27

1.7K 111 2
                                    

Tahun demi tahun berlalu begitu saja.

Hari ini Shizui berusia tepat 18 tahun. Anak sulung dari pasangan penuh cinta Xiao Zhan dan Wang Yibo.

Seorang kakak dari dua adiknya. Wang Xie Yun dan Wang xiaoyi.

Mimpi Wang Yibo akhirnya terwujud. Wang Xiaoyi adalah bayi perempuan. Kesayangan keluarga. Kini Xiaoyi sudah berusia 5 tahun. Wajahnya persis Xiao Zhan.

Sizhui mengendarai mobilnya sendiri. Ia baru saja makan malam dengan koleganya.

Ciit....

Sizhui mengerem mobilnya.

Tak jauh dari tempatnya ada seseorang yang berdiri di atas jembatan.

Melihat sekeliling, memang sepi. Cuaca sedang bersalju, jadi orang-orang jarang keluar rumah. Lalu untuk apa orang itu berdiri di atas jembatan?

Sizhui kelaur dari mobilnya, ia merapatkan jaketnya. Berjalan mendekat.

"Kau ingin bunuh diri?"

Suara Sizhui mengagetkan hingga pijakan kakinya hampir tidak stabil.

Orang itu menoleh.

Matanya sembab, ada luka cukup panjang dari ujung mata memanjang sampai ke dagu. Seperti sayatan benda tajam. Cukup mengerikan memang.

"Bukan urusanmu!"

Sizhui tersenyum. Lalu ia ikut berdiri di atas jembatan.

"Arus airnya tidak begitu deras. Tidak juga terlalu dalam sampai tidak bisa untuk berenang. Mungkin jika berendam terlalu lama kamu akan mati karena kedinginan." Sizhui menoleh.

"Bagaimana? Masih ingin bunuh diri?"

"Bukan urusanmu!" masih jawaban yang sama.

"Huh... entah masalah apa yang sedang kamu hadapi. Tapi memilih bunuh diri bukanlah solusi yang bijak."

Kali ini tidak ada jawaban.

"Mari aku temani kamu mati."

Sizhui menarik lengan orang itu dan melompat ke bawah. Air dingin menyambut mereka.

Byurr!.....

-----

"Kamu gila?!"

Sizhui telentang di tepi sungai. Dengan cuaca yang sangat dingin. Ini memang menyiksa diri.

"Buakankah kamu ingin mati?" tanya Sizhui.

"Tidak juga mati denganmu!"

Sizhui terkekeh. "Apa mati harus pilih-pilih? Siapa namamu?"

"Aku.... Aku Hua Jili"

"Apa yang membuatmu ingin mati?"

Hua Jili memeluk lututnya sendiri. Ia merenung. "Kedua orang tuaku mengusirku dari rumah. Adikku memfitnahku telah berselingkuh dengan tunangannya. Mereka juga sering menyiksaku."

"Apa luka di wajahmu juga dari mereka?" Sizhui bangun dari tidurannya. Ia menatap Jili yang kemalingkan wajahnya.

Hua Jili mengangguk, "Orang-orang mengejeku penyihir karena luka ini. Tidak ada yang mau berdekatan denganku."

"Apa kamu tidak ada tempat, atau tujuan hidup?"

"Tidak tahu."

"Ayo ikut aku." Sizhui berdiri, ia mengulurkan tangan.

Hua Jili menatap Sizhui yang berdiri di depannya. Mengulurkan tangan seolah menawarkan kehidupan.

"Aku tidak punya apapun."

"Aku tidak butuh apapun darimu. Aku punya segalanya." Sizhui sedang tidak sombong, tapi itu fakta.

Ragu, Hua Jili akhirnya meraih tangan Sizhui. Entah nasib apa yang akan membawanya mengikuti langkah Sizhui.

----

Sampai di rumah.

Xiao Zhan dan Wang Yibo sedang duduk di ruang tengah.

"Malam Papa...." Sizhui pulang, ia mencium pipi Xiao Zhan.

"Ada apa dengan baju kamu? Ini musim dingin Zhui! Dan.... siapa dia?"

Sizhui meringis, ohh.... Dia bingung mau jawab apa.

"Dia Jili.... akan tinggal di sini."

"Oh iya? Sejak kapan kamu bisa memutuskan sendiri, masih ada Daddy dan Papa di sini." Xiao Zhan manyipitkan matanya menatap Sizhui. Ia juga tak lupa menilai Jili dengan tatapannya.

"Kita ganti baju dulu, Papa.... Setelah ini akan aku jelaskan."

"Baiklah.... Kalian ganti baju dulu."

Hua Jili tidak mengeluarkan suara atau protes apapun di sini. Dia tahu, tidak mudah orang lain menerima dirinya.

Sepeninggalan Sizhui dan Jili. Xiao Zhan mencengkeram lengan Wang Yibo dengan semangat.

"Ada apa Zhan?"

"Yibo....yibo....Zhui..."

"Iya, ada apa dengan Zhui?"

"Ish.... dengar dulu."

Wang Yibo hanya bisa menghela nafas. Mau marah mana bisa.

"Apa Zhui pulang bawa menantu untuk kita?"

Pletak!

Wang Yibo menyentil kening Xiao Zhan. "Jangan membuat takut tamu kita dengan pemikiranmu, Zhan."

Xiao Zhan cemberut, "Lagian.... Zhui tidak pernah punya teman. Dia selalu sibuk dengan Yubin gege. Sibuk kerja terus!"

Wang Yibo terkekeh melihat Xiao Zhan yang menggerutu.

"Apapun pilihan anak-anak, kita hanya bisa melihat dan menasihati. Jangan memaksakan pendapat kita."

"Iya aku tahu. Themakasih Yibo."

"Ada apa dengan nada ini. Tidak ada kata terimakasih untuk kita."

Xiao Zhan mengangguk. "Terimakasih Yibo."

"Zhanzhan...."

Mereka tertawa.

Begitulah hidup. Jangan dibawa serius.



Tamat.

Kapten (Yizhan)Where stories live. Discover now