24

1.1K 100 0
                                    

Sizhui memijit keningnya.

Perusahaan Wang di korea ini terlalu rumit untuknya. Masalah yang ada jelas tidak sederhana.

Tok tok tok

"Masuk..."

Cklek.

"Zhui sayang...."

Sizhui tersenyum senang menyambut seorang wanita cantik.

"Nenek Lulu..."

Bailu, istri Wang Hedi. Ibu dari Wang Yibo. Wanita itu masih cantik walau sudah dipanggil nenek.

"Cucuku yang tampan. Aku dengar dari kakek kamu, kalau kamu ada di Korea. Nenek langsung datang ke sini nak."

Sizhui terkekeh. Pasti neneknya ini sedang berbelanja atau berlibur.

"Kakek Wang tidak ikut?" Sizhui mengajak Bailu duduk di sofa.

"Ck... Pak tua itu masih gila kerja di kantornya."

"Nenek.... Zhui punya sesuatu untuk nenek Lulu." Sizhui membuka ponselnya.

"Apa apa?" Bailu menunggu dengan senang.

"Ini..."

"Mm...ini... foto kamu waktu kecil?"

Sizhui menggeleng. "Dia Xie Yun...adik Sizhui."

Bailu membularkan matanya. Kali ini ia memperhatikan foto itu lebih baik. Memang mirip Sizhui kecil, tapi dengan senyum yang berbeda.

"Oh...Yibo kecilku yang lain." Bailu menyeringai senang.

Wang Yibo.... anak itu benar-benar. Tidak pernah bawa mantunya pulang. Tapi susah kasih dua cucu!

"Apa Papa kamu sudah ketemu?" tanya Bailu sedikit lirih, takut menyakiti cucu kesayangannya ini.

Sizhui mengangguk senang. "Papa Zhan sudah ketemu."

"Dimana?" Bailu ingin sekali bertemu mantunya.

"Ada di rumah bersaman Daddy."

"Oh, ada Daddy kamu juga." Bailu lesu. Pasti Wang Yibo bakal umpetin lagi tuh mantu.

Sizhui melihat neneknya yang cantik murung, tidak tega lihatnya "Bagaimana kalau kita jemput A Yun?"

"Boleh? Nenek boleh ikut?"

"Hm." Sizhui mengangguk. Dokter Shiying sudah mengabari tadi, kalau ia dan Xie Yun ada di dekat perusahaan Wang.

"Baiklah ayo... Oh... Apa nenek masih cantik? Apa A Yun akan menyukai nenek?"

Masih banyak lagi kekhawatiran yang dilontarkan Bailu.

"Nenek terbaik."

----

Xie Yun berdiri di sebelah Shiying.

"Sudah.... Kalian kelewatan, A Yun sudah menjawab semua pertanyaan kalian selama 2 jam tadi." Shiying menatap sekumpulan dokter yang haus informasi.

"Tapi dokter Shiying, kita...."

Meteka benar-benar masih ingin bertanya banyak hal. Xie Yun ini sudah seperti ensiklopedi berjalan. Apa saja yang mereka tidak tahu, Xie Yun pasti mampu menjawab kebingungan mereka.

"Baiklah.... Kita pergi. Bye A Yun... Sering-sering datang ke sini ya..."

Xie Yun tersenyum senang, ia juga membalas lambaian tangan mereka.

Tak jauh dari mereka Sizhui dan Bailu yang gugup berdiri di sana menyaksikan semuanya.

Cucu luar biasa lainnya.

Bailu semakin ingin bertemu menantunya! Bagaimana bisa melahirkan cucu nya yang super super ini. Bailu sangat berterimakasih.

"Gege...." Xie Yun akhirnya melihat Sizhui. Bocah itu berlari membuat orang khawatir.

"Pelan-pelan A Yun." Sizhui menangkap tubuh Xie Yun yang melompat ke arahnya.

"Hehehe...."

"Zhui...." Bailu memanggil. Ingin sekali ia mencubit pipi Xie Yun. Ini lebih menggemaskan dari Sizhui kecil.

"A Yun.... sapa nenek Lulu." Sizhui menurukan Xie Yun dari gendongannya.

"Salam nenek Lulu." Xie Yun membungkuk sopan.

"A Yun.... Boleh nenek peluk?"

Xie Yun menatap Sizhui, meminta pendapat.

Sizhui mengangguk.

"Tentu saja boleh." Xie Yun menyengir bodoh. Ia senang dipeluk.

Begitulah pertemuan pertama nenek dan cucunya.

----

Jauh di Cina.

Haikun menghela nafas untuk kesekian kalinya.

"Tidakkah kamu coba minta Yibo kembali lagi?" Zhou Cheng menatap sang pimpinan yang kian hari makin kuyu karena pekerjaan.

"Kemarilah...." Haikun mengulurkan tangannya di sambut tangan Zhou Cheng. Membawa lelaki itu duduk di pangkuannya.

"Aku capek hari ini." Haikun menenggelamkan wajahnya ke dada Zhou Cheng. Menghirup aroma yang menjadi candunya.

Zhou Cheng mengusap kepala Haikun dan sesekali mengecup puncak kepala kesayangannya.

"Hm... Kamu sudah bekerja cukup hebat sendirian."

"Iya." Haikun makin mengeratkan pelukannya.

"Apakah malam ini kita bisa makan malam?" tanya Zhou Cheng.

Haikun mengangkat wajahnya. "Maaf, malam ini masih banyak yang harus aku selesaikan."

Cup.

Zhou Cheng mencium pipi Haikun. "Tidak apa, lain kali saja."

Mereka kembali berpelukan. Sadar bahwa cinta terhadap negara lebih besar dari cinta mereka.

----

"Zhanzhan...." panggil Wang Yibo.

Xiao Zhan menoleh, "Apa?"

Wang Yibo merah tangan Xiao Zhan, "Sayang.... Bisakah kamu temani aku besok?"

"Kemana?" tidak biasanya Wang Yibo yang pengangguran ini ada acara. Setiap hari biasanya cuma menempeli Xiao Zhan terus.

"Mama ingin bertemu dengan kamu."

Xiao Zhan mengernyit. "Mama kamu?"

Wang Yibo mengangguk. "Mau ya?"

Xiao Zhan sedikit ragu. Menantu mana sih yang tidak gugup jika bertemu mertuanya.

"Apa aku akan dimarahi? atau aku akan di tes memasak?" Xiao Zhan tidak pandai urusan rumah.

Wang Yibo terkekeh. "Kamu istriku Zhan, untuk apa kamu hebat masak?" Wang Yibo menangkup wajah Xiao Zhan. "Cukup jadi diri kamu Zhan. Semua orang akan jatuh cinta denganmu."

"Hahah.... Kamu sudah punya anak dua, Yibo... Masih saja ngegombal."

Wang Yibo tersenyum kikuk. Ayolah dia tidak ada niatan ngegombal atau apalah. Itu keluar begitu saja.

"Jadi...mau ya? Ketemu Mama?"

"Baiklah." Xiao Zhan cepat atau lambat pasti mereka akan bertemu.

Kapten (Yizhan)Where stories live. Discover now