17. Akhrinya Video Di Hapus

Start from the beginning
                                    

"Kak Darka selalu marah, gimana bisa—" nyalinya hanya sebatas itu. Dia takut. "Kalau videonya di hapus, aku bisa ngeluh, selagi masih ada akukan cuma bisa patuh," suara begitu pelan dan bergetar.

Delin menjadi sensitif sampai tidak bisa menahan air mata. Dia tidak bisa membendung air mata.

Darka mengetatkan rahangnya lalu beranjak. Sudah hampir setahun lebih dia dekat dengan Delin.

Darka mulai muak melihat Delin yang selalu tertekan dan kadang membencinya. Darka sudah memiliki kelemahan lain yaitu desa tempat tinggal Delin.

Rasanya video itu sudah tidak berguna lagi. Video itu memang terlalu menjerat Delin.

Darka meraih kamera dan ponsel lain yang berisi video itu. Dia menyalakannya membuat Delin memalingkan wajahnya sedih.

"Gue hapus." Darka berujar setelah Delin di paksa menonton setengahnya.

Delin menatap Darka terkejut dengan penuh jejak basah.

"Semuanya." Darka mengangsurkannya, membuktikan bahwa semua sudah kosong bahkan saat Delin tertidur tel*njang bulat pun hilang.

Darka menyimpan semuanya di nakas. "Lo bebas ngeluh. Bohong dan tahan semuanya kayak hari ini, lo siap aja! Gue hukum!" tegasnya begitu mengintimidasi.

Delin mengangguk haru dengan full senyuman. Delin mendudukan tubuhnya lalu memeluk Darka tanpa aba-aba.

Darka agak terkejut walau berhasil menahannya. Merengkuh tubuh Delin yang hangat.

"Makasih, kak. Makasih! Aku janji akan patuh, aku janji ga akan kabur. Makasih," isaknya terharu.

Delin merasa rantai yang mencekik di lehernya terlepas. Dia tidak gelisah setiap saat. Dia tidak merasa takut semua akan tersebar dan keluarganya hancur.

Semua pikiran buruk terlahir karena video ancaman itu.

Akhirnya semua terlepas. Delin begitu lega sampai malamnya tertidur pulas tanpa terganggu dan terbangun walau Darka bolak-balik naik turun kasur.

Jiwa Delin sebegitu tenangnya sampai tidak mengganggu Delin.

Darka menatap Delin dalam diam. Ternyata itu yang membuat Delin selalu tidak fokus, gelisah dan takut. Semakin hari wajahnya semakin kurus dengan kantung mata mulai tampak.

Ternyata kepolosan, kepatuhan dan kediaman Delin hanya topeng semata.

Darka memilih turun dari kasur. Dia jadi tidak bisa tidur mengingat kebahagiaan Delin dan senyumnya yang benar-benar merekah bahagia dan tulus walau disertai air mata.

Terlalu cantik sampai mengganggunya.

Darka memilih merokok di balkon. Menatap kolam yang ternyata Demian tengah berengang.

"Sini gabung!" ajak Demian,

lalu Darka bisa melihat Denada yang tengah bersantai.

"Masih jam 8 malem, biarin Delin tidur, jangan cup cup terus.."

Denada berseri-seri. "Cup-cup?" tanyanya rempong.

"Itu, bun.. Mereka kepergok,"

BYUR!

Demian sontak mengusap wajahnya yang terciprat air. Denada pun tersentak kaget.

"Kebiasaan banget ya! Bunda bilang jangan lompat dari lantai dua! Bahaya!" omel Denada sambil mendekat dan berkacak pinggang.

Demian menggeleng samar. "Bunda, kakak ga akan denger, lebih baik sabar nanti kerutannya muncul lagi di wajah," kekehnya. 

***

Darka membuka selimut agak kaget. Ternyata Delin tembus. Dia pikir ada adegan pembunuhan. Dasar otak orang baru bangun.

Darka mengukung Delin untuk turun dari kasur dan berdiri di sampingnya. "Bangun." ditepuk pipi Delin sekilas.

Delin menggeliat pelan lalu membuka matanya dan mengerjap.

"Tembus." tunjuk Darka dengan dagu.

Delin sontak melotot dan mendudukan tubuhnya cepat. Melihat ke kasur dan benar saja, cukup banyak.

Mungkin karena semalam banyak tidur dan nyaman bergerak ke sana ke mari makanya bocor.

Wajah Delin memerah. "Maaf, kak." cicitnya seraya menunduk.

"Mau gue gendong atau turun sendiri?"

"Turun sendiri, aku juga mau cuci sendiri."

"Pelay—"

"Engga, kak!" refleks Delin. "Ma-maksudnya, malu. Biar aku cuci darahnya abis itu biar mereka cuci sampai bersih." jelasnya tetap menunduk malu.

Darka mendekat, mengendus leher Delin dengan menahan kedua sisi bahunya agar diam lalu mengecupi belahan Delin.

Hanya sebatas itu. Dia gemas. Bagaimana bisa bangun tidur saja cantik.

Darka membenarkan piyama Delin yang terbuka kancingnya. Darka tidak fokus karena terus melihat ke dua bulatan yang indah itu.

"Apa liat-liat, sana bersih-bersih!"

Delin tersentak pelan lalu menunduk dengan menekuk bibir. Justru Delin menunggu Darka pergi. Dia malu.

Darka pun memutar kakinya lalu pergi menuju kamar mandi. Hanya untuk cuci muka dan gigi, setelah sarapan barulah mandi. 


Dark Obsession (TAMAT)Where stories live. Discover now