bab 1

12.7K 102 2
                                    

Semua berawal dari kepergian ayah dan bundanya , seharusnya saat ini anin bisa berbahagia menikmati masa remaja nya seperti yang lainnya.

Tapi gadis cantik itu malah tengah menatap sendu terhadap seseorang yang tengah terbaring lemas di dalam sana dengan ribuan do'a yang ia langitkan .

berharap adiknya di berikan kesempatan untuk hidup karena hanya dia , satu-satunya keluarga yang masih tersisa dari tragedi menyeramkan beberapa tahun silam.

" Ma kayaknya kita nggak seharusnya pergi deh , perasaan Anin nggak enak ,lagian briant kan masih di rumah sakit ,kasian kalau di tinggal"

Sang mama terdiam , sebenarnya ia juga sepemikiran dengan Anin namun adik ipar nya terus-menerus memaksanya untuk pergi liburan .

dengan dalih kalau ia butuh liburan untuk merefresh otak dan juga tubuh nya ,dari apa yang menyibukkannya belakangan ini .

toko bunga nya yang semakin berkembang pesat ,juga briant yang selalu keluar masuk rumah sakit karena kelainan jantung yang di deritanya sejak bayi.

Namun kebaikan Tante Anin yang tiba-tiba itu menciptakan sesuatu yang mengganjal di pikiran Anin ,tapi sang ibu terus meyakinkan nya kalau semuanya akan baik-baik saja .

Hingga sesuatu yang tidak di inginkan terjadi , hari itu adalah hari yang paling Anin sesali dalam hidupnya.

Bayangan mobil yang menyebabkan mobil kedua orang tua nya terguling ke jurang ,darah kedua orang tuanya, teriakan ketakutan yang keluar dari mulutnya beserta kedua orang tuanya,semuanya berputar-putar di dalam ingatannya saat ini.

"Anin "

Anin tersentak saat seseorang memanggilnya dengan pelan dan terdengar sangat lembut,dengan cepat ia mengusap air matanya yang mengendap di pelupuk matanya.

" Kamu tidak apa-apa?"

Anin menggelengkan kepalanya pelan ,dengan sedikit senyum yang ia paksa untuk timbul di sela-sela wajah sendunya.

Tadi pagi dokter altezza marvin memberitahunya kalau adiknya harus segera melakukan tindakan operasi untuk jantung nya .

kalau tidak ,akan ada kemungkinan buruk yang sangat tidak anin inginkan.

Namun sepertinya tuhan emang tidak menginginkan ia untuk berbahagia ,karena selain uangnya belum ada , pendonor nya pun juga masih belum ada.

" Nih ,kamu makan dulu "

Anin kembali menggelengkan kepalanya saat dokter altezza menyodorkan sebungkus nasi Padang.

Andai saat ini momen nya tidak seperti ini, mungkin tak perlu menunggu laki-laki tampan dengan jas putih yang menyelimuti tubuhnya itu menyodorkan nasi itu kepadanya ,ia sudah merebutnya lalu memakannya tanpa rasa malu

Hidungnya sangat peka terhadap makanan itu ,namun untuk saat ini ia sangat tidak berselera bahkan saat mencium aroma dari makanan favoritnya itu.

" Anin ,kamu jangan seperti ini ,kalau kamu jatuh sakit juga bagaimana dengan adikmu ?"

Anin terdiam , apa yang di ucapkan oleh dokter altezza sangat benar,namun saat ini ia tak menginginkan makan ,ia hanya ingin adik nya sembuh.

" Apa perlu aku yang menyuapi mu?"

Anin tertawa renyah , ia sudah lama mengenal dokter altezza, bahkan saat pertama kali adiknya di vonis memiliki kelainan jantung.

Karena setiap kali adik nya kambuh ia akan membawa briant ke rumah sakit ini dan dokter altezza lah yang menangani adiknya.

" Tidak perlu dokter , by the way terimakasih ya dokter , dokter memang yang terbaik "

Dokter altezza tersenyum lembut seraya mengacak-acak poni nya.

Mafia Posesif Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt