Part 17

202 35 15
                                    

Bangun tidur Loila disambut oleh pemandangan para pelayan yang berlalu lalang masuk ke dalam kamarnya. Mereka membawa banyak kotak juga pakaian yang disusun ke dalam lemari.

Loila yang baru bangun tidur belum dapat mencerna sempurna, dia bengong memperhatikan mereka, masih dalam keadaan terbaring di ranjang.

Satu pelayan menyadari Loila telah bangun. "No-Nona?" Dia kaget sebab melihat mata Loila sama dengan kumpulan mata dalam toples di ruangan favorit Aciel yang sering ia bersihkan.

Hanya dia yang melihat Loila, pelayan lainnya sibuk menyusun dan melipat pakaian.

Berkedip bingung Loila ekspresikan. Lantas dia duduk, menurunkan kaki ke lantai. Loila bertemu tatap dengan pelayan itu. Mempertanyakan dalam benak, kenapa ekspresi wanita di sana seperti itu memandangnya?

Menoleh ke arah lain, Loila menemukan cermin yang memantulkan sosoknya. Cukup lama ia melihat wajah sendiri, sampai ia sadar bahwa dirinya adalah Loila, bukan Sasa.

Langsung menutup mata. "Ka-kamu yang melihatku, ke sini sebentar." Loila berniat menutup mulut pelayan itu.

Si pelayan datang, pelayan lainnya membiarkan. Dia menghadap dengan menundukkan kepala, ia yakin mata itu adalah rahasia bagi Loila, mengingat Loila yang keluar memakai kacamata hitam.

"Siapa namamu?"

"Yu-Yusa. Saya minta maaf telah melihat-"

"Jangan katakan pada siapa pun bahkan pada orang terdekatmu." Loila meremas selimut yang ia duduki penuh rasa khawatir. "Aku takut majikanmu mencabut mataku."

Sekarang Yusa paham situasi Loila yang tadinya ia pikir gadis aneh, sebab memakai kacamata walau di gelap. Ya, jika Yusa menjadi Loila maka dia akan melakukan hal yang sama. Siapa yang tidak takut setelah melihat mata yang sama menjadi koleksi seseorang yang berada di lingkungan yang sama?

"Saya janji, saya tidak akan mengatakan pada siapa pun. Ma-mau saya ambilkan kacamata Anda, Nona?"

"Ada di dalam kamar mandi."

"Saya akan segera kembali."

Tak sampai satu menit Yusa kembali membawa kacamata. Barulah Loila bisa melek setelah memakainya. Kesadaran sudah kembali penuh, ia mulai bertanya-tanya apa maksud pakaian yang disusun di kamar mandi.

"A yang membelinya sendiri. Kami hanya disuruh menyusun. Tentu saja semua ini untuk Anda, Nona," jelas Yusa.

"Untukku? Apa dia memang orang baik?"

"Tidak tahu. Kami jarang bicara dengannya. Kalau tidak dibutuhkan kami tidak akan ditegur, jadi kami tidak mengenal dia selain dia adalah majikan kami."

"Tapi kalian memanggil dia tanpa embel-embel majikan."

"Ah, itu julukan dia, bukan nama asli."

"Siapa nama asli dia?"

"Eng ... tidak tahu. Kami hanya mengenalnya sebagai Detektif A."

Loila mengernyit, agak heran. Bagaimana bisa mereka tidak tahu nama majikan mereka sendiri? Segitunya A menyembunyikan identitas? Jangan-jangan Ben juga tidak tahu.

***

Yusa berjalan di belakang Loila, meneruni tangga bersama-sama menuju meja makan yang penghuninya tengah menunggu Loila. Tiga pasang mata memperhatikan penampilan gadis berambut panjang tergerai. Mereka bingung status Loila di mansion ini apa? Termasuk Aciel.

Anggun, cantik, tapi menyayangkan kacamata yang tidak sesuai dengan penampilan gadis dari negeri dongeng.

"Kacamata itu mengganggu. Bisa singkirkan?" sunggung Aciel.

Lentera MalamWhere stories live. Discover now