DEAR YOU || 19 || END

2.8K 127 1
                                    

♥️♥️♥️sudah end♥️♥️♥️

Warna jingga diufuk barat mulai menampakkan warnanya yang cantik. Heksa dan Rayen sudah menikmatinya beberapa menit yang lalu. Mereka memilih tempat yang jauh dari kata ramai. Agar mereka juga bisa berbincang dengan santai ditempat ini.

Heksa merangkul pundak Rayen dan melirik laki-laki itu sekilas. "Senjanya indah kek kamu Ay."

Rayen tersenyum sekilas menatap Heksa. "Makasih. Tapi lebih indah lagi kalau kita kesini sama anak-anak kita nanti. Pasti seru. Ntar kita duduk dibelakang sambil lihat si Kakak jagain Adek lari-larian didepan sana."

Heksa terkekeh. "Jadi udah mau kalau aku nikahin ceritanya? Udah siap lahir batin Dek?"

Rayen ikut terkekeh. "Siap sih kalau nikahnya sama kamu."

Heksa yang gemas langsung mengusap lembut kepala Rayen. "Jangan gemes-gemes napa Ay, tega kamu bikin jantung aku deg-degan terus?"

"Sa, tapi dulu kamu sadar nggak sih kalau aku tuh caper sama kamu biar dilihat sama kamu lagi?"

"Menurut kamu?"

"Kalau sadar, malu sih aku."

Heksa tersenyum tipis. Lalu mengusap lagi rambut Rayen. "Sadar. Bahkan pas kamu cium aku itu aku juga sadar. Tapi kamu gengsi aja buat bilang kalau kamu juga sayang sama aku."

Rayen diam mendengarkan ucapan Heksa.

"Terus kamu kan juga bilang gantian berjuangkan. Makanya aku tetep biasa aja sampai kamu capek berjuang dan nyerah dengan bilang kalau kamu juga sayang sama aku."

Heksa melanjutkan. "Namun faktanya, kamu tetep kekeuh kan nggak mau bilang. Sampai pada akhirnya aku mutusin buat berjuang sekali lagi dan detik itu juga kamu baru bilang kalau sayang sama aku kan?"

"Aku sayang sama kamu Sa," lirih Rayen pelan.

Heksa tersenyum. "Aku tau. Tapi harus kamu tau, kalau aku sayang sama kamu lebih dari diri aku sendiri."

Rayen langsung memeluk Heksa erat. "Jangan pergi lagi ya Sa. Jangan tinggalin aku."

Heksa membalas pelukan itu. "Iya. Enggak akan aku ninggalin kamu kalau kamunya enggak nyuruh."

"Nggak akan aku nyuruh pergi kamu kalau aku aja butuh kamu buat lengkapi hari-hari aku Sa."

"Sweet banget kamu Ay. Jadi kaget ini Ayen apa Rayen ya?" kekeh Heksa yang membuat Rayen menabok punggung Heksa.

"Ih, nggak seru."

Heksa malah terkekeh. Ia lalu melepas pelukannya. Menatap Rayen lekat sembari menangkup kedua pipi simanis.

"Boleh?" tanya Heksa dengan menunjuk bibir Rayen dengan matanya.

Rayen mengulum bibir bawahnya. "Nggak lebih kan?"

"Kayak yang kamu mau."

Rayen menatap Heksa, lalu mengangguk pelan. "Boleh."

Heksa langsung merengkuh pinggang Rayen mengikis jarak, sementara Rayen langsung mengalungkan tangannya dileher Heksa.

Bibir mereka sudah menempel. Bukan hanya sebuah kecupan, Tapi Heksa melumatnya. Heksa memimpin permainan. Memang bibir Rayen dengan penuh kelembutan hingga Rayen ikut terbuai didalam aktivitas itu.

Heksa dengan sangat mudah mengabsen setiap inchi didalam mulut Rayen karna si empu mempersilahkan lidah Heksa masuk dan berperang didalam sana. Hingga tanpa sadar ada benang saliva yang menetes didagunya.

Heksa sedikit memiringkan kepalanya berlawanan dengan Rayen untuk bisa menginvasi udara agar Rayen tetap bisa meraup oksigen dengan sedikit mudah.

Mereka menikmatinya dibawah senja yang menjadi saksinya. Ini kan yang Rayen butuhkan? Apa ciuman ini bisa membuktikan kalau Heksa benar-benar menyayanginya? Apa Rayen puas?

DEAR YOU || HYUCKRENWhere stories live. Discover now