S12 - Deep Talk

12 0 0
                                    

S12. Deep Talk

Malam 27 Rajab jangan lupa perbanyak sholawat, yaw!!

🌻🌻🌻

Kita tidak tahu
Bumi yang mana?
Hati yang mana?
Keputusan yang mana?
Yang terbaik untuk Kita
Tapi kita meyakini
Bahwa yang terbaik untuk kita
Adalah apa yang dipilihkan Allah.
- Al-Shafawi

Selama tiga hari keduanya berada di rumah orang tuanya Ayra. Sekarang keduanya pindah ke rumah orang tua Elriefza. Kesepakatan keduanya usai menikah sebelum pulang ke rumah yang sudah di bangun Elriefza.

Ayra mulai terbiasa usai shalat subuh tidak tidur lagi. Apalagi ia sekarang sudah menjadi istri. Kewajiban sudah bertambah. Sekarang ia disibukkan dengan peralatan dapur. Tidak dibantu ART sesuai peraturan di rumah tersebut.

Perempuan cantik berjalan menuju dapur. "Nak Ayra, sudah bangun."

Suara itu membuat perempuan berhijab itu menoleh. Ayra tersenyum. "Iya, Ummi."

Mertua dan menanamtu itu terlihat tenggelam berkutik dengan peralatan dapur.

"Zika belum bangun, Mi?" tanyanya sembari menggoreng tempe.

Hana menoleh menatap menantunya. "Habis subuh tidur lagi, kebiasaan," jawabnya, tangan tak berhenti menumis sayuran untuk sarapan pagi ini.

Perempuan yang masih mengenakan piyama itu mengangguk. "Makanan kesukaan Mas Riefza, apa Mi?" tanyanya sembari beranjak meniriskan tempe.

Perempuan berhijab panjang itu mengerling pada menantunya. "Abang suka masakan apa pun, yang penting masakan rumah," jelasnya.

Ayra tersenyum malu mendapati mertuanya menggodanya. Lantas keduanya saling berbincang banyak hal sembari memasak bersama.

•••••

"Wah, sepertinya ada yang beda makanan pagi ini," celetuk Zika setelah mendudukkan diri di kursi.

"Dan seperti biasa kamu gak bantu kan, Dek!!" jelas pria yang lengkap mengenakan setelan jas.

Perempuan yang dipanggil adek itu mencebik seraya menyendokkan nasi ke piringnya.

Elriefza terkekeh belum puas menggoda adiknya. "Suamimu ntar di kasih makan apa, Dek."

Ayra menyendokkan nasi ke piring suaminya. "Segini, Mas?"

Elriefza mengangguk sekali.

Perempuan itu kali ini mengerucutkan bibirnya, semakin kesal. "Abang!! teriaknya tertahan, tangan mengepal gemas.

Elriefza tersenyum geli tatkala melihat adiknya.

"Udah-udah. Waktunya makan." Suara dari kepala keluarga menginterupsi keduanya membuat semuanya sarapan dengan tenang. Ummi dari kedua anak itu menggeleng terbiasa dengan tingkah keduanya. Sedangkan perempuan yang baru menjadi keluarga tersebut tertegun melihat senyum dan sifat suaminya yang berbanding balik ketika dengannya.

Semoga ke depannya aku juga menjadi alasan kebahagiaanmu, Mas.

•••••

Schicksalحيث تعيش القصص. اكتشف الآن