Perjuangan Sagara

Mulai dari awal
                                    

"Ke supermarket dulu, Sagara!" Ucap Gantari dengan nada suara yang sengaja ia naikkan, takut kalau laki-laki itu tidak mendengar suara Gantari.

Sagara memang diam tak merespon, tapi ia tetap menepi, menuruti keinginan Gantari yang ingin pergi ke supermarket yang letaknya tidak terlalu jauh dari perkomplekan Rumah mereka berdua.

"Woi, Sag!" Gantari sempat terlonjak kaget ketika mendengar suara laki-laki yang menyapa Sagara, tatapan bingung ia lemparkan ke arah kedua lelaki berbeda usia itu.

"Eh, Bang! Buset kemana aja baru keliatan lagi?" Tanya Sagara sambil melakukan tos kepada laki-laki yang lebih tua dihadapannya.

Gantari yang melihat hal itu merasa bingung, bagaimana bisa Sagara juga berteman dengan seorang juru parkir? Apa karena laki-laki itu sebelumnya sering pergi ke supermarket ini makanya mereka berdua jadi akrab, atau bagaimana?

Gantari pikir, teman-teman Sagara paling hanya warga SMA Garuda Emas saja, tapi ternyata tidak! Teman Sagara jauh lebih banyak dari apa yang Gantari pikirkan, sungguh gadis itu dibuat bingung sekarang.

Tapi jujur saja Gantari merasa penasaran bagaimana rasanya menjadi Sagara? Ah lebih tepatnya, bagaimana rasanya memiliki banyak teman? Apakah menyenangkan atau sebaliknya? Tapi jika dilihat dari tingkah Sagara, laki-laki itu nampak menikmati setiap hubungan pertemanan yang ia jalin.

"Kaga kemana-mana, cuma nemenin bini gue yang lagi di Rumah sakit," Ucap sang juru parkir, tatapannya tak sengaja berpapasan dengan Gantari yang sedari tadi diam mendengarkan, bahkan tangan kecilnya sudah bertengger di tali tas milik Sagara, "Eh siapa nih? Cewe lo, Sag? Pinter ya lo milih cewe! Hahaha."

Mendengar hal itu, Gantari semakin menguatkan pegangan tangannya pada tali tas milik Sagara, bahkan kakinya sudah melangkah mundur, menyembunyikan dirinya di belakang tubuh besar Sagara.

Jika dilihat-lihat, Gantari sudah seperti anak ayam dan Sagara adalah induknya.

Sagara yang menyadari hal itu hanya bisa terkekeh sambil memberikan usapan pelan pada tangan Gantari, berusaha menenangkan gadis itu. "Temen saya, Bang. Oh iya, istri Abang emang sakit apa?"

Sang juru parkir yang menyadari ketidaknyamanan Gantari pun dengan cepat menyelesaikan obrolan dirinya dengan Sagara, tidak ingin membuat gadis itu menunggu lebih lama lagi. "Bukan penyakit serius, santai wae lah! Sekarang juga udah di Rumah, makanya gue bisa lanjut jaga parkiran lagi nih." Sagara mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar perkataan sang juru parkir, sepertinya laki-laki paruh baya itu juga sudah menyadari tingkah laku Gantari yang tak nyaman.

"Yaudah kalo ada apa-apa, kabarin Bang! Kalo butuh sesuatu juga bilang aja, saya siap bantuin Abang sama istri." Setelah mengatakan hal itu, Sagara langsung berpamitan untuk masuk ke dalam supermarket sambil menggenggam lengan Gantari yang ukurannya jauh lebih kecil dari telapak tangan Sagara.

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Dengan telaten Sagara membantu Gantari untuk mengambilkan barang-barang yang letaknya berada dipaling atas, tentu saja gadis itu tak bisa menggapainya karena terlalu tinggi. Sebuah keuntungan memang mengajak Sagara berbelanja seperti ini.

"Gue lupa nanya, masakan gue tadi enakkan? Keasinan gak?" Gantari sempat terdiam sebentar, bola matanya tergerak untuk melirik Sagara yang menatap ke arahnya dengan penasaran.

NISKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang