epilog

267 24 1
                                    

you've already bloomed in my heart

***


Jeonghan baru keluar kamar dan akan memanggil nama putrinya ketika ia menemukan bekas bungkus Daim yang berserakan di meja dapur. Mangkuk makannya memang sudah bersih tak tersisa, tapi memakan Daim setelah makan malam adalah larangan besar untuk Elaine. Tapi Jeonghan sangat tahu siapa dalang dibalik cokelat-cokelat ini.

Dibalik sofa, Jeonghan bisa mendengar suara cekikikan nyaring dari sang putri. Elaine sedang tengkurap di depan Jisoo yang bersila menghadapnya. Putri kecilnya itu kini sibuk meletakkan tangannya di atas perut Jisoo yang besar.

Akhir-akhir ini, Elaine memang sangat terobsesi dengan perut besar Jisoo—apalagi setelah mengetahui fakta bahwa adik bayi tumbuh di dalam tubuh seseorang sebelum dilahirkan ke dunia. Tentu saja Elaine sudah melihat foto Jeonghan ketika mengandung dirinya—ia biasanya hanya mengangguk dan tidak pernah bertanya lebih jauh. Tapi satu-satunya orang dengan perut besar yang mondar-mandir di sekeliling Elaine dan bermulut besar hanyalah Jisoo.

Biar aku tekankan lagi, monolog Jeonghan pada dirinya sendiri, mencoba memahami pemahaman putrinya. Adik berarti seseorang akan menjadi kakak. Dan Elaine ingin sekali menjadi kakak.

Jeonghan juga tidak akan melupakan bagaimana sulitnya saat ia dan Seungcheol mencoba memberkan Elaine pengertian minggu lalu.

"Tapi Elaine mau adik! Elaine juga mau punya adik bayi!" kata Elaine begitu menyambut ayahnya datang. Jeonghan hanya duduk diam sambil memijit pelipisnya.

Seungcheol melirik Jeonghan yang sekarang pasti sedang menahan lelah. Entah sejak kapan, Elaine selalu rewel setiap kali keinginannya tidak dituruti. Jeonghan yang merasa sedang ditatap Seungcheol kini berbalik menatapnya dengan sengit. Seolah berkata, "Itu karena kau selalu memanjakannya."

Seungcheol yang baru datang malam itu pada akhirnya hanya bisa tersenyum ke arah sang putri, mencoba memberinya pengertian. Ia kemudian berlutut untuk menyejajarkan tubuhnya dengan sang putri. Tangannya meraih kedua tangan Elaine untuk digenggam.

"Iya, Ayah tahu, sayang. Tapi adik bayi tidak bisa lahir dalam semalam."

Elaine melipat tangannya di dada dan memberengut, merasa Seungcheol satu tim dengan Jeonghan untuk melawan keinginannya. Ia mengalihkan pandangan dan berujar kesal, "Tapi bisa dibuat dalam semalam."

Seungcheol bisa melihat Jeonghan menegakkan punggungnya tiba-tiba saat mendengar itu.

"Siapa yang sudah mengatakan hal itu padamu?" tanya Jeonghan, membuat dua orang dihadapannya lebih terkejut dari dirinya sendiri. Ia tak pernah berpikir bahwa Elaine bisa mengatakan hal seperti itu.

Jeonghan sebenarnya tidak berniat untuk menaikkan nada bicaranya. Seharian ini, Elaine hanya menuntutnya untuk memberinya adik tanpa henti setelah pulang dari rumah Jisoo—bukannya setiap hari Jeonghan tidak pernah mendengar permintaan itu. Kali ini Elaine benar-benar terus mengatakannya. Putrinya itu bahkan sudah hampir menangis kalau Seungcheol tidak segera datang.

Jeonghan dari tadi memang hanya mendiamkannya—tentu setelah banyak pengertiannya ditolak habis-habisan oleh Elaine. Ia menyerah, biar ayahnya yang akan mengurusnya nanti. Rewelnya Elaine biasanya lebih berhasil diredam kalau Seungcheol yang melakukannya.

Elaine yang terkejut mendengar suara Jeonghan merapat ke arah ayahnya. Menyembunyikan setengah wajahnya di dada Seungcheol.

Jeonghan yang merasa bersalah kemudian berlutut, mencoba mendekat ke arah Elaine. Ia memang kadang terlalu tegas pada Elaine untuk beberapa hal. Dan sudah ratusan kali pula ia berdebat dengan Seungcheol karena hal itu. Tentu saja perdebatan itu akan sepaket dengan Seungcheol si paling memanjakan anak.

FlowerWhere stories live. Discover now