5: Rahasia Gayatri

342 40 9
                                    

Gayatri punya segalanya.

Sekarang juga tanyakan pada dia, apa hal yang tidak ia miliki? Tanyakan.

Gayatri jamin ia bisa menjawab semuanya, kecuali kedamaian keluarga.

Sedari kecil hidup di tengah segala prahara orangtuanya.

Mereka tetap bersatu tapi tidak pernah benar-benar utuh.

Gayatri tidak pernah kekurangan uang, tapi Gayatri selalu kekurangan cinta dan kasih sayang.

Ibu mendidiknya begitu keras, bapak begitu memanjakannya dengan segala kenikmatan hidup.

Ketika Gayatri berkata kepada semua orang bahwa ia lelah, mereka hanya akan menertawakannya. Bagaimana bisa Gayatri lelah? Ia punya segalanya. Kata mereka begitu.

Beranjak dewasa, Gayatri benar-benar mengandalkan dirinya sendiri untuk segala hal yang terjadi. Gayatri menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam naungan Brajadika.

Sebelum bajingan semacam Sadewa memasuki dunianya.

Membelinya.

Ingin tertawa saja Gayatri rasanya.

Uang yang laki-laki itu berikan sekian tahun lalu bahkan tidak pernah Gayatri sentuh, uang yang menjatuhkan harga dirinya seharga tanah yang terinjak.

Uang yang membuatnya terperangkap dalam dunia yang tidak akan pernah melepaskannya.

Uang yang memberikannya nama besar yang tidak akan pernah lepas dari pendengarannya.

Dan nama adalah tujuannya.

"Perusahaan bapak belakangan ini mengalami penurunan drastis." Suara mulai terdengar di tengah hening nya ruang keluarga yang tak pernah terisi canda dan tawa.

Suami yang menjadi lawan bicaranya hanya diam sembari menatap layar di depannya, membaca banyak sekali dokumen untuk di pelajari.

"Tidak." Hanya balasan itu yang terdengar.

Gayatri menghela napas menahan rasa kesal untuk meminimalisir pertengkaran.

"Aku harus. Aku gak rela perusahaan bapak ku bangkrut begitu saja. Banyak hal yang aku korbankan untuk perusahaan itu." Katanya dengan sedikit kesal, seperti menahan begitu banyak amarah di dalamnya.

"Termasuk menikah dengan kamu." Lanjutnya pelan.

Sadewa mendengar, kupingnya begitu baik dalam menangkap suara. Ia pun tau apa yang istrinya katakan, tapi tak sedikitpun suara keluar dari mulutnya.

"Sadewa." Panggilnya kembali guna mengambil atensi suaminya.

Laki-laki itu hanya menoleh lalu kembali menatap pekerjaannya, seakan-akan keberadaan Gayatri tak penting adanya.

"Sampai kapan kamu mengurungku dalam penjara ini, Sampai kapan, sampai aku mati?" Tanyanya dengan sedikit getaran pada suaranya, tanda ia lelah. Tanda ia benar-benar putus asa. Gayatri tidak tau ada apa dengan dirinya belakang ini, terlalu cengeng, terlalu emosional.

Ini bukan pertama kalinya Sadewa mendengar Gayatri menangis, sering. Terlalu sering sampai ia benci orang menangis, Gayatri diawal pernikahan mereka selalu menangis di kamarnya, dan Sadewa selalu mendengarnya.

Setelah sekian tahun, baru malam ini. Ia kembali mendengar tangisan wanita angkuh itu.

"Kamu tidak tau lawannya." Katanya dengan tegas.

Gayatri menghapus air matanya kasar lalu menatap suaminya "Bagaimana aku bisa tau, kalau kamu tidak sama sekali melibatkan ku. Aku ini masih hidup Sadewa, aku balum mati!" Suaranya sedikit meninggi.

Gayatri GauspuspitaWhere stories live. Discover now