Murid baru

17 0 0
                                    

Mentari pagi yang bersinar, hingga menembus jendela kamar sang gadis yang sedang duduk di balkon kamarnya.

Hazel, gadis itu bersiap-siap kesekolah, setelah tiga hari tidak masuk. Bosan dengan pikirannya yang terus memikirkan kejadian tiga hari yang lalu. Ia pun turun ke lantai satu untuk menyiapkan sarapan untuknya.

"Hari ini aku makan sendiri lagi yah" ucapnya lalu terkekeh. Ayah-nya berangkat ke Jepang dan Ibu-nya bekerja di surabaya, membuatnya merasa kesepian dan Ia tidak mempunyai saudara.

"Kan aku udah biasa juga" ucapnya lagi dan menatap roti tawar bertoping slay coklat. Memori yang terus berputar mengingat keluarganya yang harmonis sedang makan bersama.

Lima menit memakan sarapannya, Hazel melirik jam tanganya lima belas menit lagi, apel akan dilaksanakan. Dengan berat hati Ia memakai sepatunya, dan menuju ke garasi, untuk mengambil motornya.

Saat akan menarik gas motornya, Ia melihat laki-laki berseragam yang sama denganya. Laki-laki itu sedang duduk diatas motornya sambil menatap kearahnya, dengan senyum yang merekah di bibirnya.

Hazel tidak terlalu peduli, ia terus melajukan motornya.

"Dia siapa yah?" Tanya Hazel pada dirinya sendiri. Meskipun tidak peduli tapi menurutnya agak aneh ajah soalnya sudah sepuluh tahun Hazel tinggal di sini ia sama sekali tidak pernah melihat anak SMA berkeliaran di sini. Karena memang kompleks ini tidak terlalu besar dan hanya ada beberapa rumah saja itupun yang tinggal hanya orang-orang perantau yang sedang bekerja.

'Ya Allah! padahal cuman tiga hari aku gak keluar rumah ternyata udah punya tetangga? itu anak tetangga? Gak mungkin sih! Kan rumah itu gak ada penghuninya'

pikirnya dlam hati. Seingat Hazel rumah di sampingnya tidak berpenghuni.

"Bodo amatlah. Mungkin lagi jemput seseorang" ucapnya, lalu melajukan motornya untuk menjauh dari pekerangan  rumahnya dan melewati laki-laki misterius itu.

"Padahalkan rumah itu angker" ucapnya berbicara sendiri. Karena pemilik rumah itu sudah meninggal. Karena penasaran ia melirik kaca spionnya. Betapa terkejutnya laki-laki itu masih menatapnya.

"Loh, jadi tadi malam itu orang" monolognya lagi.

Perempuan itu teringat saat tengah malam, ia terbangun  saat mendengar suara bising yang berada tepat di samping kamarnya. Yang membuatnya ketakutan karena mendengar suara tertawa. Padahal ia sudah menangis tersedu-sedu Hazel pikir itu hantu ternyata orang toh.

Tepat pukul 06.59, bel berbunyi tanda bahwa apel pagi pada hari rabu akan di mulai.

Hazel, gadis itu masuk ke gerbang dengan raut wajah datar. banyak orang-orang yg menyapanya namun ia hanya mengangguk saja. Tidak seperti biasanya ia akan menyapa balik orang-orang yg menyapanya dengan melambaikan tangan.

"Eh neng Azel! ko cemberut sih, masih pagi neng, senyum dikit kek!" Celetuk pak satpam pada Hazel, yang di balas senyum tipis oleh sang empu.

"Baru kali ini saya yang nyapa duluan. Emm... Emang ada ap ya sama neng azel". Monolog pak satpam- mamat.

Saat di barisan apel, Hazel langsung di beri tatapan kasihan kepada kedua temannya. Ia malahan jijik melihat tatapan kedua temanya. Yah! Ia hanya memberitahukan kedua temanya saja, itupun terpaksa karena temanya terus bertnya, karena ia tidak pernah turun sekolah selama berhari-hari.

"Zel, lo gak papakan? Soalnya mata lo bengkak" tanya Jane- teman Hazel. Dengan heboh.

"Sumpah! Zel Mata lo bengkak banget! kayak orang gak pernah tidur" celetuk Iris, temanya. Lihatlah saat ia masih sedih, sempat-sempanya temanya ini bercanda. Hazel perempuan itu hanya diam tanpa menaggapi.

GREY (On Going) Where stories live. Discover now