11 Hari Pertama

5.1K 349 13
                                    

Gimana kabar kalian gak ketemu sama Nadhira?

Beberapa hari ini, Aku lagi sakit yah gaes yah. Makanya, Gak update selama 2 hari. Ini pun masih gak kuat pegang hp.🙂

Kalian Jaga kesehatan yah!

Jangan lupa divote sebagai bentuk pertanggungjawaban kalian dihadapan Tuhan. Awokwokk.

Follow akun aku supaya dapat notifikasi dari cerita menariknya lainnya
telorpecah000

________

Ini kedua kalinya Nadhira merasakan kepalanya pening saat bangun di pagi hari karena menangis semalaman. Pertama kalinya, ia menangis karena dicaci maki oleh keluarga dari Ayahnya. Sekarang, ia merasa ditolak oleh suaminya sendiri dan memanfaatkan pernikahannya untuk kepentingan pribadi suaminya. Bahkan matanya bengkak sampai ia harus memberikan kompres di wajahnya yang sembab. Nadhira pikir setelah ia tidur sebentar usai sholat subuh, nyeri di kepalanya akan membaik. Justru malah sebaliknya.

Hari pertama menjadi seorang istri memang sangat kacau. Ia harus mengurus rumah, mengurus Maryam, dan sarapan orang-orang rumah. Karena hari ini Bibinya pun belum masuk bekerja. Kali ini strateginya adalah tetap memasang senyuman, meski matanya bengkak dan hatinya sangat pedih.

"Maryam sayang, bangun yuk. Katanya mau ke sekolah." Nadhira membangunkan Maryam lebih awal dari biasanya. Minimal hal-hal kecil seperti bangun pagi akan diajarkan Nadhira kepada Maryam. Seperti Ayahnya ajarkan padanya.

"Iya, Mama.... Maryam masih ngantuk." Maryam masih berusaha mengumpulkan nyawanya. Namun tetap memeluk gulingnya.

"Sini, Mama ada cara supaya Maryam gak ngantuk lagi."

Nadhira membasahi tangannya dan kembali duduk disisi ranjang tempat Maryam tidur.

"Bismillahirrahmanirrahim. Maafin Mama yah, Maryam," ujar Nadhira dengan sopan dan membasuh lembut wajah si gadis kecil yang tertidur tadi.

Seketika, mata Maryam terbuka merasakan kesegaran di wajahnya. Namun, tidak dapat dipungkiri gadis kecil itu masih saja ngantuk.

"Maryam mau gak nemenin Mama masak?" tanya Nadhira dengan lembut.

"Mau, Mama," jawab Maryam dengan suara seraknya.

Setelah itu, Nadhira mengantar Maryam untuk cuci muka dan turun ke lantai bawah. Tepatnya menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk anak dan suaminya. Pagi itu ternyata Ghaazi sedang melakukan gym di halaman belakang dan bersamaan dengan itu, ia mencium aroma sedap lebih awal dari biasanya. Ghaazi lupa kalau di rumahnya sudah bertambah satu orang yang tinggal disana. Orang yang notabenenya adalah istrinya sendiri.

Segera, Ghaazi menyelesaikan aktivitasnya dan melihat Nadhira menyiapkan sarapan ditemani oleh si kecil Maryam. Bahkan masih sangat pagi, rumahnya sudah ramai dengan suara ibu dan anak itu.

Ghaazi berjalan lebih dekat dan memilih duduk di meja makan. Sebelum Nadhira menyadari kehadiran Ghaazi, ia masih bisa leluasa menjadi dirinya sendiri dihadapan Maryam. Namun, setelah ekor matanya menangkap sosok Ghaazi, wanita itu terdiam sejenak dan memilih menarik napas seraya menghembuskannya perlahan. Lalu, bibirnya kembali melengkung keatas.

Semenjak kejadian semalam, rasa percaya diri dan harga diri Nadhira seketika hancur terpatahkan. Ia merasa dimana pun ia berada dan menjadi apapun ia, Nadhira tidak akan pernah diterima dan diperlakukan dengan baik sama orang-orang disekitarnya, selain Ayahnya. Kadang ia berpikir, apa karena dirinya anak haram jadi orang-orang memandangnya jijik?

Mama Untuk Maryam [ON-GOING]Where stories live. Discover now