21. Angan

9 2 0
                                    

   Karel memang anak penurut. Orang tuanya pasti bangga memiliki seorang putra yang patuh sepertinya.

    Panggilan telepon dari Gitta selalu di tolak, semua pesan-pesan yang Gitta kirimkan sudah tidak pernah lagi ia balas. Cowok manis itu semakin menjaga jarak, menutup semua akses untuk Gitta dekati.

   Gadis itu hanya bisa menghela nafas, saat lagi-lagi Karel mengabaikannya; padahal Gitta sudah menunggu hampir satu jam di depan kelasnya.

  Karel menundukkan pandangannya, ia berjalan melewati Gitta begitu saja.

“Karel, ayo, kata Bunda, kan, jangan sampai pulang terlambat,” ujar Indah di sampingnya mengingatkan Karel, saat laki-laki manis itu memperlambat tempo langkahnya, sesekali ia melirik ke belakang sana dimana Gitta masih berdiri di depan ruang kelas.

  Rasanya sangat tak karuan, biasanya Gitta akan langsung berlari untuk mengejarnya saat Karel mengabaikannya; namun hari ini, Gitta sama sekali tidak mengambil langkah, ia hanya mematung ditempatnya, membiarkan Karel semakin melangkah jauh dan berlalu dari hadapannya.

“Tumben loe nggak ngejar-ngejar tuh anak?” Ucap Imelda yang baru saja tiba, ia menyilangkan kedua tangannya di dada seraya menatap prihatin sahabatnya.

“Gue nggak pantes, ya, buat Karel?” ucapan Gitta terdengar begitu spontan, Imelda terkesiap oleh pernyataan parau sahabatnya itu.

“Gitt,” ucapnya seraya mengusap bahu Gitta, “You are so beautiful... Loe udah ngelakuin yang terbaik dan mencoba untuk menjadi orang baik selama ini. That’s enough. Kalau mereka masih belum bisa nerima loe, belum bisa merasakan kebaikan loe, masalahnya ada pada diri mereka sendiri, bukan pada loe. Stop, jangan nge-push diri loe terlalu keras, karena mau sesempurna apapun loe, dimata manusia loe masih akan selalu banyak kurangnya.”

   Karel sudah menghindar, seharusnya Gitta sadar, bukan malah mengejar. Dari sikap Karel sudah sangat jelas jika Gitta bukanlah seseorang yang penting dalam hidupnya. Selama ini Gitta saja yang terlalu berharap tinggi pada laki-laki manis itu. Karel tetaplah Karel, remaja yang belum tahu apa itu cinta dan perasaan sejenisnya terhadap wanita.

   Jangan berharap Karel akan membela Gitta di hadapan orang tuanya, atau sekedar menyanggah gosip-gosip buruk di luar sana yang di percayai Bundanya tentang Gitta. Padahal Karel jelas tahu jika banyak sekali tuduhan-tuduhan yang tidak sesuai fakta yang orang-orang bicarakan.

   Gitta sudah menyadari dari awal jika Karel itu berbeda, cara laki-laki itu dalam menghadapi masalah percis sekali anak kecil yang masih memerlukan petunjuk orang dewasa dan akan cepat patuh terhadap perintah orang tuanya, tanpa mempertanyakan alasan dan memberi pembelaan. Di usianya saat ini seharusnya Karel sudah berani mengungkapkan isi hati dan pikirannya.

....

Aku perhatikan akhir-akhir ini kamu selalu terlihat murung. Ada apa?

Are you okay?

   Setelah sekian lama akhirnya Karel kembali mendapati stiky note di dalam lokernya.

  Apa kamu menyukai Gitta? Tulisnya pada stiky note lain yang ditempel pada sebuah minuman kaleng bersoda.

  Seseorang itu mengetahui kedekatannya dengan Gitta?

  Karel menjadi semakin penasaran, siapa dia? Jika ia merupakan salah satu SMA Gemilang kenapa tidak langsung menemui Karel untuk berbicara? Kenapa ia selalu mengirimkan stiky note untuk berkomunikasi dengannya?

  Seseorang itu pasti ada di dekatnya, ia selalu memperhatikan Karel. Karel harus mencarinya, menemuinya, dan menanyakan maksud tujuannya selalu membuka lokernya dan memberinya banyak hadiah. Jujur saja, di satu sisi Karel senang dengan semua cemilan dan pesan singkat yang ia kirimkan, namun disisi lain ia merasa takut; Bundanya pernah mengingatkan Karel untuk berhati-hati, karena kita tidak tahu motif seseorang itu selalu memberi Karel hadiah, bisa saja ia merupakan seorang penguntit dan mempunyai niat buruk terhadap Karel.

COTTON CANDY (On Going)Where stories live. Discover now