19 Adik Ipar

4.9K 335 11
                                    

First of all, aku mau ucapin banyak terima kasih sama temen-temen yang udah setia sama cerita ini. Gak tau mau bilang apa selain makasih. Aku gak punya ekspektasi tinggi punya pembaca lebih dari 5 orang pas bikin cerita 'Mama untuk Maryam'. Karena bagi penulis yang punya pembaca minim, takut berekspektasi tinggi.

Setidaknya kalian ada nyemangatin aku. Komen-komen dan vote kalian tuh bikin aku terharu banget. Aku sampe hafal orang-orangnya. Hehehehe. Karna kalian semua, cerita ini sampe tembus 1K pembaca dan 200-an vote. Ahh, seneng banget. Maasyaa Allah.

Jazakumullahu khairan

_________

And back to reality, karena sekarang lagi musimnya penelitian dan aku juga udah mau mulai, aku gak bakalan sesering dulu buat update yah. Tapi bukan hiatus. Doain aja, semoga semuanya lancar baik itu urusan aku, maupun urusan kalian dalam pendidikan.

Demo aja terus kalo aku gak update. Siapa tau aku lupa karna terlalu sibuk. Hehehehe.
Maap yah, intronya kepanjangan soalnya malah jadi curhat.

Happy Reading. 💚

________

Usai menemui Ghaazi di kampus, Nadhira memilih berkunjung ke rumah mertuanya. Sekaligus menjemput Maryam. Karena Ghaazi melarang istrinya membawa motor, ia lebih memilih direpotkan bolak-balik kampus dan rumah Mamanya yang jaraknya terbilang cukup jauh. Belum lagi macet di jalan. Tapi mau bagaimana pun, itu semua keinginannya sendiri.

Saat tiba di kawasan perumahan elite itu, Ghaazi langsung meninggalkan istrinya dan menuju ke kampus. Tetap saja, ia melarang Nadhira dan Maryam pulang mengendarai taksi atau apa pun itu tanpa pengawasannya. Sikap overprotektif-nya tidak berubah sedikit pun. Apalagi kalau dengan berhubungan dengan Maryam.

"Maryam mana, Ma?" tanya Nadhira usai menyalimi tangan mertuanya.

"Di dalam lagi tidur siang. Baru aja."

Nadhira mengangguk paham. Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada sebuah foto keluarga yang terpajang cukup besar.

"Mas Ghaazi gak mirip adik atau kakaknya yah, Ma."

Ayu terkekeh pelan. "Iya, suamimu beda diantara yang lain. Ghaazi mirip sama kakeknya, mertuanya Mama."

"Oh ya? Aku jadi penasaran."

"Nanti kita ketemu sama Kakeknya Ghaazi di Bandung. Sekalian jalan-jalan ke keluarga besar disana."

Nadhira terkejut. Ia pikir, keluarga Ghaazi terutama Kakek Neneknya sudah tiada. Tapi ternyata... Ah, perasaan gugup bertemu dengan keluarga besar suaminya semakin menjadi-jadi. Ghaazi memang memberitahu keluarga besarnya saat ia akan menikah. Namun, hanya beberapa yang hadir karena acaranya terlalu mendadak.

"Sebentar sore adikmu juga udah datang. Sekalian nanti kamu kenalan," tambahnya.

"Adik?" beo Nadhira bingung. Semua karena Ghaazi yang terlalu mendadak untuk menikah. Alhasil, ia tidak tau menahu tentang keluarga suaminya sendiri. Saat diserang seperti ini, Nadhira justru kelimpungan harus bicara apa.

"Adik ipar kamu, nak. Namanya Najwa."

Iya, Nadhira hampir saja lupa. Sebelumnya Ayu memang sudah pernah cerita kalau Ghaazi tiga bersaudara. Kakaknya meninggal karena kecelakaan dan adiknya sementara mengambil studinya di Taiwan. Kapasitas otaknya memang tidak mencukupi, karena efek menghafal nama-nama latin tumbuhan, senyawa-senyawa kimia beserta rumus molekulnya, dan masih banyak lagi hafalan lainnya di Farmasi.

Mama Untuk Maryam [ON-GOING]Where stories live. Discover now