15. Benci Ulang Tahun

68 39 5
                                    

Rayyan menyodorkan balik Paperbag berukuran sedang berwarna navy kepada si empunya asal.

"Maaf, saya tidak bisa terima Za," Tolak Rayyan halus.

Azea lantas merasa sedikit kecewa, namun tetap berusaha tersenyum. Ia kemudian penasaran kenapa alasan Rayyan menolak pemberian nya di Paperbag itu dengan mentah-mentah.

Menyadari gelagat Azea yang berubah bingung dan penasaran Rayyan berucap "Saya tidak benci hadiah nya, Saya hanya benci hari ulang tahun Saya sendiri. Berikan pada hari lain saja ..." Jelas Rayyan di sertai anggukan mengerti dari Azea.

"Tapi,.. kenapa?" Lagi Azea mengajukan rasa penasaran nya.

"Alasan pribadi." Jawab Rayyan seadanya. Ia malas mengingat serta menjelaskan hal yang ia benci. Seolah orang lain tidak perlu tahu apa yang menjadikan nya sangat membenci hal-hal istimewa di hari ulang tahun nya.

"Jadi berikan besok saja?"

"Terserah kamu." Jawab Rayyan dingin lalu ia menyeruput Es Jeruk di hadapan nya yang tinggal setengah dari gelas bening itu.

Azea memasang wajah cemberut lagi. "Baiklah, Maaf kalau membuat mu membenci ini." Azea menyingkirkan Paperbag berwarna Navy itu dari hadapan Rayyan.

"Tidak juga." Kilah Rayyan tak ingin membuat Azea semakin tak enak hati dan kecewa. Tapi Rayyan benar-benar tak bisa menerima hadiah itu hari ini, kecuali ... kalau hari lain. Akan senang hati ia menghargai pemberian orang lain.

Dua buah nasi goreng yang asap nya masih mengepul itu akhirnya sampai juga di meja yang mereka tempati.

"Es jeruk sudah setengah, baru datang nasi goreng nya, huh!" Azea sedikit kesal karena keterlambatan pelayan itu mengantar pesanan mereka. Sebenarnya bukan salah pelayan. Tetapi karena antrian yang cukup banyak hingga memakan waktu untuk mengantri menunggu pesanan.

Azea menuangkan sambal cabai cukup banyak di piring nya yang berisi nasi goreng itu. Lalu di aduk nya perlahan.

"Suka Pedas? Apa perut kamu gak papa?"

Azea yang mendapati pertanyaan Rayyan seperti itu sedikit cengo kemudian tak lama ia terkekeh pelan. "Aman kok."

Rayyan yang melihat itu entah kenapa bergidik ngeri. "Ngeri kali, cewek kalau suka pedas ..." Berbanding terbalik dengan Rayyan yang tak menyukai hal-hal pedas. Perut nya menolak untuk semua jenis makanan yang ada rasa pedas nya. Makan hal-hal pedas bisa-bisa Rayyan langsung masuk UGD setelahnya.

Kedua nya menyendok lahap nasi goreng yang terhidang hangat.

"Bunda kamu gimana Za?" Rayyan mulai membuka topik lagi.

"Alhamdulillah, mulai membaik Ray. Besok seperti nya Bunda bisa pulang." Jawab Azea di penuhi senyum yang berseri.

Sejenak Rayyan terpaku pada senyum gadis itu. Senyum sama saat pertama kali diri nya bertemu gadis itu di ruang UKS. Namun kali ini senyum itu terlihat asli, bukan senyum yang ia lihat pada hari itu.

"Alhamdulillah ... saya bisa bantu jemput Za, sekalian jenguk." Tawar Rayyan memberi bantuan. Sebab beberapa hari lalu diri nya memang ada mengatakan ingin menjenguk Bunda nya Azea bersama-sama.

"Kalau kamu tidak keberatan, Boleh."

"Oh ya Za, kenapa tidak ikut PMR lagi? Katanya kamu sudah keluar dari kegiatan itu?" Tanya Rayyan lagi, ia sedikit penasaran. Dengar-dengar dari Arhan si tukang informasi plus tukang ghibah bintang 5 itu memberitahu Rayyan bahwa Azea tak lagi ikut kegiatan PMR.

Starlight With You (On-going)Where stories live. Discover now