08 Dengan Syarat

3.3K 257 3
                                    

Sesuai dengan kesepakatan yah, teman-teman. Kalo votenya sampe minimal 5 dipart sebelumnya, aku bakalan update hari ini.

Jangan lupa divote sebagai bentuk pertanggungjawaban kalian dihadapan Tuhan. Awokwokk.

Follow akun aku supaya dapat notifikasi dari cerita menariknya lainnya
telorpecah000

________

"Ikut saya," titah Ghaazi begitu tegas dan Nadhira mengikutinya usai meminta izin pada Maryam.

Di depan ruangan itu, keduanya memilih berbicara disana. Selain tempatnya juga cukup banyak orang yang berlalu lalang, Ghaazi tidak ingin jika ada orang yang mengenal mereka.

"Kamu serius? Tolong, jangan kasih harapan sama Maryam. Mungkin kalau kamu cuma ingin menyenangkan Maryam, gak usah pake cara kayak tadi."

"Kalo kamu cuma kasih harapan sama saya, itu gak apa-apa. Saya bisa atasi sendiri. Tapi kalo Maryam, saya yang repot, Nadhira."

Ghaazi mendadak jadi orang cerewet setelah Nadhira menjawab lamarannya. Bagi Nadhira, hal yang langka melihat Ghaazi seperti saat ini. Biasanya ia melihat Ghaazi akan membentaknya, ekpresinya datar, dingin dan tidak banyak bicara.

"Bapak serius gak sih sama lamaran yang beberapa pekan lalu? Kalo gak, bilang kek dari awal."

"Saya serius, Dhira."

"Nah, itu tadi jawaban saya. Kenapa bapak protes? Seharusnya, bapak bahagia."

Ghaazi terdiam. Bahagia? Ia tidak pernah merasakan kebahagiaan lain kecuali melihat Maryam bahagia. Hari ini, perasaan justru campur aduk dan sulit ia deskripsikan.

"Makasih sudah mau menerima saya," jawabnya dengan ekspresi datar seperti biasanya.

"Tapi, ada syarat yang mau saya ajukan," imbuhnya.

Bukannya aneh jika si pelamar yang mengajukan syarat? Tapi itu tidak berlaku untuk Ghaazi. Ia tidak peduli jika orang-orang menganggapnya aneh.

"Sya-syarat? Gak aneh-aneh, kan?"

"Peenikahan kita tidak akan dipublish. Kita menikah hanya diketahui oleh keluarga terdekat. Selebihnya, tidak boleh," jelas Ghaazi dalam menuturkan persyaratannya.

Bagi seseorang yang cukup paham perkara seperti itu, jelas Nadhira kecewa dan marah. Menurutnya, pernikahan itu harus dipublish untuk menghindari fitnah. Bagaimana jika nanti Nadhira hamil dan perutnya makin membuncit? Bagi orang-orang yang tidak tau ia sudah menikah akan mengira Nadhira hamil diluar nikah. Na'udzubillah.

"Syarat yang anda ajukan ditolak."

Rahang Ghaazi menegang. Membayangkan jika ia harus mempublish pernikahannya sudah membuat kepalanya pening.

"Kenapa? Kamu harus nurut sama saya. Ini semua demi kebaikan kita."

"Nurut sama Bapak? Emang situ siapa? Suami belum." Nadhira sudah kesal duluan karena persyaratan itu. Biasanya, Ghaazi yang seperti itu. Kali ini, pria itu berusaha mengontrol dirinya karena tidak ingin jika Nadhira menarik kembali kata-katanya.

"Kalau kita publish pernikahan kita, semua orang akan mengira kalau kamu yang menggoda saya. Kamu gak lupa kan kalau kamu itu mahasiswa bimbingan saya." Akhirnya, Ghaazi menemukan jawaban yang logis dengan kemungkinan akan diterima oleh Nadhira itu 90 persen.

Buktinya, Nadhira terlihat berpikir. Perempuan seperti Nadhira tentu akan berusaha menjaga marwahnya di depan orang-orang. Jangan sampai mencoreng segala hal yang melekat pada dirinya. Seperti berhijab syar'i. Nadhira sangat menghindari perbuatan yang akan berpeluang membuat orang-orang berdosa.

Mama Untuk Maryam [ON-GOING]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora