04. Hiks, Komikku :'( ✔️

60 15 0
                                    

"Kak Gitta, aku mau bicara."

  Sebelum suara itu menginterupsi dan menghentikan gelak tawanya. Gitta dan teman-temannya menatap heran seorang siswa berwajah manis yang tengah berdiri di hadapannya. Untuk sekejap BRIGHT saling melempar pandangan, bertanya-tanya siapakah cowok yang berani mengusiknya sekarang?

"Gue?" Gitta menunjuk dirinya sendiri seraya menatap penuh tanya cowok manis tersebut.

"Iya, disini siapa yang namanya Gitta?" jawab cowok itu polosnya.

"Bicara apa?" Gitta bangkit dari duduknya, ia mengambil beberapa langkah agar bisa berdiri saling berhadapan dengan cowok berambut apel tersebut.

  Teman-teman Gitta ikut memperhatikan, mereka penasaran apa yang membawa cowok itu sampai mempunyai keberanian untuk mengajak bicara seorang Dewi sekolah. Pasalnya hanya cowok-cowok populer saja yang berani mendekati Gitta saja.

"Ada apa loe cari gue?" Gitta menatap lekat-lekat siswa tersebut, "Karel Lais S. A," lanjutnya membaca pin nama di saku seragamnya.

  Karel memintili ujung seragamnya. Aneh, sebelum memutuskan untuk menemui kakak kelasnya itu dia merasa berani dan biasa-biasa saja. Namun saat mendengar gadis itu berbicara, bulu kuduknya meremang. Saat Gitta semakin mendekat kearahnya, Kenapa jantungnya deg-degan? Dan saat netra mereka bertemu untuk yang kedua kalinya, kenapa kali ini ia tak mampu lebih lama menatap netra hazel-nya? Tatapan kakak kelasnya masih tajam seperti tempo hari saat mereka tidak sengaja bertemu di dekat gerbang sekolah.

"K-kak Gitta," Karel mulai buka suara, tapi ia masih menunduk.

"Hmm?"

Perlahan Karel kembali mendongak, sehingga mata bobba-nya kembali bertemu dengan netra hazel itu, "Kak Gitta dan temen-temennya, ya, yang ngerjain indah kemarin?"

"Ouh, tentang itu," Gitta mengangguk pelan, jadi itu yang membawa cowok manis itu menemuinya, "Kalo iya?" lanjutnya.

  Karel mengerutkan keningnya, matanya menyipit tajam, "Kenapa?" dari nada ia bertanya nampak ada rasa kesal disana.

"Nggak boleh kaya gitu, dong," pekiknya sedikit menaikan notasinya.

"Kenapa nggak boleh? Cewek itu pacar loe, ya?"

  Gitta melirik kearah teman-temannya, Raisa lah yang baru saja buka suara. Sebelum akhirnya ia kembali melirik cowok manis dihadapannya, "Beneran?"

"Ha? A-apa?"

  Gitta berdecak, "Itu, cewek itu pacar loe, ya?"

  Karel mengeryit heran, "Indah?"
"Ih, bukan. Indah itu temennya Karel," lanjutnya seraya mengibas-ngibaskan tangannya.

"Kak Gitta,"

"Hmm?"

"Indah kan, nggak sengaja numpahin minuman itu, dia juga udah minta maaf. Tapi kok, kak Gitta malah ngerjain dia sih? Kasihan tahu, seragamnya kotor. Lagian, emangnya Indah itu gorengan apa, dikasih telor sama terigu?"

  Gitta tekekeh pelan. Tidak, ia tidak kesal pada Adik kelasnya ini. Justru Gitta tak ingin beralih menatap wajahnya yang sesekali merengut lucu saat berbicara, mata bulat dan gigi kelincinya terlihat sangat menggemaskan.

  Sungguh. Rasanya Gitta seperti tengah menanggapi seorang bocah yang merajuk ingin dibelikan jajan.

"Kak Gitta?!"

"Apa?"

  Karel memekik kesal, pasalnya kakak kelasnya itu malah asyik memandanginya ketimbang menjawab keluh kesahnya.

"Kak Gitta denger, ndak, sih?"

"Iya, kuping gue masih normal kali,"

"Yaudah. Sekarang loe mau gue apa, hah?" lanjut Gitta bertanya pada cowok manis di hadapannya.

COTTON CANDY (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang