CHAPTER 10

2 3 1
                                    

•••

"Terus Sea siapanya ayah?" Ucapnya lirih. "Bang Sean, Sea takut.. abang dimana.." Lirihnya memanggil Sean.

Sialnya malam itu Sean harus pergi untuk menghadiri pesta ulangtahun teman dekatnya, dan ia lupa berpamitan pada Sea karena tadi ia sedang tertidur.

"Bang Sean, Sea takut.. Abang kapan pulang.." Katanya lagi.

Dahulu waktu kecil Sea juga sering seperti ini. Apapun kesalahannya walaupun hanya kesalahan kecil pasti ayahnya selalu menghukumnya.

"Bunda, Sea takut bun." Air mata gadis itu turun membasahi pipi merahnya. "Bunda.. B-bunda.." Lirihnya memanggil sang bunda. "Ayah.. Dada Sea sesak ayah. Tolong buka ayah..." Lirihnya yang makin lama makin tak terdengar.

'Bunda.. Sea mau sama bunda, disini semuanya jahat bun, Sea ga kuat..' Sekarang ia sudah benar benar tak sadarkan diri. Sea pingsan.

•••

Perasaan Sean mendadak tidak enak. 'Kok perasaan gue ga enak ya, semoga bukan tentang Sea.' Batinnya.

Tak berapa lama setelah itu, ia mendapat telepon dari Langit. "Halo, kenapa?" Tanya Sean saat panggilan sudah terhubung.

"Lo lagi sama Sea gak bang?" Tanya Langit di sebrang sana. "Soalnya ni anak gue telepon dari tadi ngga diangkat." Lanjutnya.

Jantung Sean berpacu lebih kencang. Pikirannya melayang kemana mana. Tidak biasanya Sea mengabaikan panggilan darinya maupun Langit.

"Habis ini lo pergi kerumah gue. Kita ketemu disana. Firasat gue gak enak." Ucapnya lalu memutus panggilan sepihak.

Ia langsung pamit dan segera melaju menuju rumah. Langit yang bingung pun langsung segera menyusul ke kediaman Sea. Saat diperjalanan, baik Sean maupun Langit sangat khawatir dengan keadaan Sea.

Saat sampai dirumah, Sean segera berlari ke kamar adiknya, dan benar saja Sea tak ada di kamarnya hpnya pun tergeletak dilantai.

Ia langsung berlari ke bawah dan mencari tau siapa yang ada dirumah. Firasatnya makin buruk saat mengetahui ayahnya ada dirumah.

"Dimana Sea?" Tanya Sean dengan nada dingin.

"Untuk kamu peduli sama dia? Mending kamu peduliin Sera yang jelas jelas bukan pembawa sial." Jawab Denian.

Amarah Sean memuncak, ia tidak terima adiknya dikatakan sebagai prmbawa sial.

"Sea bukan pembawa sial yah!" Bentak Sean pada ayahnya.

Kesabarannya sudah habis ia takut terjadi hal-hal yang tidak baik kepada adiknya.

"Dimana Sea?" Katanya dingin.

"Siapa yang ngajarin kamu ngebentak ayah, Sean?!" Tanya Denian dengan nada dingin.

"Sean tanya, dimana Sea yah.." Ulangnya dengan penuh penekanan.

"Udah yah, jangan marahin kak Sean." Pinta Sera. Sean yang melihat hanya bisa berdecak.

"Dimana Sea?" Ulangnya lagi.

Kali ini Sera yang menjawab. "Sea ada di gudang bang.." Jawabnya lirih.

"Apa, gudang?! Ayah tau kan Sea trauma sama gudang?! Aku bener bener ga habis pikir sama ayah!" Ucapnya lalu meninggalkan ruang tamu dan menuju gudang.

Saat sampai, ia langsung mendobrak pintu dan betapa terkejutnya ia melihat Sea terkapar. Ia pingsan.

"Sea!" Pekiknya, lalu berlari menghampiri adiknya. Darah segar mengalir dari hidung Sea.
    
•••

Langit yang sudah sampai didepan rumah segera berlari masuk saat mendengar keributan didalam. Dan benar saja ia melihat Sean yang sedang membopong tubuh Sea.

Ia segera mengikuti dari belakang dan membantu membukakan pintu untuk Sean. Lalu mengantarnya menuju rumah sakit.

"Kok bisa kaya gini si bang?" Tanyanya saat mereka sudah menunggu Sea di depan IGD.

"Bokap gue Lang." Jawab Sean seadanya.

Ia benar benar tidak akan memaafkan dirinya sendiri bila terjadi apa-apa dengan Sea.

"Lagi? Sialan. Sekarang lo tenang dulu, Sea kuat pasti dia bakal baik baik aja. Jangan nyalahin diri lo kaya dulu bang." Langit mencoba menenangkan Sean, walaupun dirinya juga sedang kacau.

Bohong bila ia bilang tidak khawatir, bohong jika ia bilang tidak memikirkan kemungkinan terburuknya. Sekarang ini ia benar benar kacau. Pikirannya dipenuhi oleh keadaan Sea sekarang.

Namun melihat Sean yang sekarang, membuatnya lebih memilih untuk menenangkan lelaki itu. Sean yang ada dihadapannya kini adalah Sean yang pernah ia lihat beberapa tahun lalu. Benar benar kacau.

Ethereal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang