10. Kembali Retak

2.4K 77 1
                                    

KARENA SUDAH 10 PART. BOLEH PINJAM SERATUS???

WKWK BERCHANDYAAAAA

SUDAH 10 PART, BOLEHKAH AKU MEMINTA KALIAN UNTUK BERKOMENTAR?

APAPUN, ITU AKAN SANGAT BERARTI BAGIKU, TERIMAKASIH.

Happy reading ✨

Aaron ... ”

Pertahanan Freya pecah, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi ia kebingungan harus bersikap apa. Sementara Aaron menghentikan kegiatannya, ia terbaring di sebelah gadisnya dengan napas terengah.

Freya menangis tersengal, ia menatap Aaron yang ada disebelahnya dengan perasaan marah. Tidak mau kalah, ia duduk diatas perutnya. “Kau menyebalkan!”

Freya terus memukuli Aaron dengan keadaan tangan yang masih terikat. Ia kesal, marah, dan bingung dengan apa yang dilakukan Aaron padanya. Barulah ia berhenti, ketika tangan Aaron menghentikannya.

“Sakit sayang,” keluh Aaron menahan tangan gadisnya untuk memukul. Ia memegang tangan gadisnya sambil duduk.

“Menyebalkan!” seru Freya kembali memukul, berbarengan dengan Aaron yang duduk. Alhasil kedua tangannya yang terikat itu, menyangkut pada leher Aaron.

Freya mencoba untuk menarik tangannya tapi tidak bisa. Justru Aaron yang malah menarik kedua kaki gadisnya agar duduk mereka semakin rapat. Napas mereka saling berhembus lembut mengenai kulit. Dengan jarak sedekat ini, Freya sama sekali tidak bisa menatap Aaron, yang bisa dilakukannya adalah membuang muka, meski Aaron tetap bisa melihatnya karena jarak yang cukup dekat.

Tangan Aaron melepas ikatan dasi ditangan gadisnya. “Kau hanya perlu menikmati tapi kau malah menangis,”

Freya mengibas-ibaskan tangannya ke udara karena pegal. Ia mendorong bahu Aaron pelan. “Dasar mesum!”

Aaron terkekeh ia mengusap air mata Freya yang membekas dipipi, lalu memeluknya erat. “Kau suka bunga?”

Freya mendogakkan wajahnya, ia sungguh tidak menyadarinya. Pria ini cemburu pada anak buahnya sendiri. Padahal Chris hanya memberikannya bunga untuk menyambut kedatangannya tidak lebih.

“Kau tidak suka ya?” tanya Freya dengan napas yang masih tersengal karena menangis.

“Tidak,” balas Aaron dengan muka datarnya, kembali memeluk erat gadisnya.

“Aku bisa membelikanmu banyak bunga. Tapi jangan terima dari pria lain,” lanjutnya.

Dalam dekapannya, Freya tidak bisa mengontrol kondisi jantungnya yang terasa berbeda. Detaknya lebih cepat dari biasanya, terlebih suasana yang mendadak hening karena Aaron tidak berbicara. Hingga dering ponsel memecah keheningan.

Aaron merenganggkan pelukkannya, ia menempelkan ponsel pada telinga. “Katakan,”

“Baiklah,” ucap Aaron mengakhiri panggilan.

“Aku akan pergi sebentar,” pamit Aaron.

“Dimana dasiku?”

Freya mengambil dasinya cepat. “A-akan aku pasangkan,”

“Tentu,” balas Aaron senang.

Pertama-tama, Freya menaikkan kerah kemeja Aaron, lalu menaruh dasinya dan mulai melipatnya hingga terbentuk dasi yang sempurna. Ia menarik dasi itu keatas dan selesai. Ia merapikan kerah kemejanya agar terlihat rapi.

Aaron mengangkat dagu Freya. “Terimakasih,”

Freya menganggukkan kepalanya malu, ia mundur dan berdiri dari pangkuannya. Ia berjalan untuk mengambil jas Aaron yang tadinya ia gantungkan di almari.

Dream Of 31 Days || mafia Where stories live. Discover now