Act fool

43 5 0
                                    

Malam hari tiba, keluarga kecil itu kini sedang duduk dalam sunyi di meja makan, hanya terdengar suara gentingan garpu dan juga sendok yang bertubrukan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam hari tiba, keluarga kecil itu kini sedang duduk dalam sunyi di meja makan, hanya terdengar suara gentingan garpu dan juga sendok yang bertubrukan.

Sagara nampak tidak bernafsu dalam makannya, dari tadi ia banyak terlihat melamun dan porsi makannya juga jauh lebih sedikit dibanding biasanya. Vadel yang duduk di hadapan Sagara merasa kebingungan dengan apa yang sedang terjadi pada adiknya itu? Mungkin akan ia tanyakan nanti saat kedua orang tuanya sudah beristirahat.

Tepat 20 menit acara makan Malam mereka telah selesai, Vadel langsung membantu Nabel untuk membersihkan piring-piring kotor dan mencucinya, Sagara hanya diam melihat hal itu, lama-lama ia berpikir kalau dirinya memang pantas diperlakukan tidak adil oleh Radit dan Nabel.

"Contoh Abang kamu, Sagara." Perkataan itu, perkataan yang selalu ia dengar dari kecil. Terkadang Sagara berpikir apakah Radit tidak bosan mengatakan hal itu? Ia saja yang mendengarkannya sudah muak.

"Iya." Se-singkat itu jawaban yang diberikan Sagara, laki-laki itu seperti tidak berniat sama sekali untuk mengobrol dengan Radit.

Kedatangan Nabel dan Vadel yang sudah selesai membersihkan piring kotor semakin membuat perasaan Sagara memburuk, ia rasanya ingin cepat-cepat pergi dari sini, ingin mengurung diri di kamar selama apapun yang ia bisa.

"Kami bawa sesuatu loh untuk kamu, nanti ke kamar ya buat ambil!" Ucap Nabel dengan senang sambil mengusap-usap kepala Vadel dengan lembut, hal itu tak luput dari pengelihatan Sagara. Seingatnya, ia tak pernah di usap kepalanya oleh Nabel sejak kecil, Sagara penasaran bagaimana rasanya?

"Untuk Sagara, Ma?" Perkataan Vadel mampu membuat senyuman manis Nabel luntur, ia menarik tangannya untuk berhenti mengelus rambut putra pertamanya.

Dari raut wajah Nabel, Sagara sudah dapat menebak apa yang akan Mamanya itu katakan, benar-benar sudah bisa menebak itu.

"Nanti kamu bagi aja ke dia, udah ya, Mama sama Papa mau ke kamar dulu. Nanti kamu ambil sendiri ke kamar ya, di totebag yang warna hitam." Menyebut nama Sagara pun sepertinya enggan, se-tidak suka itukah Nabel dengan dirinya?

Bola mata Sagara bergerak untuk mengikuti pergerakan kedua orang tuanya yang berjalan meninggalkan ruang makan, dengan cepat ia langsung menghela napasnya dengan kasar sambil memejamkan mata. Vadel yang melihat hal itu langsung berjalan mendekat dan mengusap pundak Sagara untuk beberapa saat, berusaha untuk menguatkan adiknya?

"Sabar ya, Sag, gue yakin kok sebentar lagi Mama sama Papa bakal berhenti perlakuin lo kaya gini." Ucapan Vadel semakin membuat perasaan Sagara tidak karuan, sabar katanya? Memang selama ini Sagara sudah kurang sabar apa?

Sang empu hanya mengangguk lalu melenggang pergi meninggalkan Vadel sendiri, tujuannya saat ini hanyalah kamar, ia sangat ingin beristirahat. Entah mengistirahatkan raganya atau juga jiawanya.

Sesampainya Sagara di kamar, ia langsung mengunci pintu dan merebahkan diri di atas kasur. Kepalanya sangat sakit seperti terkena pukulan kuat, tubuhnya lemas bahkan untuk membungkus diri di dalam selimut pun ia tak bisa. Baru saja ingin membuka matanya, Sagara kembali dipaksa untuk menutupnya kembali karena pandangannya seperti berputar-putar.

NISKALAWhere stories live. Discover now