Luka - Bab 23

2.3K 180 29
                                    

LUKA

Bab 23

Entah berapa lama, Bryan hanya diam menatap Venus yang terus menangis. Hingga wanita itu akhirnya tertidur dan Bryan masih belum mengatakan apa pun.

Bryan menarik napas panjang lalu mengembuskannya. Ia pun memilih untuk tidur mengistirahatkan badannya. Mungkin saat mereka bangun pagi, Venus akan kembali sadar dan berubah pikiran. Saat ini, sepertinya sang istri tidak mampu berpikir jernih.

Iya, pasti begitu.

Namun, pagi hari saat mereka bangun, Venus masih menanyakan hal sama membuat tubuh Bryan panas dingin.

“Ve, ini masih pagi, soal itu....”

Venus mengusap wajah. “Maafkan aku, Bry. Aku terus memikirkan hal itu sampai terbawa mimpi.”

Bryan mengembuskan napas. “Ve, dengar, kalaupun misalnya aku setuju, belum tentu Mai mau menikah sama aku untuk menjadi istri kedua, apalagi nanti anak... anak itu kita jadikan anak kita, Ve. Kalau nanti Mai malah nggak mau relain anaknya buat kita, gimana?”

Venus terdiam, sepertinya ia baru menyadari kekeliruannya.

“Terus... misalnya juga Mai mau nikah dan relain anaknya buat kita, lalu setelah itu gimana? Memangnya kamu rela kalau aku punya dua istri untuk seterusnya, Ve?”

Venus masih terdiam, matanya mengerjap menatap Bryan. “Aku... aku....” Untuk selamanya? Apa ia bisa? Awalnya Venus berpikir setelah Kamaisha melahirkan bayi yang akan ia jadikan anaknya sendiri demi memenuhi keinginan sang ibu, kontrak pernikahan siri Kamaisha dan Bryan tentu hanya sampai di sana. Namun, bukankah itu terlalu kejam bagi Kamaisha?

Ya Tuhan.

“Ve...” Bryan memegang kedua bahu sang istri membuat Venus mendongak. “Lupakan saja.”

Venus menutupi wajah. “Aku... aku....”

Bryan memeluk Venus. “Kita bersabar saja selama tiga tahun ke depan, Ve. Kita... kamu pasti bisa.”

Venus hanya mampu mengangguk dalam pelukan suaminya.

Bryan memang menolak ide itu, tetapi saat bertemu dengan Kamaisha di ruang makan untuk sarapan, pikirannya malah berkelana ke arah pernikahan itu.

Jika dirinya dan Kamaisha menikah, ia bisa bertanggung jawab terhadap perempuan itu juga Fajar. Namun, jika bayi mereka kelak akan dijadikan milik dirinya juga Venus, tentu hati Kamaisha akan makin tercabik dan menderita. Ia mempunyai anak tetapi anak itu tidak mengetahui siapa ibu kandungnya. Seperti Fajar yang tidak—belum—mengetahui jika anak itu masih memiliki ayah.

Bryan saja merasakan kesakitan itu dan ia tidak ingin Kamaisha merasakan hal yang sama.

Lagi pula... Bryan benar-benar tidak bisa membayangkan jika dirinya harus hidup dengan memiliki dua istri.

Apa kamu yakin, Bry? Bukannya enak punya dua istri? ujar bisikan yang menggema dalam relung hatinya.

“...Bry?”

Bryan mengerjap. Ia menoleh kepada sang istri yang tengah tersenyum tipis ke arahnya. “Kenapa, Ve?”

“Pagi-pagi udah melamun,” ujar Venus mendekat lalu berbisik, “dari tadi kamu lihatin Mai melulu yang lagi nyiapin sarapan di meja, Bry. Kamu kepikiran kata-kataku, pasti. Ya kan?”

Bryan tertangkap basah. Ia berdeham, melirik ke arah Kamaisha yang tengah mencuci kuali di tempat cuci piring. “Maafkan aku, Ve.”

Venus tersenyum lalu menepuk pelan punggung tangan suaminya. “It’s okay, Bry.”

LUKA (Bukan cerita dewasa) by EmeraldWhere stories live. Discover now