8. Impas

105 72 10
                                    

Azea berdiri di depan wastafel sekolah. Ia kini sedang mencuci sedikit hijab serta seragam sekolah nya akibat terkena tumpahan es jeruk yang di tuangkan oleh Kelyn secara sengaja di kantin tadi.

Huh, basah. Nyaris saja ia mandi es jeruk. Entahlah, Azea merasa bersyukur ada yang membela nya tadi.

Tapi aneh nya itu adalah Rayyan? dan kenapa pula Rayyan tahu tentang dirinya yang sering di bully Kelyn?

Benar, Azea benar-benar tidak tahu. Ia mengigit bibir bawah nya. Sambil terus mencuci hijab nya itu sampai benar-benar menghilangkan noda es jeruk. Akan tetapi, malah membuat hijab nya semakin basah.

"Ini ambil."

Deg

Tiba-tiba saja tangan seseorang di samping nya menyodorkan hijab putih yang terlihat masih baru.

Lantas Azea memandang ke arah sodoran hijab putih itu. Dan menemukan seseorang ia adalah orang yang sama menolong nya di kantin tadi. Yang benar saja? Ia kembali diam mematung. Jelas saja siapa yang tidak aneh dan terkejut melihat seseorang tiba-tiba menyodorkan kain putih itu? Ahh maksud nya hijab putih yang baru itu. Dan itu Rayyan?

"Kenapa tidak di ambil? Tangan saya pegal."

Azea tersadarkan dari lamunan nya. Ia reflek mengambil hijab putih itu.

"Terimakasih."

Setelah menerima itu Azea berpikir di mana Rayyan mendapatkan hijab putih yang masih baru ini?

"Koperasi sekolah."

Daebak, Azea sedikit terkejut lagi. Bagaimana Rayyan bisa menebak pikiran nya dengan tepat? Ahh tidak heran dia seorang Rayyan yang cukup jenius. Padahal Rayyan juga cukup pandai hanya dengan melihat gelagat bingung Azea.

"Ohh ... sekali lagi, terimakasih."

"Ya."

"Impas?"

"Maksud nya?" Azea bertanya bingung lantaran tak mengerti maksud Rayyan yang mengatakan kata 'impas' secara tiba-tiba. Memang nya dia berbuat apa sebelum nya?

"Toko alat tulis."

"Atau ganti dengan uang saja?"

Azea langsung paham dengan itu. "Oh itu .. Tidak apa apa kok, impas saja. Maaf kalau merepotkan."

"Tidak sama sekali."

Azea hanya tersenyum menanggapi.

Hening. Untuk beberapa saat kedua nya sibuk dengan pikiran masing-masing. Sedangkan Rayyan yang tetap stay berdiri di samping Azea, walaupun berjarak 1 meter.

Mendadak Azea salah tingkah sendiri. Karena sikap Rayyan yang tak beranjak dari sana.

Azea yang masih mencuci hijab nya berkali-kali. Padahal noda itu telah hilang. Yap, suasana kembali kikuk. Padahal sebelum nya saat ia bertemu dengan Rayyan di toko alat tulis tidak demikian. Dan santai santai saja, kenapa ini malah aneh. Ya ampun!

"Maaf ...  tadi, saya ikut campur ya?" Rayyan kembali bersuara.

"Tidak apa apa." Balas Azea seadanya.

"Saya merasa sangat terbantu, ketika kamu mau membela aku." Azea lalu tersenyum tipis.

"Hemm ... ganti hijab nya. Setelah itu temui saya di kelas XII IPA1."

Azea mengernyit kan kedua alis nya lantaran bingung plus penasaran.

"Untuk?"

"Lembaran kertas Astronomi." Setelahnya Rayyan meninggalkan Azea begitu saja di sana.

Sejenak Azea tak paham. Detik berikut nya ia menutup mulut nya dengan kedua tanganya lantaran kembali terkejut. Ia menyimpulkan bahwa Rayyan ikut lomba sains di bidang Astronomi juga, sama seperti dirinya. Ahh sesempit ini kah dunia nya?

"Baik."

Azea tersenyum sambil memandangi hijab putih bersih yang masih baru itu.

⭐️ ⭐️ ⭐️


"Pasien di ruang nomor 13 sudah di tangani dok? Bagaimana kondisi nya?"

"Membaik, Ohh .. iya silakan kamu ganti water infus dari pasien itu. Saya lihat tadi hampir habis."

"Baik Dok."

Alina bergegas kembali ke ruangan di pasien nomor 13 sambil membawa beberapa peralatan untuk menganti water infus. Ia mendorong pintu masuk. Dilihat nya seorang wanita paruh baya terbaring lemah di atas brankar sana.

"Permisi bu,"

Alina mengambil water infus yang terpasang menggantung di atas sana yang mulai hampir habis.

Wanita paruh baya itu ternyata sedari tadi nampak memperhatikan Alina dengan saksama.

"Sudah berapa lama saya di sini?" Tiba-tiba saja wanita bernama Widya bertanya pada Alina.

Alina yang sadar lantas tersenyum dan menjawab. "Sudah 8 hari bu, kondisi ibu belum sepenuh nya pulih .. ibu cepat sembuh ya,"

Alina mengetik-ngetik pelan aliran water infus di selang kecil itu agar berfungsi dengan baik.

"Selesai."

Saat Alina hendak beranjak keluar, Wanita itu menarik pelan tangan Alina.

"Nak .."

"Iya?"

"Kalau kamu meninggalkan dunia ini, apa yang perlu kamu persiapkan nak?"

_______________

(Bagian sini pendek dulu ya gengs.. next temu bab selanjutnya 🙌)

Starlight With You (On-going)Where stories live. Discover now