08. Tiga lembar foto

9.7K 674 50
                                    

08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08. Tiga lembar foto.

"Kenapa dulu pergi gitu aja? Tanpa pamit, dan mutusin gue tanpa penjelasan."

Pertanyaan itu mengambang begitu saja di udara. Cella sontak mengatupkan rahangnya.

keheningan mengiringi keduanya.

Dargael tak mengalihkan pandangan sedikitpun dari Cella, benar-benar menunggu jawaban gadis itu.

Cella memainkan kuku-kuku jarinya diatas meja. Dargael melirik itu sekilas, namun yang ia inginkan hanyalah jawaban saat ini.

Cella masih terdiam, bingung bagaimana menjelaskan pada Dargael. Ya, Dargael tidak tau masalah keluarga Cella yang menyebabkan mereka harus putus.

"Gapapa."

"Itu bukan jawaban. Dan itu bukan jawaban yang gue inginkan," tekan Dargael seolah tau Cella akan menjawab hal itu.

Cella mendongkak. Netra coklat gadis itu bertubrukan dengan Netra hitam Dargael.

Sekilas Cella dapat melihat pandangan tulus yang Dargael berikan padanya dua tahun lalu.

Cella menggeleng pelan. "Tapi jawaban gue itu doang. Ga ada jawaban lain."

"Kenapa? Lo suka cowo lain?"

Cella melotot. "Lo pikir gue cewe apaan? Suka cowo lain disaat gue punya pacar? ga waras lo," balas Cella kasar.

"Who know?" Cowok itu mendengkur, suaranya rendah dan...mengancam?

"Nggak. Bukan karena gue nemu atau suka cowo lain. Gue bukan cewe yang ga cukup sama satu cowo," ucap Cella kental dan menyindir. Ia sudah tau bahkan sangat tau bagaimana sifat Dargael semenjak dua tahun terakhir ini. Minggu lalu, setelah satu minggu ia memasuki sma gadangga, Lyly menceritakan semua tentang Dargael. Dan tentang Briani, ia baru tau tadi pagi. Mungkin Lyly baru kepikiran ataupun teringat.

"Terus?" Dargael kembali menagih jawaban yang benar-benar memuaskan dirinya.

"Ada alasan lain."

"Apa?"

"Ada." Cella tampak enggan bercerita pada Dargael. Entah kenapa, ia merasa lelah jika terlalu banyak berbicara pada Dargael. Tenaganya serasa terkuras. Untuk saat ini.

Dargael terdiam. Namun sorot matanya tak lepas dari Cella.

"it's okay kalau lo ga mau cerita. Gue ga maksa," ucap Dargael. Namun Cella tidak yakin karena ia mendengar suara Dargael terkandung nada menahan amarah. Bagaimana tidak, Dargael benar-benar butuh alasan mengapa Cella memutuskannya begitu saja. Di saat ia sedang dalam keadaan sayang -sayangnya dan dalam keadaan benar-benar membutuhkan Cella.

Tak urung Cella mengangguk tak peduli akan hal itu. Ia menoleh lagi kearah keluar. "Udah mendung. Ayo pulang."

Dargael mengangguk begitu saja. Ia berdiri. "Lo duluan aja. Gue bayar dulu."

He's DargaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang