✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Disisi lain, Gantari nampak masih sibuk untuk memainkan kuasnya di atas canvas yang masih sedikit dipenuhi oleh warna, sebenarnya lukisan itu memang sudah selesai hanya saja Gantari tidak betah jika melihat ada sudut dari canvasnya yang belum terkena oleh warna.

Intinya canvas miliknya itu harus full berwarna.

Sunyi nya Malam membuat gadis itu semakin fokus, ia sangat menyukai keadaan seperti ini, keadaan dimana akhirnya Gantari bisa merasa jauh lebih tenang. Sepi, sunyi, dan senyap, benar-benar keadaan yang sangat di sukai oleh Gantari.

Martabak pemberian Sagara tadi sudah habis ia makan, ah tentang martabak itu, Gantari jadi teringat usaha Sagara yang rela kehujanan demi membelikannya 2 kotak martabak ketan.

"Semoga dia gak sakit." Batinnya, tiba-tiba saja dirinya menjadi merasa tidak tenang.

Pertanyaan-pertanyaan seketika muncul di otak Gantari, tentu saja gadis itu merasa khawatir, namun apa yang bisa ia lakukan sekarang? Datang ke Rumah Sagara di jam 11 Malam? Yang benar saja!

Karena tidak mau berlarut-larut memikirkan hal ini, Gantari dengan cepat merapihkan peralatan melukisnya lalu menutup pintu balkon, masa bodo dengan lukisannya yang sedang ia sempurnakan tadi.

Kakinya melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi, ia tak akan bisa tertidur jika belum melakukan 2 hal wajib itu. Gantari sudah dibiasakan dari kecil untuk mencuci muka dan menggosok giginya oleh Danish dan Serana, dulu alasan yang diberikan oleh kedua orang tuanya itu kalau Gantari tidak mau menggosok gigi di Malam hari nanti akan datang penyihir jelek yang mencabut seluruh giginya hingga tak bersisa.

Karena dulu Gantari sempat tidak mau menuruti perkataan Danish dan Serana, jadi mereka terpaksa untuk berbohong. Namun seiring jalannya waktu, Gantari sadar kalau yang dikatakan oleh orang tuanya itu hanya omong kosong. Tapi Gantari memaklumi hal itu, toh Danish dan Serana melakukan hal itu demi kebaikan dirinya.

Setelah selesai dengan ritualnya, barulah Gantari bisa tertidur dengan nyenyak seperti sekarang, ia mematikan seluruh lampu di kamarnya kecuali lampu tidur. Gadis itu memang biasa tidur dalam keadaan gelap tetapi tidak 100% gelap, minimal ada satu lampu yang harus menyala disana.

Pagi harinya, Gantari terbangun dari tidurnya, tangan lentiknya bergerak untuk mengambil ponsel di atas nakas, memeriksa notif yang masuk. Alisnya nampak mengerut, semua notif percakapan muncul disana tapi tidak dengan notif dari Sagara, biasanya laki-laki itu sudah mengiriminya banyak pesan. Entah sekedar mengucapkan selamat Pagi atau menanyakan kegiatan Gantari hari ini.

Pertanyaan yang tadi Malam sempat mengganggunya kini kembali muncul, gadis itu sudah bisa memastikan kalau Sagara pasti sakit karena hujan-hujanan kemarin.

Jujur Gantari merasa khawatir sekaligus kesal, ia khawatir dengan keadaan Sagara sekarang dan juga kesal karena aksi nekat laki-laki itu, mengapa juga ia harus menerobos hujan demi bisa membelikannya martabak ketan? Orang bodoh mana yang melakukan hal itu selain Sagara?

Setidaknya ia bisa mengenakan jas hujan untuk membungkus dirinya agar tidak terlalu basah, tapi kenyataannya Sagara tidak melakukan hal itu, ia malah membungkus diri dengan jaket kulit yang tidak memiliki fungsi untuk melindungi dirinya dari hujan.

Gadis itu mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar mandi, ingin membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum memulai aktifitas hari ini. Sebenarnya ia juga belum memiliki rencana apa-apa untuk sekarang, tapi sepertinya gadis itu akan menghabiskan banyak waktu di dalam kamar ataupun di taman belakang untuk melukis saja.

NISKALAWhere stories live. Discover now