19. Istighfar 50×

357 15 0
                                    

بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ




"Rara!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Rara!"

Atensi Arana dan seisi ruangan teralih ke arah pintu. Dari sana terlihat gadis-gadis seusianya dengan tampang syok.

Dessy dan Rita.

Dua manusia yang tak pernah bisa dipisahkan dari Arana. Keduanya berlari memasuki ruangan sesudah menutup pintu.

"Ya Allah, Ra, kamu sakit apa?"

Karena kehadiaran mereka Pak Aldan memilih bergeser agar Dessy dan Rita bisa lebih leluasa.

"Gapapa kok, orang sehat gini," jawab Arana menampilkan senyum termanis serta mengangkat dua jarinya, peace.

Tidak mungkin Arana baik-baik saja. Kalaupun kesehatannya aman, kejadian yang dia alaminya saat ini yang tidak aman.

Mereka merasa tidak enak karena baru datang sekarang. Padahal almarhumah Bunda Naya meninggal kemarin. Disaat Arana butuh support mereka malah tidak ada disampingnya.

Tapi apa boleh buat, tak ada seorang pun yang memberitahukan terkait kejadian ini. Entah kebetulan atau bagaimana, tapi tiba-tiba saja mereka malah tidak update info.

Bahkan Arana sendiri lupa memberitahukan kabar sepenting ini.

"Raa, maaf ya kita telat dateng nya." Rita menarik tangan Arana untuk di genggam.

"Gapapa, kalian mau dateng aja udah bersyukur banget."

"Ya pasti dateng lah, Ra. Lo kira kita-kita ini siapa lo sampe ngga dateng di situasi begini?"

Jejeran gigi rapi Arana tampak manis ketika sang empu tersenyum lebar.

"Kalian sahabat terbaik lah pokoknya. Sayang kalian banyak-banyak." Arana menarik Rita agar memeluk tubuhnya. Lalu tanpa disuruh Dessy juga ikut-ikutan.

Pelukan hangat ini sangat nyaman bagi Arana. Air matanya mengalir tanpa permisi. Bukan tidak ingin terlihat kuat dan tegar, tapi Arana hanya tak mampu menahan air matanya untuk tidak meluruh didepan sahabatnya ini.

Isakan tangis yang begitu halus sayup terdengar diperdengaran. Mereka langsung paham tanpa harus bertanya penyebabnya. Tangan Dessy yang semula diam kini bergerak naik turun di bahu Arana, mencoba menguatkan seseorang yang saat ini sedang berada di titik suram.

"Tenangg, Ra. Jangan rapuh, lo itu kuat."

Hanya ada anggukan tanpa sahutan dari Arana.

Bisa dibayangkan bagaimana rasanya?

Senja Yang AbadiWhere stories live. Discover now