24. Night at Rumah Umi

334 14 1
                                    

بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ



"Assalamu'alaikum Umiiiii

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Assalamu'alaikum Umiiiii."

Kambuh deh. Padahal sudah jam setengah sebelas, tapi ibu hamil yang satu itu tetap semangat empat lima mencari sang ibu mertua demi bisa makan seblak bersama.

Bukan masalah besar jika Arana berteriak. Pak Aldan tau, pasti Ummi dan Abi nya belum tidur jam segini. Dirumah besar ini setiap malam diadakan pengajian untuk anak-anak. Mulai dari jam  setengah enam sore, sampai jam sepuluh malam. Cukup lama memang, tapi ada tujuan tersendiri.

Pukul setengah enam, anak-anak akan di mintai untuk muratal Al-Qur'an hingga adzan maghrib berkumandang. Lalu shalat. Selepas shalat maghrib dilanjutkan wirid Yaasiin bersama.

Setengah delapan mereka diperbolehkan bermain ataupun membeli makanan di gerai kecil yang ada dihalaman samping rumah.

Setelah shalat Isya, barulah acara belajar mengajar dimulai. Dan semua itu berlangsung hingga pukul sepuluh malam. Pulangnya, semua anak diwajibkan dijemput oleh orang tua atau wali. Tidak boleh ada yang pulang seorang diri.

Oleh karena itu setengah sebelas belum telat untuk datang kemari.

Jarak antara rumah yang Pak Aldan tempati bersama Arana saat ini memang cukup jauh dari rumah Abinya. Butuh waktu tempuh hingga satu setengah jam.

Dari arah kamar utama terlihat seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar sambil membenarkan letak kerudung lebarnya.

"Maa syaa Allah anak Umi. Ada apa, sayang?" Ummi Aisyah berjalan menghampiri anak juga menantunya yang tersenyum merekah diambang pintu.

"Masuk dulu sini." Ummi Aisyah menarik tangan Arana menuju sofa ruang tamu, diikuti Pak Aldan.

Setelah mereka semua duduk Ummi Aisyah kembali bertanya, "ada apa?"

"Hehee, gini Umi." Arana menatap Pak Aldan sebentar sambil cengengesan, setelahnya kembali fokus pada tujuan utama. "Rara pengen makan seblak bareng Umi. Umi Mau nggak?"

Kekehan ummi Aisyah terdengar sangat jelas, "ngidam ya, Ra?"

Arana mengangguk dengan bibir sedikit maju kedepan, "hu'um umi. Kayanya."

"Bolehh-boleh. Mau makan di luar atau di sini?"

"Rara pengen diluar, ehee."

"Oke, Umi ganti baju dulu, ya."

"Iyaa, Mi," balas Arana dan Pak Aldan.

Arana memekik setelah Ummi Aisyah hilang dibalik pintu kamar, "yeayy!" 

Senja Yang AbadiWhere stories live. Discover now