CHAPTER 14

4 3 2
                                    

•••

Sesampainya dirumah, ia melihat Denian, Dewi, dan Sera yang sedang mengobrol dengan leluasa, tertawa bersama, Sean yang melihat perubahan raut wajah adiknya pun segera membawa Sea kekamar, dengan di bantu Langit yang membawakan baju-bajunya.

Belum sempat masuk ke kamar, Denian lebih dahulu memanggil Sean.

"Sudah pulang Sen?" Ucapnya.

Sean hanya mengangguk dan segera kembali mengantar Sea ke kamarnya. Saat mereka sudah masuk kamar tiba tiba Sera berkata kepada Denian.

"Ayah.. Sera suka sama Langit.." Ucapnya malu-malu.

Denian yang melihat anaknya tersipu pun tersenyum.

"Wah anak ayah udah besar yaa hahaha.. Langit yang tadi ya?" Tanya Denian sambil mengusap lembut rambut anaknya.

Sera hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu Denian berkata.

"Itu Langit sahabatnya Sea kan?" Tanyanya.

"Iya ayah, jujur aja Sera suka sama dia tapi Sea gak pernah bolehin aku deketin dia." Ucapnya sambil bergelayut manja di lengan ayahnya.

"Yaudah nanti kita ajak dia ngobrol ngobrol disini ya." Simpul ibunya, Sera tersenyum dan mengangguk.

"Makasih ayah, makasih mama." Ucapnya sambil memeluk kedua orangtuanya itu.

"Sekalian ajak Sean aja biar mereka bisa akrab." Saran Denian dan diangguki oleh Dewi dan Sera.
     
•••

Dikamar Sea,

"Gimana Se, udah enak buat tidurannya?" Tanya Langit setelah selesai menata tempat tidur Sea.

"Udah, makasih ya." Ucap Sea sambil tersenyum. Langit tersipu. 'Kalo gini caranya gimana gue gak makin suka coba.' Batinnya sambil memalingkan wajah.

Saat mereka asik mengobrol, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.

"Masuk." Suruh Sean dari dalam.

Ternyata Denian, ia langsung melihat ke arah Langit yang sedang duduk disamping Sea.

"Langit nanti jangan pulang dulu ya, ikut makan malam sekalian." Ajak Denian. Bukan Langit, tapi Sean yang menjawab.

"Nanti malam Langit bakal makan sama Sean dan Sea yah diluar." Jelas Sean.

"Ngapain makan diluar. Lagian anak itu masih sakit, nanti malah merepotkan." Sea yang mendengar itu banya menunduk.

"Iya bang, bener kata ayah. Nanti kalian makan sama ayah, mama, dan Sera aja dirumah." Simpul Sea dengan memberikan senyum manisnya.

Langit mengenggam tangan Sea. "Se?" Bisiknya pelan.

"Gapapa Lang." Ucap Sea lalu tersenyum.

"Nanti om tunggu dibawah ya Langit. Sean juga.

" Ucapnya lalu meninggalkan kamar Sea. Saat Denian sudah keluar.

"Nanti abang mau makan sama kamu aja Se." Ucap Sean.

"Gue juga mau makan sama lo aja." Sambung Langit.

"Ga usahh, abang sama Langit kan diundang ayah buat makan bareng, masa kalian malah mau makan sama Sea sih? Hehe.." Tolak Sea.

Ia tau maksud ayahnya, mungkin ayahnya hendak mengenalkan Langit ke Sera, dan lebih mendekatkan Sean ke Sera, jadi ia tidak boleh egois.
    
•••

Meski melalui proses perdebatan yang cukup panjang antara Sean, Sea dan Langit, akhirnya Sea yang memenangkan perdebatan itu.

Langit dan Sean pun menurut untuk ikut makan malam bersama Denian dan keluarganya, walaupun tanpa Sea. Beberapa saat berlalu, akhirnya Dewi memanggil Sean dan Langit turun untuk ikut makan malam.

"Sean, Langit, makanannya sudah jadi." Ucap Dewi dari balik pintu kamar.

"Ya, nanti kita turun." Balas Sean.

"Jangan lama lama ya sayang."Tak mendapat balasan, Dewi pun memutuskan untuk turun.

Didalam,

"Se, kamu beneran gapapa makan sendiri?" Ucap Sean sambil mengambilkan bubur yang sudah disiapkan untuk Sea.

"Iya gapapa, sana kalian turun." Perintah Sea tak mau dibantah.

Akhirnya Sean dan Langit memutuskan untuk turun. Sebelum keluar kamar, Langit menyempatkan diri untuk mengacak pelan rambut Sea.

"Makan yang banyak Se." Lalu menyusul Sean yang sudah berjalan keluar kamar. Saat mereka sudah keluar kamar.

"Yah, Sea makan sendiri deh bun, hehe. Bunda temenin Sea makan yaa?? Mau kan bun??" Ucapnya pada foto sang bunda.

Tak terasa, air mata mengalir dari netra indah Sea.

"Nggak kok bun, Sea gak sedih." Ucapnya buru-buru menghapus air matanya.

"Sea gak boleh egois kan bun? Bang Sean juga harus bahagia sama keluarga barunya, Langit juga harus ketemu cewek yang lebih baik dari Sea. Tolong temenin Sea ya bun, tungguin Sea sampai Sea bisa nyusul bunda. Bunda, Sea kangen.."

Ethereal Where stories live. Discover now