35A Guncangan Hebat

1.4K 151 8
                                    

Akhirnya bertemu lagi dengan Ghaazi dan Nadhira.

Selamat menjalankan ibadah puasa yaa, teman-teman. Semoga kita semua dapat diistiqomahkan dalam menjalankan ibadah dibulan Ramadhan.

Barakallahu fiik💚

"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman."

📘 (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 139)

________

Riset membuktikan bahwa komunikasi adalah kunci langgengnya sebuah hubungan. Entah dalam circle pertemanan, maupun dalam sebuah rumah tangga. Jangan heran jika setelah menikah banyak yang memilih berpisah karena mulailah muncul keburukan pasangan hingga berakhir sebuah penyesalan. Kenapa aku harus menikah secepat itu?

Ternyata, jawabannya itu ditemukan dalam sebuah komunikasi. Sebelum menikah, ada proses yang mesti dilalui. Proses yang orang kenal dengan sebutan ta'aruf yang gunanya menyatukan visi dan misi dalam pernikahan. Ada banyak pertimbangan mulai muncul setelah menjalani proses ta'aruf.

Namun, Nadhira tidak menjalani proses itu lebih mendalam. Situasi dan kondisi menjadikannya harus melangsungkan pernikahan dalam waktu yang singkat.

"Jangan keluar rumah yah, nak. Mama gak bisa kejar Maryam." Nadhira memperingati putrinya sejak awal untuk tidak keluar dari rumah mereka. Dengan perut yang semakin membesar di usia kandungannya yang sudah memasuki 7 bulan membuat Nadhira sulit bergerak.

Maryam mendekati Nadhira dan mengelus lembut perut Mamanya. "Adeknya Maryam berat yah, Ma?"

Nadhira mengangguk dengan sedikit tawa. "Mama kayak kanguru. Bawa dedek bayi kemana-mana."

Ia teringat gambar hewan yang memiliki kantung dibagian perut untuk membawa anaknya. Missnya sudah mengajarkannya saat berada di sekolahnya.

"Tapi nak, Kanguru itu anaknya udah keluar. Kalo Mama belum."

"Tapi Mama, mmm... sama kok. Sama-sama disimpan di depan."

Nadhira tertawa lalu mencium lembut kepala Maryam. Si gadis kecil itu teringat sebuah hadiah dari Papanya dan langsung berlari ke kamarnya. Tingkah Maryam membuat Nadhira kebingungan.

"Tadaaa!" Gadis kecil itu mengangkat tangan seolah memperlihatkan sebuah benda yang ada digenggamannya.

"Wahh, dari Papa yah?" Nadhira ikut excited melihat sebuah benda yang juga pernah dihadiahkan kepadanya.

Maryam mengangguk. "Maryam bakal fotoin Mama terus pake kamera ini."

"Coba nak, Mama mau liat."

Maryam mendekat dan kamera itu berpindah ke tangan Nadhira. Ia melihat gambar yang tersimpan dalam memory card kamera tersebut. Meski terlihat amatir, tetap saja Nadhira merasa selama ini putrinya sering sekali mengabadikan momennya. Justru, gambarnya yang lebih banyak dibandingkan putrinya sendiri.

"Papa udah beliin Maryam dari kemarin kemarin kemarinnya." Kalau Maryam bilang seperti itu, artinya Papanya sudah membeli kamera sejak pekan lalu.

"Kok Mama baru tau?" Nadhira pura-pura ngambek.

"Kan suplais, Mama." Lagi-lagi sang ibu sambung itu tertawa saat Maryam terlihat panik karena takut dirinya mgambek atau marah.

"Iyaa sayang. Yaudah, Maryam main-main gih. Mama mau selesaiin tugas Mama dulu."

Mama Untuk Maryam [ON-GOING]Where stories live. Discover now