Melihat respon yang diberikan Gantari, Sagara hanya bisa mengangguk singkat lalu berjalan keluar kelas, meninggalkan Gantari yang masih asik membaca novel sambil mendengarkan musik.

Sebelum Sagara benar-benar menghilang dari balik pintu, Gantari sempat melihat ke arah punggung tegap laki-laki itu, memejamkan matanya sebentar lalu kembali fokus pada buku bacaannya.

"Tolong berhenti berusaha untuk bisa temenan sama aku, Sagara."

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Setelah laki-laki itu sampai di rooftop, ia langsung menghampiri kedua sahabatnya yang sedang merokok. Sabian langsung melemparkan bungkus rokok yang masih terisi penuh ke arah Sagara.

"Nih pesenan lo!" Sagara langsung menangkapnya tepat sasaran, senyumnya terbit ketika ia mendapatkan apa yang sedari tadi sudah ia tunggu-tunggu.

"Cakep, makasih ye! Udah asem banget mulut gue, mana lagi banyak pikiran juga."

Dengan cepat Sagara membakar putung rokoknya lalu menyesapnya dengan nikmat, menghembuskan asap yang mengepul di udara, perasaannya sekarang jauh lebih tenang sekarang.

Ketiganya terdiam, sibuk menikmati rokoknya masing-masing, mereka seakan tak peduli kalau seragamnya nanti akan bau asap rokok. Toh mereka semua membawa parfume, jadi seharusnya aman.

Yah, seharusnya..

Beberapa menit telah berlalu, Sagara sudah menghabiskan 2 batang rokok sekaligus hari ini. "Gue bingung banget," Ucapnya sambil menatap kedua temannya yang juga sedang menatap dirinya.

"Kenapa?" Tanya Orion, ia mengambil sekaleng minuman bersoda yang sudah ia beli, dalam keadaan dinginn tentunya. Orion tak puas kalau air yang ia minum tidak dingin, rasa hausnya tidak akan hilang.

"Gimana lagi gue harus deketin Gantari? Dia ngehindar mulu anjir, emangnya gue kuman apa?" Kesalnya, tapi meskipun merasa kesal sekaligus marah terhadap respon yang diberikan oleh Gantari, laki-laki itu akan tetap berusaha lebih keras lagi untuk menjadikan Gantari sebagai temannya.

"Lo kenapa dah kayanya ngebet banget pengen temenan sama dia?" Tanya Sabian yang merasa kebingungan dengan tingkah Sagara, tidak biasanya lelaki itu se-berusaha ini untuk berteman dengan seseorang, apalagi ini seorang gadis.

"Emang kalo mau temenan sama orang, harus pake alesan gitu?" Bukannya menjawab, Sagara malah kembali melemparkan pertanyaan, Sabian sempat berdecak kesal karena tak menemukan jawaban atas pertanyaan yang sudah lama ada di kepalanya.

"Ya engga Sag, tapi gak biasa aja lo kaya gini. Biasanya kalo orang udah nolak ajakan temenan lo, lo langsung ngejauhin, tapi ini kaga," Melihat Sagara yang diam tak bergeming, dengan berani Sabian kembali melemparkan yang membuat laki-laki itu menatapnya dengan sinis, "Jujur aja, lo suka ya sama Gantari?"

"GAK! Apaan banget pertanyaan lo, gamasuk akal. Udah deh, Bi, kalo lo gabisa ngasih masukan, mending diem aja gausah mengeluarkan opini-opini gajelas." Ucap Sagara sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain, Sagara dengan tegas menentang pendapat tidak masuk akal Sabian.

"Idih sebel, awas aja lo kemakan omongan sendiri!"

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Tak membutuhkan waktu yang lama untuk bel masuk kembali berbunyi, Sagara, Sabian, dan Orion dengan cepat menyemprotkan pafrume ke seluruh tubuhnya untuk menghilangkan jejak bau rokok. Setelah dirasa cukup, barulah mereka berjalan beriringan untuk meninggalkan rooftop.

NISKALAWhere stories live. Discover now