jus alpukat

347 41 8
                                    


☘ — 🆂︎🅾︎🅾︎🅽︎ 🆃︎🅾︎ 🅱︎🅴︎ — ☘

Sepulang kuliah, Raka menyempatkan diri untuk jajan di Indomaret. Jajan sebat sih sama kopi kaleng dingin. Dia kembali memikirkan jalan terbaik untuk ia pilih. Menikah bukan mainan, dia cuma mau sekali. Tapi sama Jasmin.

"Halo?" Baru saja dia tenang, panggilan dari Acha masuk, ia menjawabnya cepat. Gini gini ia juga merasa bertanggung jawab atas janin yang tumbuh di dalam kandungan perempuan itu.

"Lagi di luar kan?"

"Iya, kenapa?"

"Ntar berangkat kerkel kan? Mau nitip."

"Mangga muda?" Tebak Raka.

"Jus alpukat pake saos, hehe."

Raka membelalak dan hampir tersedak kopinya, "Cha, jangan aneh-aneh."

Di seberang sana, Acha merengek, "Ngga aneh aneh! Pokoknya mau itu. Janji beliin ya?"

"Nggak ada. Kalo jus alpukat doang gue beliin."

"Ih ya udah, ga usah! Ga jadi! Gue beli sendiri aja!"

Sambungan telepon kemudian terputus, Raka mengusap kepalanya frustasi. Ini bukan kali pertama Acha minta hal hal di luar nurul. Kemarin aja jam 11 malem dia tiba tiba ngajak makan rujak es krim yang tempatnya astaghfirullah, jauh banget dari daerah mereka.

Udah masuk jam 7 malem, Raka baru aja mandi. Dia mengambil kunci motornya dan bersiap buat berangkat kerja kelompok. Seta yang lain main di rumahnya iseng nanya, "Mau ngapelin bumil apa Bu bos, Rak?"

"Bukan urusan Lo!" Ketus Raka.

Sampai di kostan Desta, Raka disuguhkan dengan pemandangan Acha yang menangis dan satu temannya yang lain yakni Nela menggerutu kesal. Desta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Masuk bang."

Ia memasuki ruang tamu kamar kost Desta, kemudian menghampiri Acha. Raka mengusap kepalanya,"kenapa nangis?"

"Dia aneh aneh, masa minta jus alpukat malah dikasih saos?" Ujar Nela kesal.

Helaan napas terdengar, Raka mengajaknya keluar dari ruangan itu, "Gue ajak muter bentar biar berhenti nangisnya."

-

Gelap malam nggak jadi halangan buat Raka yang sekarang nemenin Acha duduk di bangku ruko yang udah tutup. Dia tadi beneran beli jus alpukat tapi ngga pake saos, sebagai gantinya dia bawa saos sendiri. Biarin ntar dicampur sendiri sama anaknya.

"Jangan makan aneh aneh mulu, Cha. Kasian anak gue ntar kenapa napa."

Acha yang lagi asik ngaduk saos sama minuman ijo itu menatapnya tajam, "Ya udah, Lo mau biarin dia ileran?"

"Ngga gitu maksudnya, bisa ga sih ngidam yang waras waras aja?" Raka tampak frustasi.

Perempuan itu mengangkat bahunya acuh, ia menikmati minuman anehnya itu dengan wajah santai. Raka menatapnya dengan tatapan 'ini beneran orang apa bukan sih?'.

"Lagian kalo bisa milih, gue ngga milih hamil."

Ucapan Acha itu berhasil membungkam Raka. Skakmat. Perempuan itu benar, ga ada cewek yang mau hamil di luar nikah dan nggak ditanggung jawabin. Raka menghela napas.

"Iya deh maaf, besok gue beliin jus alpukat pake saos lagi dah. Sebakul bakulnya juga buat anak kita kaga papa."

Raka mumet, Acha senep.

Setelah Acha selesai minum, mereka balik ke kost Desta. Di sana Nela udah buka laptop, nyari template PPT buat tugas mereka nanti. Acha duduk di sebelah Nela diikuti Raka yang juga duduk di sana.

"Des, Lo nyari bahan deh mending sama Acha. Biar nanti Bang Raka bantu nambahin sumber jurnalnya."

"Ah, mending gue yang nyari template aja. Lo kelamaan, dari tadi skral skrol doang." Desta mengambil tempat di sebelah Nela.

Nela yang merasa kesal kemudian mengomel pada Desta. Melihat mulai ada api perseteruan antara dua insan itu, Raka buru-buru melerai.

"Udah, kalian berdua milih template aja. Ini Acha juga udah dapet bahannya dari web kampus. Tinggal diparafrase aja. Gue cariin jurnalnya lagi. Yang di grup coba dicek juga, udah sesuai apa belum kalo dijadiin referensi?"

Desta mengangkat wajahnya dan mengangguk, "Oke deh, Bang. Makasih sarannya."

"Jurnalnya ga usah banyak-banyak, Bang. Lima ini aja udah cukup, nanti ditambahin penjelasan dari kita juga kan yang artikelnya? Nanti kalo kebanyakan dari jurnal takutnya malah dikira kopas sama dosennya. Udah capek-capek ngerjain, dipaksain begadang juga, dikira hasil copas kan nyesek," dumel Acha sambil baca salah satu jurnal yang surelnya dikirim Raka ke grup kelompok mereka.

"Kan copasnya pake parafrase, Acil."

Perempuan yang duduk bersandar di tembok itu lantas menatap Raka dengan tatapan tajam, "Acil pala Lo kecil!"

Raka ketawa sambil masih fokus membaca jurnalnya. Bikin kesel Acha itu menyenangkan bagi Raka, karena Acha kalo digoda marah, cewek sumbu pendek kalo kata Raka mah.

Setelah beberapa saat mereka fokus pada tugasnya masing-masing, PPT dan artikel yang mereka susun akhirnya jadi. Tapi sebelum mereka balik, mereka berempat membagi bagian yang akan dipresentasikan besok.

"Acha bagian nyari jawaban kalo ada yang nanya sama baca dari slide 5-7 ya." Raka membaca lagi PPT yang terpampang di layar monitornya.

"Gue yang jadi moderator aja," usul Nela. Ketiganya mengangguk saja.

Tiba-tiba Acha berdiri, sontak seluruh mata tertuju padanya. Terlebih lagi Raka yang tau ada keadaan lain yang mereka sembunyikan, jadi was-was.

"K-kamar mandi," kata Acha dengan susah payah.

Desta kemudian berdiri dan mengantar perempuan itu ke kamar mandi. Sampai di sana Acha langsung masuk dan menutup pintu dengan kencang hingga laki-laki dengan kaos hijau itu terperanjat.

Huek! Huek!

Desta yang mendengar suara itu kemudian mengetuk pintu kamar mandi dengan khawatir, "Cha, Lo kenapa?"

"Ng-ngga!"

Laki-laki itu panik terus lari ke ruang tamu, sampe di sana, Raka dan Nela menatapnya bersamaan, "Acha muntah-muntah!"

༺ 𝙩𝙤 𝙗𝙚 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙞𝙣𝙪𝙚 ༻

Soon to be.Where stories live. Discover now