Bau rokok

52 5 2
                                    

Happy Reading, Cupie! ꒰⁠⑅⁠ᵕ⁠༚⁠ᵕ⁠꒱⁠˖⁠♡

Bel istirahat telah berbunyi, sebagian murid di kelas berhamburan pergi menuju kantin, begitupun dengan Aurel. Sebelumnya gadis itu sudah mengajak Gantari makan siang di kantin namun ia menolak. Diam-diam gadis itu tersenyum senang saat di kelas hanya menyisakan beberapa orang saja, termasuk Sagara.

Tidak ada yang pria itu lakukan disana, hanya diam sambil menatap punggung Gantari karena kebetulan gadis itu duduk di depannya. Mereka tidak 1 baris, kalau Gantari ada di barisan nomor 3 dari pintu, maka Sagara ada di barisan nomor 2 dari pintu kelas.

Berbeda dengan Orion, pria itu sudah pamit pergi menemui Sabian, tadinya ia sudah mengajak Sagara namun sang empu menolak dan lebih memilih untuk tetap berada di dalam kelas.

Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Gantari datang sendiri mendekati meja Sagara, tangan letiknya terlihat membawa sekotak tempat makan berwarna hijau, dengan cepat ia letakan tepat dihadapan Sagara.

"Dari Bunda, buat kamu." Senyuman Sagara mengembang, ah lebih tepatnya senyuman jahil, Gantari kesal sekali tiap kali melihat senyuman itu.

"Dari Bunda apa dari lo?" Tanya Sagara, ia kembali menaik turunkan alisnya untuk menggoda gadis itu, sepertinya Sagara memiliki hobi baru.

"Stress."

Setelah mengucapkan hal itu, Gantari langsung kembali duduk di mejanya, mengabaikan Sagara yang masih setia menggodanya dengan perkataan yang memuakkan. Mengapa laki-laki itu suka sekali mengganggunya?!

Gantari sempat berpikir kesalahan apa yang telah ia perbuat di masa lalu hingga bertemu dengan makhluk seperti Sagara? Tapi setelah dipikir-pikir, ia tak ada melakukan kesalahan apapun? Gantari saja selalu menutup diri dengan dunia luar, bagaimana ia mau melakukan kesalahan terhadap orang lain? Begitu pikirnya.

Seolah tersadar dari lamunannya, Gantari langsung menggelengkan kepala beberapa kali, dengan cepat ia mengambil kotak makan berwarna merah serta buku novel yang ia bawa. Tak lupa menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone, Gantari menciptakan ketenangannya sendiri.

Sagara yang sedari tadi melihat gerak-gerik gadis itu hanya terkekeh, menurutnya Gantari itu sebenarnya bisa diajak berteman namun sifatnya yang terlalu kaku dan tertutup jadi memberikan efek canggung untuk sebagian orang yang ingin mengajaknya berbicara.

"Gapapa, gue bakal terus berusaha supaya bisa temenan sama lo, Gantari." Gumam Sagara sambil memasukan sepotong brownies yang diberikan oleh Gantari.

Rasanya manis, lembut, dan enak! Sagara penasaran apakah ini buatan gadis itu sendiri atau ia membelinya di toko? Tapi toko mana yang menjual brownies seenak ini? Sagara baru pertama kali mencicipinya.

Saat potongan terakhir brownies coklat itu sudah masuk ke dalam mulut Sagara, ia langsung menyimpak kotak makan milik Gantari lalu memasukannya ke dalam tas, mungkin besok atau nanti Malam akan ia kembalikan, dalam keadaan terisi kembali tentunya.

Kaki jenjangnya membawa tubuh Sagara untuk datang mendekat ke arah Gantari, ia sempat menepuk pelan pundak gadis itu karena sepertinya dipanggil pun percuma, ia tak akan dengar.

Gantari yang merasa pundaknya ditepuk pun langsung melepaskan satu earphone-nya dan mengalihkan pandangan untuk menatap sang pelaku, "Apa?" Tanya Gantari.

"Gue mau keluar nemuin Orion sama Sabian, lo mau nitip gak?" Dengan cepat Gantari langsung menggeleng dan kembali memakai earphone-ya lagi, perutnya sudah kenyang dengan hanya memakan 5 potong brownies, tak mampu untuk menerima makanan apapun lagi.

NISKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang