DEAR YOU || 12

1.8K 146 2
                                    

♥️♥️♥️Hay, hellouww♥️♥️♥️

Yang dilakukan Rayen siang ini adalah duduk dikantin dengan es teh yang ia aduk-aduk dengan pikiran kosongnya. Ia benci melihat Heksa yang semakin tidak peduli padanya. Rayen ingin kembali ke waktu dulu. Kalau begini akhirnya, Rayen tak akan marah jika Heksa mengganggunya. Dan yang pasti tidak akan menolak Heksa saat laki-laki itu menyatakan perasaannya.

Sekarang, sepi sudah hidup Rayen tanpa recokan dari Heksa.

Ahhhh, kenapa iniii?!

HEKSA!!! AYO BALIK SAAA!! Rayen langsung menelengkupkan kepalanya diatas meja.

🖤🖤🖤

Kiranya sudah seminggu Rayen tanpa Heksa. Semakin kesini, semakin terasa juga sepinya. Ingin rasanya dia menyapa, namun Rayen malah menampilkan wajah sinisnya saat mereka bepaparsan. Bahkan Rayen rela mengalihkan pandangannya untuk berusaha cuek.

Terlalu besar gengsi Rayen untuk memulai duluan. Apa memang zodiak Aries seperti itu ya? Gengsi untuk mengatakan rasa sayang sedang ia rasakan.

Akhirnya, Rayen hanya bisa menghela nafasnya saat Heksa lagi-lagi acuh padanya. Sekarang-sekarang ini durasi Rayen dan Heksa mengobrol itu sangat pendek. Bahkan seharian mereka bisa saja diam-diaman kalau tidak dimulai oleh orang lain.

"Ah, gue kangen elo Sa. Tapi gue nggak berani bilang," kata Rayen setelah mendudukan dirinya diatas tempat tidur.

"Ternyata gue sebego ini sampai lupa caranya ngehargai usaha lo, Sa," dengkus Rayen.

"Dianya udah pergi jauh, nyeselnya baru datang."

Tiba-tiba pintu kamar Rayen terbuka. Menampakkan Heksa yang baru saja datang dengan sekresek camilan yang memang Rayen sengaja titip tadi ke Heksa yang kebetulan dia sedang jalan-jalan bersama Naja. Ya, anggap saja memang Rayen sengaja. Biar mereka juga tidak lama-lama kencannya. Kan Rayen bisa cemburu.

"Nah, titipan lo," kata Heksa menyodorkan kresek itu.

Rayen langsung menerimanya. "Makasih Sa," katanya yang disetting datar. "Gimana jalan-jalannya? Kok cepet banget baliknya?"

"Najanya nggak berani lama. Takut elonya marah karna titipan lo nggak sampai-sampai," kata Heksa.

"Sorry," ucap Rayen merasa bersalah. Tapi ingat, itu hanya pura-pura, karna Rayen malah bahagia atas hal itu. Jadi Heksa tidak berlama-lama diluar dan Rayen bisa melihat Heksa yang akan berlama-lama tidur disampingnya seperti sekarang.

Laki-laki itu sudah terbaring disamping Rayen yang sedang makan camilan.

"Sa, nggak mau minta camilan gue?" tawar Rayen sembari menyodorkan kripik kentang pedas yang baru saja ia buka dan makan.

"Nggak, gue udah ngantuk," jawab Heksa dengan mata yang masih terpejam.

"Temenin gue jalan-jalan yuk Sa, bosen gue dikamar mulu. Lagian ini masih sore loh, masa mau tidur," ujar Rayen yang masih menatap Heksa yang tidak bergerak dalam tidurnya.

"Gue capek, Yen."

"Oh, yaudah tidur gih, biar capeknya hilang," ucap Rayen yang padahal ia sangat-sangat kecewa.

Ternyata sekarang Rayen sadar, diabaikan itu tidak enak. Dan selama ini Heksa terus menyimpannya dengan haha-hehenya.

Disisi lain, diam-diam Heksa membuka sebelah matanya untuk melirik sedang apa Rayen sekarang. Namun yang dilakukan laki-laki itu hanya diam sembari menyemil makanannya.

Heksa sadar, sekarang Rayen mungkin sudah merasakan perbedaan tanpa dirinya. Makanya Rayen sering melakukan hal-hal yang sebenarnya itu bertolak belakang dengan gengsinya.

Berjuang Yen, gue tetep sayang sama lo kok. Tapi gantian ya yang berjuang.

🖤🖤🖤

Heksa terbangun dari tidurnya. Ia merentangkan kedua tangannya sembari melirik laki-laki mungil yang tertidur meringkuk disampingnya.

Tubuh Rayen terlilit selimut, yang membuat Heksa sedikit tersenyum mengingat berapa tahun lalu Rayen terjungkal saat dia tiba-tiba berdiri ketika telinganya mendengar suara alarm diatas nakas yang padahal ia lupa kalau selimut sedang melilit ditubuhnya.

Gubrak!

Dan Heksa langsung tertawa yang membuat Rayen misuh-misuh ditempatnya.

Tapi kali ini, Heksa malah melihat aneh gelagat laki-laki itu. Apa dia sakit? Kakinya tak berhenti ditekuk untuk mengenakkan posisinya.

Dengkuran halus bercampur desisan kedinginan membuat Heksa langsung turun dari kasur dan beranjak untuk berdiri didepan Rayen.

Heksa menempelkan punggung tangannya didahi Rayen yang membuat si empu membuka matanya perlahan.

"Sh-Saaa.... dinginnnn....."

Heksa langsung menempelkan tangannya dileher juga menangkup kedua pipi Rayen yang ternyata suhu badannya panas. "Lo demam."

"Gue ambilin kompresan dulu ya."

Heksa bergegas turun untuk mengambilkan kompresan didapur.

Tak selang lama, Heksa sudah kembali kekamar dengan baskom berisi air dan handuk kecil. Heksa lalu menempelkan handuk yang sudah diperas itu kedahi Rayen. Heksa melakukannya dengan telaten.

"Masih dingin?"

Rayen mengangguk. Padahal selimutnya sudah ia tutupkan hingga leher, tapi hawa dingin masih menjalar ketubuhnya.

Heksa mengusap lembut puncak kepala Rayen, kemudian kembali ke ranjang. Heksa tiduran didekat Rayen, menyelipkan tangannya dibawah kepala si manis, kemudian merengkuh pinggangnya untuk mendekap tubuh mungil itu.

"Apa masih dingin?"

Rayen mengangguk samar. Tapi ia langsung menduselkan kepalanya didada milik Heksa, yang membuat jantung si empu berdetak lebih kencang.

Heksa ingin menjauhkan Rayen darinya. Tapi perlakuan tadi sudah diluar pikirannya. Ia belum bisa tenang kalau Rayen sakit. Maka, kali ini Heksa semakin mendekap tubuh itu, lalu berbisik pelan.

"Yen, jangan sakit. Gue belum lihat perjuangan lo loh. Masa iya lo selalu menang tanpa berjuang."

🖤🖤🖤


DEAR YOU || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang