Flasback On

"Maaf mengganggu Bu, bisa ikut saya ke ruang kesehatan. Ada sedikit insiden yang membuat Alpha terluka." jelas Fanny

"Insiden apa Miss?" tanya Jena sedikit panik.

"Nanti saya jelaskan Ibu, mohon ikut ke ruang kesehatan dulu."

Mak deg mak tratap itu yang dirasakan Jena saat ini, napasnya tertahan menunggu kejelasan. Langkah tergesa-gesa Jena mengekori Fanny. Banyak pertanyaan yang muncul diotaknya, apakah anaknya itu jatuh atau sakit.

Mendekati ruang kesehatan Jena mendengar dengan jelas suara anaknya menangis kencang. Suara beberapa guru juga terdengar sedang menangkan Alpha. Pikiran Jena semakin tidak karuan.

"Mama sakit hiks." ucap Alpha ketika melihat Jena.

"Ya Allah Al!" ucap Jena ketika melihat kondisi anaknya pertama kali.

Jena shock melihat Alpha sedang ditangani, ada beberapa aliran darah yang mengalir dari kepala anaknya. Bajunya juga tidak luput terkena darah, Al sendiri sudah menangis kesakitan. Muka anaknya tertutup air mata campur dengan darah, membuat Jena panik.

"Kita ke rumah sakit sekarang!" ucap Jena, tanpa babibu Jena langsung menggendong Alpha untuk dibawa ke rumah sakit.

Flashback Off

Orang pertama yang dia hubungi Nita, pertama mengindari kepanikan banyak orang. Kedua tentu untuk menitipkan Gemma sementara waktu. Gemma memang masih di sekolah tanpa tau insiden Alpha, kelas twins memang beda.

Ardi sang suami memang belum Jena kabari, dia sendiri masih sangat shock, lemas dan riweh. Takut juga menganggu kegiatan suaminya kalau diberi tau langsung. Rencana saat Ardi istirahat siang ini, biar suaminya istirahat dulu.

"Jena anakku! Al piye? Putuku piye keadaane?" tanya Retno (Al gimana? Cucuku gimana keadaannya?)

"Sudah ditangani Ma, dapat 3 jahitan. Sekarang menunggu mau dirontgen." ucap Jena

"Ya Allah Gusti, kok bisa lo? Gurune pie kui ngawasi ne." ucap Retno (gurunya gimana itu memantaunya).

"Apes Ma, sudah diawasi tapi masih kecolongan. Tadi pihak sekolah sudah meminta maaf, cctv juga sudah dikirimkan. Memang pure rebutan masalah mainan." ucap Jena

"Putuku saiki nengdi? Ra tenang aku Nduk nek durung weroh langsung." ucap Retno ( Cucuku sekarang dimana? Tidak tenang aku kalau belum melihat langsung).

"Masih di IGD Ma, ranjang nomor 3. Maaf Ma, Jena enggak nemani masuk. Mau telpon Mas Ardi dulu mengabari." ucap Jena

"Ya sana, biar Mama yang menemani Al." ucap Retno lalu masuk ke IGD.

Jena mengamati Jam, sambil menunggu kira-kira kapan saat yang tepat. Dia tau pasti Ardi nanti akan marah karena telat mengabari, maka Jena menyiapkan diri. Menyiapkan diri untuk dimarahi suami, mau bagaimana Jena sendiri bingung.

"Bismillah." ucap Jena lalu menekan logo telpon.

"Halo, Assalamualaikum sayang. Maaf belum sempat balas WA, mau bales kamu nelpon." ucap Ardi

"Waalaikumsalam Mas, udah Isoma? Tadi makan sama apa Mas?" tanya Jena

"Udah baru selesai sholat, sama nasi padang tadi. Gimana hari Mama dan twins? Aman terkendali sayang?" tanya Ardi

"Mas, Jena mau bilang maaf. Hari ini tidak terlalu aman terkendali." ucap Jena

"Loh! Kenapa? Twins berantem?" tanya Ardi

"Ada insiden yang menimpa Alpha tadi pagi Mas, rebutan mainan sama temennya di kelas. Kepalanya berdarah sampai dijahit tiga, hiks maaf Mas baru memberitahu sekarang." ucap Jena, akhirnya dia menangis juga.

"Alpha kondisinya gimana sekarang? Kok bisa? Kejadiannya gimana kok sampai dijahit tiga gitu." Ardi bertanya dengan nada sedikit tinggi.

"Al sudah lebih baik, sudah tenang dan tidak menangis lagi. Dia sekarang ditemani Mama, masih menunggu buat dirontgen. Al lagi main asyik tapi Deo mau minjam, rebutan karena Al enggak mau ngasih dan patah lah. Deo mendorong bahu Al, Al dorong balik agak kencang. Lalu Al berbalik pergi ternyata Deo dorong lebih kencang. Pelipis Al kena ujung meja guru Mas makanya sampai luka." Jelas Jena, sesuai dengan dia lihat dari cctv.

"Ya Allah sayang. Dalem lukanya? Pantesan dari tadi hp Mas bunyi terus." tentunya para guru mengabari Ardi juga.

"Dalem Mas, darahnya banyak hiks aku tadi sampai gemeter. Mana nangisnya kenceng banget tadi, sambil mengeluh Mama sakit gitu. Maaf, Maaf ya Mas baru mengabari."

"Ya Allah, sudah jangan minta maaf terus sayang. Bukan salah kamu, Mas tau pasti kamu tadi panik dan riweh mengurus sendirian. Mas yang harusnya minta maaf, aku enggak bisa langsung pulang dan mungkin harus pulang sesuai jadwal." ucap Ardi, nada bicaranya sedikit kecewa.

"Enggak papa Mas, itu tugas harus diselesaikan. Insyaallah Al tidak papa Mas, anak kita kuat." ucap Jena

Jena paham tuntutan pekerjaan harus Ardi selesaikan dahulu. Dia tidak menuntut suaminya harus ada saat ini, terpenting suaminya tau keadaan di rumah saat ini. Keadaan anaknya sekarang dan perkembangan pengobatannya.

"Iya anak kita kuat, Mas mau lihat Al sayang." pinta Ardi

"Sebentar ya Mas, Jena lagi di luar soalnya."

.
.
.
.
.
.
.

Tbc
Follow instagram author di @hi_jhyura
Sumber foto dari pinterest

Jika kalian suka cerita ini bisa vote, share dan ikuti akun aku supaya tidak ketinggalan update. Oh iya dimasukan dalam perpus kalian ya guys. Bisa ramein di kolom komentar yuk.

Oh iya jangan lupa mampir dicerita JH lainnya.

Life With YouWhere stories live. Discover now