8. Darka Tega Dan Mengantar Delin

Start from the beginning
                                    

"Kali ini kiwi!" ketus Darka dengan masih menekuk wajahnya.

Delin segera mengambil sepiring buah-buahan itu dan menyuapi Darka dengan lebih hati-hati.

Darka meminta semangka lalu mengarahkan lengan Delin agar menyuapkan buah itu ke mulutnya sendiri.

Delin menerimanya dengan canggung. Tidak menyangka akan satu garpu dengan Darka. Tapi, itu tidak spesial lagi saat apa yang mereka lakukan lebih dari itu.

"Apel."

Delin menusukan apel lalu mengangsurkannya namun kembali Darka arahkan ke bibirnya. Delin tidak bisa menolak lalu melotot kaget saat Darka merampas apel di mulutnya dengan diakhiri sesapan sekilas.

Delin bersemu lalu menundukan wajahnya.

"Lebih enak, gue mau anggur tapi lewat mulut lo," Darka menatap Delin dengan lekat. Mengusap kepala yang menunduk itu dengan perlahan.

Darka menggenggam rambut itu, menjadikan jemarinya ikat rambut agar bisa lebih jelas melihat wajah gelisah Delin.

"Jorok! Rambut lo kena piring!" ketusnya.

"Ma-maaf,"

"Cepet! Gue mau anggur,"

Delin dengan pasrah memasukan anggur ke mulutnya, membiarkan Darka mengambilnya lalu menjelajah mulutnya dengan ahli.

"Inti lo masih sakit?" tanya Darka agak ketus saat tidak sengaja Delin menggigit bibirnya walau tidak berdarah.

Delin mengatur nafasnya sambil menjilat bibirnya yang terasa bengkak dan basah lalu menggeleng.

Delin hanya merasakan tidak nyaman, bukan seperti beberapa jam yang lalu yang rasanya mengganjal parah dan perih.

Darka meraih piring di pangkuan Delin. Dia memakan buahnya sendiri dengan sesekali menjejalkan buah ke mulut Delin.

Delin melirik penuh kebencian walau tidak bertahan lama. Dia takut Darka semakin gila. Dia masih harus bertahan demi semua yang ada di desa.

"Kak.."

Darka menoleh tajam. Memang begitu tatapannya.

"Anu.. Aku itu.. Mendadak harus pulang, aku baru ingat lusa ulang tahun ibu, artinya besok aku pulang," jelasnya ragu dengan suara pelan saking takut melihat Darka yang dominan dan mengintimidasi.

"Gue anter."

"Eungh.. Ga usah," panik Delin. Bisa heboh desanya jika Darka datang.

"Gue ga akan lengah, siapa tahu itu salah satu cara lo kabur dari gue," Darka menarik pinggang Delin agar mendekat.

"Kak, di sana desa.. Kakak datang akan menimbul—" Delin terhenyak saat wajah Darka mendekat penuh ancaman.

"Pergi bereng gue atau ga sama sekali!"

***

Darka menatap bundanya dengan malas. Dia menyesal memberitahu akan mengantarkan Delin pulang ke desanya.

"Bun!" Darka jengkel melihat semua oleh-oleh yang harus diserahkan pada keluarga Delin.

"Desa itu pasti banyak orang dan lebih kekeluargaan, bunda pernah ke tempat temen bunda yang ada di desa, mereka kalau ga kebagian kasihan," cerocos Denada seraya mengarahkan penjaga untuk memasukan semua makanan yang dia beli ke dalam mobil.

Delin sudah menunduk dengan tak enak hati. Tak hanya itu, dia masih gelisah. Membawa Darka saja sudah beban.

Tahu begini dia tidak akan bilang. Lebih baik di Hukum saat pulang nanti oleh Darka karena tidak izin dari pada urusannya repot begini.

"Ngapain lo bengong? Masuk!" ketus Darka lalu dia masuk duluan ke jok kemudi.

Denada mendengus kesal lalu merangkul Delin yang hendak masuk. "Sabar ya sama Darka, memang agak pemarah, titip salam buat keluarga ya, lain kali ajak mereka ke rumah bunda," ramahnya.

Delin tersenyum. "Terima kasih, bunda. Nanti Delin sampaikan," balasnya lembut dan sopan.

"Hm, masuk-masuk, nanti dia marah," sebalnya pada sang anak.

Delin pun masuk, menarik sabuk lalu menurunkan jendela mobil agar bisa pamit pada Denada.

"Hati-hati ya!"


Part 7 nya part khusus, tidak ada di wattpad hanya di karyakaraa bagi yang mau aja, engga pun tetap bisa lanjut :)

Dark Obsession (TAMAT)Where stories live. Discover now