• ziarah

18 4 0
                                    

"Anya, cepetan siap siapnya!"

"Sabar, bentar lagi nih!" Jevanya setengah berteriak

Semenit kemudian Jevanya mulai keluar kamar dengan pakaian serba putih lalu berjalan menuju ke sumber suara yang sedari tadi meneriaki nya.

"Ayo!"

Haidar─ kakak keempatnya itu mulai menatap setiap inci dari tubuh adiknya, lalu menatap tak suka "tumben banget lo mau ikut," cibirnya

"Biasanya juga ngedrakor ngedekem dikamar."

Plak

Jevanya memukul abangnya itu dengan keras "anya sakit tau!" Haidar meringis

Jevanya memilih tak perduli dengan abangnya itu, ia berjalan mendahului Haidar sebelum ia benar benar masuk kedalam mobil yang akan membawa mereka ke suatu tempat.

─ brother ─

"Bun, yah, anya kangen sama kalian."

"Anya pengen banget liat kalian," Jevanya terisak sembari menghapus air mata yang terus menerus keluar dari matanya

"Anya juga mau minta maaf sama bunda. Gara gara bunda ngelahirin anya, nyawa bunda jadi taruhannya─" ia menjeda ucapannya seraya menyeka air matanya

"Maafin anya, bun..."

"Anya lo ngomong apaan sih?" Tanya Leo. Ia menghembuskan nafas kasarnya ke udara dengan raut wajah yang sedikit kesal

Ya dia wajib kesal! "Ini semua bukan salah lo dan ini semua sudah menjadi takdir yang diatas, jadi mulai sekarang berhenti salahin diri lo sendiri, okay?"

"Bener tuh kata bang Leo, ini semua udah takdir dan kita sebagai manusia harus bisa menerimanya," Chasya mengiyakan ucapan Leo

"Tapi bang, gue bener bener ngerasa bersalah banget," sarkas Jevanya berapi api, namun terdengar pelan ditelinga mereka

"Coba aja waktu itu bunda gak ngandung dan ngelahirin gue, pasti mereka masih hidup dan kalian hidup bahagia."

"Hush!" Sambar Jian cepat "mulutnya ya gak bisa dijaga! Lo gak boleh ngomong kayak gitu lagi, dosa tau!"

"Kalau enggak bisa dijaga mulutnya, mending lo jahit aja ji."

Celetukan Haidar hampir membuat Jevanya tertawa, namun ia mengurungkan niatnya karena menurutnya ini bukan saat yang tepat untuk tertawa.

Apalagi ini di pemakaman. Bagaimana jika para mayatnya hidup kembali dan ikut tertawa?

Jevanya lantas tertawa dalam hati.

"Serah lo idar," ucap Novaldi jengah

"Mending mulut lo aja tuh yang di jahit," Reyjuno membuka suaranya

"Biar gak kebanyakan bacotnya."

"Dih, dih, lo juga banyak bacot tau!" Tukas Haidar tak terima

"Weh kok jadi pada ribut gitu sih? Lo pada gak liat kita lagi ada dimana, apa?" Lerai Nareza akhirnya, sedari tadi ia sudah sangat jengkel pada Haidar

"Daripada ribut mendingan kita pulang, bentar lagi hujan!"

Brother ft. Treasure [Hiatus]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant