Luka - Bab 24 (Emerald)

2.3K 164 23
                                    

LUKA

BAB 24

Kunjungan Bu Venus dan Pak Bryan ke rumah kontrakan Kamaisha pada Minggu malam sungguh mengejutkan perempuan itu juga putranya. Bagaimana tidak, tanpa kabar sebelumnya, tiba-tiba pintu rumah Kamaisha diketuk dan ternyata kedua majikannya yang bertamu dengan membawa banyak sekali kantung belanjaan dari berbagai toko di tangan mereka.

“Om Bryan, Tante Venus!” Tentu Fajar sangat gembira dengan kedatangan mereka. Sementara Kamaisha masih terkejut.

Selagi Kamaisha membuat minuman dingin, Fajar dibantu Pak Bryan dan Bu Venus membuka kantung belanjaan yang ternyata berisi mainan juga pakaian.

Ada apa gerangan? Kenapa mereka tiba-tiba datang membawa banyak buah tangan? batin Kamaisha bingung. Apa mereka berniat memecat Kamaisha karena kesehatan Bu Venus mulai pulih dan sudah bisa mandiri? Bisa saja. Namun, semoga pembicaraan mereka tidak perlu terdengar oleh Fajar, doa Kamaisha.

“Ini semua buat aku?” tanya Fajar dengan mata berbinar. 

“Iya, Sayang. Fajar suka?” tanya Bu Venus menatap Fajar dengan lembut yang entah kenapa membuat jantung Kamaisha berdegup kencang.

Kenapa perasaannya tidak enak? Kamaisha berusaha menepis firasat jeleknya dengan menggelengkan kepala dan mengusap-usap dadanya.

Bu Venus menyodorkan beberapa paper bag kepada Kamaisha. “Buat kamu, Mai. Ayo dicoba, aku pengen lihat.”

Kamaisha mengerjap, ia menggeleng. “Na-nanti saja saya coba, Bu. Tapi ini... kenapa banyak banget Bu baju-bajunya?”

Bu Venus tersenyum menatap Kamaisha. “Hadiah karena kamu udah banyak membantu kami, Mai. Harus sekarang coba, hem, satu baju aja, gimana?”

Kamaisha akhirnya mengangguk.

“Aku ikut ke kamar ya bantu kamu, boleh?”

Kamaisha tersenyum. “Boleh, Bu.”

Bryan menatap ke arah pintu kamar yang ditutup dan jantungnya berdetak kencang. Venus nggak akan bilang soal “itu” sekarang sama Mai, kan? pikir Bryan sangsi.

“Om, aku suka banget mainan pistolnya,” ujar Fajar mendongak seraya tersenyum lebar kepada Bryan hingga mengalihkan perhatian lelaki itu. Fajar mengacungkan senjata api berbahan plastik itu ke udara dengan antusias.

Bryan tersenyum dan mengusap-usap kepala Fajar. Seandainya Kamaisha memenuhi permintaan Venus untuk menikah dengan Bryan, lalu bagaimana dengan Fajar? Mungkin, untuk sementara waktu sebaiknya pernikahan mereka disembunyikan dan hanya orang terdekat saja yang akan mereka beri tahu seperti Bibi Nayla—bibi Kamaisha—lalu Yama dan Jordan.

Bryan mengumpat dalam hati. Ia berpikir terlalu jauh padahal belum tentu Kamaisha menyambut baik permintaan Venus.

Kemudian, sekonyong-konyong Bryan melihat Kamaisha keluar dari kamar bersama Venus. Pupil Bryan melebar dan mulutnya terbuka menatap ke arah Kamaisha yang mengenakan gaun putih lengan pendek dengan rok gaun sebatas betis. Kulit eksotis Kamaisha tampak kontras dengan warna gaunnya, tetapi Bryan menyukainya. Sangat. Ini gila, karena jantungnya berdetak keras seolah memukul-mukul dadanya.

Rambut ikal panjang Kamaisha tergerai bebas membingkai wajah perempuan itu yang tidak cantik bagi sebagian besar orang, tetapi sangat menggairahkan di mata Bryan. Mata besar itu tampak malu dan canggung, tidak mau menatap Bryan.

“Gimana, Bry, bajunya cocok, kan, buat Mai?”

“Iya, cantik,” jawab Bryan tanpa sadar.

“Bajunya? Atau Mai?” pancing Venus membuat Bryan gelagapan.

LUKA (Bukan cerita dewasa) by EmeraldWhere stories live. Discover now