12: Pergi.

770 57 18
                                    

Gayatri adalah menantu utama dari keluarga besar Brajadika. Gemerlap kehidupan sekitar tak jarang membuatnya gelap mata, bagaimana tidak di manjakan dengan kemewahan dan segala kenyamanan duniawi terkadang membuat ia ingin sekali menari diatas puing permata miliknya.

Hanya saja, kemewahan membawa banyak malapetaka untuknya. Cinta pertamanya hancur akibat kejayaan yang di miliki bapaknya, orangtuanya hancur, keluarganya hancur. Semua hal itu diakibatkan oleh segala harta benda yang tak lebih barang mati.

Ia memang terlahir menjadi anak sendok emas, percayalah perkataan Sadewa mengenai dirinya yang dibeli oleh keluarga Brajadika tidaklah sesederhana sekian ratus miliar atau bahkan triliunan. Tidak, secara simbolis mungkin ada serpihan uang yang lelaki itu beri kepadanya, tetapi sisanya? Bukan perkara uang semata.

Gusman saat Gayatri kecil adalah seorang ayah yang begitu baik hati, segala hal tentang putrinya pasti akan ia kabulkan. Terlalu sayang. Sampai ia merasa kemewahan yang ia beri tidaklah cukup selama ini.

Dahulu keluarga Gayatri dikenal sebagai Bos mabel seantero jawa, sebagai supplier nomor satu perabotan rumah tangga dengan kualitas jitu asal jepara. Kayu terbaik sebanding dengan harga selangit yang mereka jual.

Cukup semua itu menjelaskan seberapa makmurnya Gayatri sedari kecil. Dahulu ia pernah berpikir buat apa dia belajar banyak hal, bapaknya kan sudah pintar segalanya. Sampai ia sadar, menjadi si tunggal kaya raya ternyata tak seindah masa kecilnya.

Diri remaja Gayatri mulai di cecar segala ekspetasi orang sekitar, termasuk ekspetasi bapaknya. semua seolah menuntut dia untuk sempurna tak sedikitpun terdapat celah padahal ia hanya manusia biasa. Kecewa tentu saja. Namun, sejauh apapun berlari dan menghindar semua memang menjadi takdirnya.

Penderitaan dia belum terlalu terasa, sampai suatu hari bapaknya memutuskan memasuki dunia politik. Semua terasa semakin berat, mereka yang pada mulanya terkenal sebagai keluarga pengusaha mulai memasuki dunia penuh topeng yang menjadi modal keberhasilan bapak dalam menjadi orang nomer satu di kabupaten.

Ternyata benar. Sebersih apapun seseorang bila dia disodorkan segenap kuasa dan harta maka dengan mudah ia bertekuk lutut. Itulah bapaknya. Mulai banyak kecurangan, pembodohan, bahkan penggelapan yang ia sendiri sangat mengetahuinya. Berat, semua terasa sangat menyiksa.

Kalian semua tau, saat bapak menjabat maka segala aset harus di alih tangankan kepada keluarga. Sebagai ahli waris, sudah jelas Gayatri yang memimpin. Walaupun saat itu Gayatri masih fokus dengan kuliah, dirinya sudah sadar akan kewajiban.

Ya. Maka dari itu perusahaan semua aset bapak resmi menjadi miliknya beserta semua pekerja yang menggantungkan nasib pada kepemimpinannya.

Sedih. Masa mudanya terenggut. Bahkan cintanya pun, tak bisa berkuasa.

Sudahlah, bagaimana lagi. Toh dia tetap menikmati segala kekayaan yang dirinya miliki hari ini.

Oh ya, bicara mengenai awal pertemuan dengan Sadewa.

Bapak yang saat itu terlibat dalam sebuah proyek besar mengenai hutan jati dengan anggaran miliaran, ternyata di jebak oleh temannya. Mereka membawa kabur uang bapak, uang negara, bahkan uang perusahaan. Ancamannya saat itu jika bapak melapor maka KPK dengan mudah mengetahui segala tingkah bapak. Mana berani, mau di taro mana mukanya nanti.

Pramoedya Brajadikara, seorang taipan kaya raya dengan segudang harta tanpa embel-embel milik negara. Bahkan jika di total seluruh harta kekayaannya saja, mampu kok untuk membayar lebih dari 90% hutang negara. Iya, sekaya itu.

Kebetulan pada saat itu proyek tersebut melibatkan anak perusahaan di bawah naungan Brajadika. Sudi tidak sudi mereka harus membantu menutupi sebelum nama mereka ikut tercoreng. Iya, secara gamblang disana awal mula mereka "Membeli" Gayatri.

Gayatri Gauspuspitaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें