Luka - Bab 31 (Emerald)

3.5K 202 29
                                    

Luka - Bab 31

N

ayla menggenggam kedua tangan Kamaisha. Keduanya berada di dalam kamar Kamaisha. Pagi ini, Kamaisha sudah rapi mengenakan kemeja putih dan rok panjang hijau zaitun.

“Semoga acaranya berjalan lancar.”

“Aamiin. Titip Fajar, ya, Bi.”

“Iya, kamu tenang aja, kami akan bersenang-senang,” ucap Bibi Nayla tersenyum seraya mengusap kepala cucunya yang masih terlelap.

Pintu kamar Kamaisha diketuk. “Mai, Pak Jordan sudah menjemput. Kamu sudah siap?”

“Iya, Paman,” sahut Kamaisha segera berdiri. Ia menyalami sang bibi kemudian keluar dari kamar. Ditemani Paman Bias, Kamaisha mengikuti Jordan menelusuri gang menuju mobil yang terparkir.

Jantung Kamaisha berdegup cemas. Ia menarik napas panjang beberapa kali berusaha menenangkan dirinya.

Setibanya di hotel, Kamaisha diantar ke sebuah suite room, di sana seorang perias sudah menunggunya. Wanita berambut pendek itu langsung meminta Kamaisha duduk di kasur dan segera mendandaninya.

“Kulit Kakak bagus, eksotis lagi, kesukaan bule-bule.”

Kamaisha hanya tersenyum canggung.

“Saya bakal menyulap Kakak sampai semua orang terpesona melihat Kakak nanti,” janji wanita itu yang menguarkan aroma mawar dan melati segar, membuat Kamaisha lebih santai. Sebab sedari tadi tubuhnya tegang.

Saat akhirnya menatap pantulan dirinya di cermin, Kamaisha terperangah. Di hadapannya berdiri seorang perempuan dengan riasan alami dan tidak terlalu tebal, tetapi begitu anggun dan menawan. Rambut ikal panjangnya disanggul dengan hiasan mawar merah juga melati, menyisakan helai-helai rambut yang membuatnya kian cantik. Bibirnya dipoles warna campuran jingga dan merah muda, dan tampak berkilat menggoda.

Kamaisha mengerjapkan matanya yang memakai bulu mata palsu.

Sejujurnya Kamaisha takjub, tetapi juga malu. Karena pernikahan ini tidak didasari oleh rasa cinta di antara kedua mempelainya.

“Kakak suka?” tanya si perias yang langsung mendapat anggukan Kamaisha.

“Alhamdulillah. Gaun putih Kakak sederhana tapi anggun, membuat Kakak terlihat luar biasa pagi ini,” puji si perias, bangga dengan hasil karyanya yang dipadukan dengan gaun yang dibawa sendiri oleh Kamaisha. “Kalau begitu saya permisi dulu, Kak.”

Kamaisha mengangguk. “Terima kasih banyak.”

“Sama-sama.”

Tidak lama kemudian, pintu utama dibuka, menampilkan sosok Pak Bryan yang memakai kemeja dan setelan jas serba putih, senada dengan gaun Kamaisha. Ketika netra mereka bertemu, tampak jelas keterkejutan di wajah Pak Bryan.

Lelaki itu mematung dengan tatapan tajam terarah kepada Kamaisha yang berdiri canggung di ruang tamu.

“Bry?”

Sadar dari rasa kaget, Bryan beranjak masuk hingga beberapa lelaki di belakangnya bisa masuk ke ruangan: Yama, Paman Bias, seorang penghulu paruh baya, dan terakhir Jordan.

Seketika Kamaisha diserang panik. Berhadapan dengan lima lelaki dewasa di dalam satu ruangan mengingatkan Kamaisha pada kejadian di masa silam. Di dalam ruangan remang-remang, dikelilingi lima pemuda yang memegang botol bir sambil tertawa-tawa. Kamaisha berkeringat dingin dan nyaris histeris.

Kemudian, tiba-tiba pintu utama kembali terkuak dan di sana berdiri Bu Venus yang mengenakan gaun hitam lengan panjang dengan rok semata kaki, tampak kontras dengan kulit putihnya.

LUKA (Bukan cerita dewasa) by EmeraldWhere stories live. Discover now