19. Menikah? Dan Delin Suka

Start from the beginning
                                    

Darka ingin Delin tidak sedikit makannya. Delin sekarang semakin kurus. Mungkin juga karena tekanan Batinnya soal video.

Karena video itu sudah di hapus, Darka harap Delin mulai lagi mengisi tubuhnya agar dia semakin betah.

Keduanya makan dengan nyaman. Delin terlihat senang menatap orang yang berjalan di trotoar.

Semua bisa dia lihat dari jendela cafe yang menghadap jalanan itu. Banyak sekali wisatawan.

Ini pertama kalinya Delin merasakan liburan. Jantungnya berdebar senang sungguh walau masih agak takut dan tak nyaman terhadap Darka.

***

"Lo suka?" Darka mengangsurkan satu tas ke arah Delin.

Darka tidak tahu apa yang bagus. Dia hanya asal mengambil sesuai instingnya. Dia pikir Delin akan cocok dengan warna pink hitam.

"Ba-bagus," Delin ragu karena harganya bukan seratus ribu atau paling mahal dua ratus ribu. Ini paling murah 10 juta.

Delin merinding.

"Ini, sama ini.." Darka mengambilnya begitu mudah.

Warna putih, cream dan black pink. Sekalian beli tiga.

Darka membiarkan Delin dengan segala takjubnya terhadap harga. Darka terlihat asyik memilih dompet untuk dirinya sendiri lalu membelikan satu untuk Delin juga.

Delin hanya diam tanpa tahu harus apa. Merasa tidak enak iya, tapi jika mengeluh Darka takutnya ngamuk.

"Abis ini kita pulang dulu, sore ke pantai terus malam bakar-bakar," jelas Darka selagi membayar semuanya.

***

Delin hanya perempuan biasa. Dia terlihat senang menerima pemberian Darka yang tidak bisa dia tutupi, dia menyukainya.

Delin kembali memakainya lalu bercermin. Cocok sekali. Dia lebih suka yang warna putih karena cocok dengan pakaiannya.

Darka hanya melirik dengan fokus memindahkan semua isi dompet Delin ke dompet baru.

Entah dari kapan Delin beli dompet. Dompetnya begitu kotor dan sobek sebagian.

Delin melepas tas putih lalu mencoba yang black pink. Tetap sama. Bagus. Delin yang bingung memilih putih saja.

Dengan hati-hati Delin memasukan dua tas mahal itu ke dalam koper. Delin menyingkirkan pakaian jeleknya demi dua tas itu.

Darka tersenyum samar. Delin terlihat menyukainya. Membuat hati Darka tiba-tiba senang.

"Nih, dompet baru lo." Darka memasang wajah datarnya lagi.

Delin beranjak, berlari kecil menghampiri Darka yang duduk di sofa.

Delin meraih dompet itu dan Darka meraih Delin agar duduk di pangkuannya. Menyamping menghadapnya.

Delin agak menegang lalu perlahan rileks.

"Ini dompet aku, kak?" Delin berbinar suka walau tidak berlebihan, lebih tepatnya bisa menahannya.

Darka hanya mengangguk sambil menatap tak terbaca.

Delin membukanya, ada dua kartu yang dia tahu ATM. Delin menatap Darka.

"Simpen, gue titip. Lebih bagus di pake." singkatnya.

Delin terlihat gelisah samar namun berusaha menerima. Uang seratus ribuannya yang ada dua jadi lebih dari sepuluh.

Delin kembali menatap Darka.

"Uang jajan," Darka mengusap rambut Delin dengan masih terus menatapnya.

Sosok yang membuatnya terobsesi sampai sejauh ini.

"Makasih, kak." cicit Delin tak enak hati.

Delin menunduk sambil menatap dompet bagus itu. Tidak tahu harus apa lagi. Mana masih duduk di paha Darka dan pinggangnya di peluk.

Darka sama hanya menatap. Kian lekat.

"Lo tahu apa yang gue mau. Gue ga butuh ucapan makasih."

Delin menoleh dan membuatnya saling bertatapan. Delin ragu, apakah dia harus menciumnya?

Delin bergerak menyentuh pipi Darka lalu mengecup bibirnya hanya menempel.

Darka sontak menahan tengkuknya. Memperdalam ciumannya.

Keduanya terus perpagutan sampai rebahan di sofa. Saling memeluk dan menikmati bibir satu sama lain.

Delin juga sudah tahu apa yang harus dia lakukan. Membuat Darka semakin kecanduan.

Delin hanya bisa mendesah halus saat Darka terus bermain di tubuh atasnya.

"Gue ada rencana lain," Darka menyudahi kulumannya.

Delin hanya bisa terengah sayu menatap dua bobanya yang basah dengan Darka yang berada di antaranya.

Pemandangan yang baru pertama kali Delin lihat dengan teramat sangat sadar tanpa rasa takut dan panik.

Darka yang tampan dan panas. Menatapnya selalu dengan kilatan yang mendamba.

"Gue mau nikahin lo sebelum sibuk berbisnis."

Delin terhenyak kaget. Menikah. Apakah hubungan mereka seserius itu. Delin melamun.

"Akh! Kak!" Delin kembali sadar saat Darka menggigit si mungil tegang itu lalu kembali mengulumnya sampai terlihat begitu tersedot kuat.

Delin tak sanggup, membuatnya membusung keenakan.

Darka berhenti, keduanya pun berbincang soal rencana bisnis tanpa mengubah posisi sama sekali.

Delin jadi sulit berpikir.

Dark Obsession (TAMAT)Where stories live. Discover now