4. Lelaki Tua dari Lautan / The Old Man of the Sea

51 3 0
                                    

Penulis: W. W. Jacobs (1901)
Diterjemahkan oleh: A-Sanusi

"Apa yang kuharap kau lakukan," kata Tuan George Wright, ketika ia bersandar mendekati sang pelaut tua, "adalah menjadi pamanku."

"Ay, ay," balas Tuan Kemp, kebingungan, berhenti sesaat dengan secangkir bir yang sedang meluncur ke bibirnya.

"Paman yang kaya raya," pemuda itu melanjutkan, menurunkan suaranya, mencegah orang-orang di bar sebelah untuk mencuri dengar cerita yang tak berguna itu. "Seorang paman dari Selandia Baru, yang akan meninggalkanku dengan seluruh uangnya."

"Dari mana uang itu berasal?" desak Tuan Kemp, sedikit tertarik.

"Uang itu tak benar-benar ada," adalah balasannya. "Kau hanya perlu berkata kau memiliki banyak uang. Sebenarnya, aku tertarik dengan seorang gadis muda; tetapi ada pemuda lain yang juga mengejarnya. Jika gadis itu berpikir aku memiliki paman yang kaya raya, mungkin hal itu akan mengubah keadaan. Gadis itu tahu bahwa aku memiliki paman yang pergi ke Selandia Baru dan tak pernah terdengar lagi kabarnya. Itulah yang menyebabkanku memikirkannya."

Tuan Kemp menenggak birnya dalam pemikiran senyap. "Bagaimana caranya aku menjadi paman yang kaya raya tanpa uang?" tanyanya pada akhirnya.

"Aku bisa meminjamkannya padamu—sedikit," balas Tuan Wright.

Lelaki tua itu merenung sejenak. "Aku pernah meminjam uang sebelumnya," katanya, jujur, "Tetapi aku tak pernah ingat pernah mengembalikannya. Aku selalu berusaha untuk mengembalikannya, tetapi hanya sampai situ."

"Itu bukan masalah," kata si pemuda, "Semuanya hanya untuk sebentar, dan kau akan mendapatkan surat yang memanggilmu untuk kembali ke Selandia Baru. Mengerti? Dan kau akan pergi, berjanji padaku untuk kembali ke rumah setahun kemudian, setelah menyelesaikan bisnismu di sini dan meninggalkan semua uangmu padaku. Mengerti?"

Tuan Kemp menggaruk bagian belakang lehernya. "Namun, gadis itu akan menemukan kebenarannya suatu saat," sergahnya.

"Mungkin," kata Tuan Wright. "Dan mungkin juga tidak. Ada banyak waktu untukku menikahinya sebelum ia menyadarinya, dan kau bisa menulis surat padaku, mengatakan bahwa kau telah menikah, atau menyumbangkan uangmu ke rumah sakit."

Pemuda itu memesan beberapa bir lagi untuk Tuan Kemp, dan di dalam nada rendah bicaranya, ia menceritakan sejarah keluarganya yang ia anggap cukup penting.

"Aku baru mengenalmu selama sepuluh hari," rangkumnya, "tetapi aku memercayaimu lebih cepat daripada orang-orang yang sudah kukenal bertahun-tahun."

"Aku tertarik padamu di saat pertama kali melihatmu," balas Tuan Kemp. "Kau adalah gambaran hidup seorang pemuda yang sempat meminjamkanku lima pound, kemudian tenggelam di depan mataku seminggu kemudian. Matanya sedikit juling, dan kurasa itu sebabnya ia tercebur."

Tuan Kemp menghabiskan minumannya. Kemudian, ditemani oleh Tuan Wright, ia membuka peti dari rumah papan kayu tempatnya menginap, dan membawanya ke kabin pemuda itu. Untungnya, peti itu berisi pakaian terbaik dan sepatu bot yang bagus, sehingga satu-satunya pengeluaran yang ia perlukan hanyalah untuk topi felt yang lembut dan besar, serta jam tangan berantai. Dengan berpakaian apik, serta dompet menonjol pada saku dadanya, Tuan Kemp pergi menemani Tuan Wright di malam tersebut untuk kunjungan pertamanya.

Tuan Wright, yang juga menggunakan pakaian terbaik miliknya, memimpin perjalanan menuju toko tembakau di ujung jalan Mile End, dan, mengangkat topinya dengan sebagai suatu adat, kemudian berjabat tangan dengan gadis muda berpenampilan menarik yang berdiri di belakang meja toko; Tuan Kemp, yang menghirup udara dengan rasa angkuh sebagai indikasi kekayaan besar yang dimilikinya, menunggu.

"Ini pamanku," kata Tuan Wright, berbicara dengan cepat, "dari Selandia Baru. Paman yang pernah kuceritakan padamu. Dia datang kemarin malam, dan bagai kerbau terkejut oleh gong, dia adalah orang terakhir yang kupikirkan akan datang kemarin malam."

Kumpulan Cerpen TerjemahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang