sama sama tengah merenung dan entah apa yang mereka tengah renungkan.

"Bang?"

Dia tak menjawab, matanya langsung melirik ke asal suara "lo seharusnya gak bertindak kayak tadi ke anya..."

"Tapi gue udah terlanjur kecewa sama dia! Masa dapetin nilai yang sempurna aja dia gak bisa!"

"Tapi kan bang, dia masih kecil nanti yang ada kalau abang bentak anya dia lagi stres lagi─"

"Lagipula kita juga gak pernah tuh namanya ngajarin anya belajar, jadi wajar aja kalau dia begitu. Diumur segitu tuh masih labil labilnya bang..."

"Dianya aja yang gak pernah mau belajar. Kerjaannya ngedrakor aja, sedangkan dia gak mau sama sekali belajar. Gimana gue gak kesel coba, ja?"

Ya Novaldi pantas kesal. Menurutnya ia tau yang terbaik buat adik perempuan satu satunya itu, jadi dengan terpaksa dia harus menghukum Jevanya. Ia tak mau sampai Jevanya terlihat bodoh akan pendidikan.

Tetapi ada sedikit rasa penyesalan setelah memarahi Jevanya barusan. Dalam hatinya ia ingin sekali meminta maaf, tetapi ego nya mengatakan tidak.

Lebih tepatnya keegoisan yang menguasainya sekarang.

Dan perkataan Nareza yang tadi ada benarnya juga. Baik dirinya dan juga yang lainnya sama sekali tak pernah membimbing Jevanya belajar, akan tetapi ia malah menuntut hal yang lebih Jevanya. Ia merasa bersalah akan hal ini.

"Ya setidaknya jangan terlalu keras lah bang! Kasian, dia masih terlalu kecil buat dibentak bentak gini," kata Nareza

"Lo tau sendiri kan kalau gue itu gak pernah bisa bersikap lembut sama seseorang, kalau ada masalah kayak gini kan pasti emosi gue selalu naik. Gue gak bisa sama sekali kontrol emosi."

"Jangan bilang enggak, lo pasti bisa bang," ujar Nareza "sekarang udah kepikiran kan gimana caranya lo minta maaf ke anya?"

"Belum," Novaldi pun pergi, tak lupa ponsel Jevanya ia masukan dulu dalam ke saku celananya