16 - DID HE GIVE UP?

4.9K 649 551
                                    

Warning: Mohon menghargai penulis dengan vote dan komen. Komen di setiap paragraf akan semakin cepat membuat aku update chapter terbaru!

૮꒰ ˶• ༝ •˶꒱ა ♡

Pandangan lelaki dengan mata yang menyorot tajam kini terpaku pada kedua insan yang tengah bercengkrama dengan senyuman lebar oleh salah satunya. Azgar, lelaki dengan perawakan kekar itu kini menggertakan gigi. Tubuhnya mematung di pintu utama.

Jemari Azgar kini mengepal dengan kencang. Sorotan matanya kian menajam tiap detik terlewati. Puncaknya adalah kini, saat matanya menangkap jemari lelaki itu menggenggam bahu gadisnya. Suara napas yang kasar itu begitu terdengar sengit. Azgar melangkah dengan langkah yang besar. Raut wajah yang menegang menandakan lelaki itu berada di puncak amarah.

Belum selesai sampai di situ. Jemari si brengsek El, sebutan Azgar pada lelaki yang mencoba menggoda gadisnya, kini berada di bibir gadisnya. Oh sungguh sialan, Azgar memastikan ia bersumpah untuk mematahkan jemari telunjuk lelaki itu.

"Fuck of!" umpatnya kecil. Bibirnya menyatu kencang, dengan rahang yang kian mengeras.

Kembali menangkap tindakan sialan yang El berikan pada Amora. Persetan dengan hadirnya Tama dan Gendis, kedua orang tua Amora. Azgar tak akan diam.

Kakinya kian cepat melangkah. Rupanya El tak puas dengan memegang bahu juga menyentuh bibir Amora. Lelaki itu kini bahkan mengusap dengan lembut puncak kepala gadisnya. Meski terlihat Amora sempat menghindar, namun hal ini tetap menjadi pemicu amarah lelaki yang kini telah siap dengan tinjuan menggunakan kepalan tangannya yang keras.

Matanya dapat menangkap bagaimana El berusaha untuk memeluk Amora. Entah dengan tujuan apa. Namun jelas, hal tersebut berhasil mendapat respon buruk dari sosok yang kini menepiskan jarak pada kedua insan yang tak memperhatikan sekitar.

"WHAT THE FUCK ARE YOU DOING?!!"

Bug! Bug!

Bentakan juga tinjuan keras berhasil Azgar layangkan tepat menuju wajah El yang kini tersungkur jatuh. Wajah memerah juga keras milik Azgar dapat Amora lihat dengan jelas. Gadis itu kini terkejut bukan main. Bagaimana bisa lelakinya dengan tiba-tiba berada di Melbourne?

Sementara Azgar, lelaki itu kini menarik kerah kemeja yang El gunakan dengan kencang. Siapa yang menyangka tarikan yang semula berniat untuk membangkitkan El kembali dan setidaknya memberikan pukulan lagi dan lagi. Kini robek dengan kerusakan yang lumayan panjang. Sialan, tenaga Azgar begitu, besar.

Persetan dengan rusaknya kemeja yang El gunakan. Azgar kini menarik El untuk bangkit dengan menggenggam rambut lelaki itu. Menariknya dengan kencang hingga El berteriak menahan sebuah rasa nyeri di kepala.

Bug! Bug! Bug!

Rentetan pukulan kencang kembali Azgar layangkan. Lelaki itu bahkan tak membiarkan El memberi perlawanan. Tak ada satu detikpun Azgar lewati untuk tidak memukul El. Wajah tampan yang El miliki kini telah babak belur. Lebam biru dan bercak darah menjadi pemanis untuk wajahnya kini.

"AZGAR STOP!!" teriakan yang entah sudah berapa kali Amora layangkan kepada kekasihnya yang kini bagaikan monster yang menghabisi lawannya.

Gadis itu kini berlari dengan kencang menuju kediamannya. Berteriak meminta bantuan kepada kedua orang tuanya. Setidaknya untuk memisahkan sengitnya pertarungan satu sisi yang Azgar pimpin.

Kembali kepada Azgar yang kini tak henti memukul dengan seluruh tenaga miliknya. Kepada lelaki yang dengam berani menyentuh kepemilikannya. Hingga sebuah tangan kini mendekap dirinya, menyeretnya untuk mundur. Azgar tahu, Tama yang menyeretnya.

AZGARAMORA [TERBIT]Where stories live. Discover now